1 - The Call

2.2K 166 7
                                    

A/N : budayakan vote sebelum membaca.

Juli 1992

Hari sabtu merupakan hari yang umumnya digunakan untuk bermalas - malasan oleh banyak orang, terutama bagi remaja yang masih menduduki bangku SMA seperti Jisoo dan teman - temannya. Mereka sekarang berada di kamar Jisoo—kamar yang didominasi dengan warna kelabu dan poster dari band tahun 70an hingga 90an. Tidak lupa juga dengan iringan musik dari CD player milik Jisoo yang sekarang sedang memainkan lagu About A Girl dari band Nirvana.

"Apa salahnya sih kalo gw pure suka sama cewe doang?" tanya Jisoo yang sekarang sedang nyaman terbaring di karpet berbulunya, seraya berulang kali melemparkan bola kecil hijau keatas lalu menangkapnya kembali. 

"Ga ada salahnya" jawab Irene acuh tak acuh "untuk orang yang emang bisa nerima itu atau emang bagian dari itu, kek gw" lanjutnya.

"Yah kalo itusih gw ga mesti khawatir, yang gw omongin itu kan di lingkup publik. Kapan gitu orang kek kita bisa bebas nyebar kemesraan tanpa nerima tatapan sinis dari orang lain" sangkal Jisoo.

"Lagipula lo kan tergolong biseksual Rene, eh atau pan? pokoknya intinya lo masih ada kesempatan untuk suka sama yang berbeda jenis" tambah Seulgi. 

"Jangan adu nasib gitu dong" komplen Irene.

"yee gw kan cuman ngomong faktanya" sangkal Seulgi.

"Berantem mulu lo berdua, mending pacaran aja deh sana hush" sahut Jisoo.

BUGHH BUGHH BUGHH

"KAK! DI PANGGIL BUNDA! DISURUH KEBAWAH!!" teriak Kim Yerim dari belakang pintu kamar Jisoo.

"YA GAUSAH DI GEBUKIN JUGA KALI ITU PINTU GW!" balas Jisoo, "bentar yak gaes" lanjutnya seraya menatap sekilas teman - temannya dan berjalan keluar kamar. 

"Punya Adek kaga ada lembut - lembutnya, heran" gumam Jisoo saat melewati Yerim yang masih setia di depan pintu kamarnya.

"Ehh ada Kak Seulgi" sapa Yerim saat mengintip kearah kamar Jisoo. Sedangkan yang disapa hanya tersenyum kikuk dan mengangkat sedikit tangan kanannya, rada ragu juga ngelambaian tangan ke adeknya Jisoo itu yang sifatnya rada agresif.

***

"kenapa Dar? manggil aku?" tanya Jisoo saat ia menemui bundanya di ruang cuci pada basement rumahnya.

"Heh yang bener manggil orang tua!" omel bundanya.

"ya emangnya Bunda mau aku cap udah tua?"

"ya tuhan, punya anak ga ada yang bener.. udah deh sini kamu, mending jelasin ini kenapa bisa ada lipstick di seragam kamu?" tanya Dara seraya menunjukkan seragam putih dari cuciannya yang dengan sekejap langsung membuat Jisoo keringat dingin dengan pertanyaannya.

"e-ehh gatau bunn.. itu seragam si Yerim kali bun! kali aja kan dia ngelap lipsticknya ke seragamnya?" bohong Jisoo.

"ini nametag dibacanya 'Kim Jisoo' ya.. kamu jangan ngeles ya dan Bunda tau ya kalo kamu ga pernah mau lipstick"

"a-anu itu Bunn.. temen aku keganjenan kemaren ngegigit lengan aku! katanya dia gemes sama lengan aku, kek Jelly" jujur Jisoo, dia sebenernya malu juga untuk cerita hal kek gitu ke bundanya ya tapi daripada dikira yang ngga - ngga kan dia mendingan jujur. Selain itu, mana bisa juga Jisoo nolak itu gigitan (yang ia anggap kecupan) dari cewe sexy di kelasnya.

"HAHAHA yang ada - ada aja temen kamu.. tapi inget ya Kim Jisoo, kamu masih kecil! Jangan pacaran - pacaran dulu! Apalagi kamu tertariknya sama perempuan, bisa - bisa yang ada ntar di grebek"

"Bunda aja mau nerima aku, masa orang yang ga kenal sama aku pun mesti komplen?"

"That's life Jisoo, beruntung kamu punya Bunda yang mau nerima. Banyak lho remaja - remaja kek kamu yang punya nasib kurang beruntung, misalnya kek diusir dari rumah karena orang tuanya ga mau anaknya suka sesama jenis"

"Iya aku beruntung punya Bunda kek gini, I love you Bundaa muahh!! Gapapa lah meskipun setiap hari Bunda ngomelnya ga pernah absen" jujur Jisoo seraya memeluk Bundanya.

"heh maksudnya apa?!"

"Heheh canda Bunnn, aku balik dulu ya ke kamar" balas Jisoo sebelum kabur dari sang Bunda.

Brakk

"Jisoo pintunya jangan dibanting dong sayang!"

***

Kringg

"AAAAA!!!!"

"Apaasih Yer?! Cuman suara telfon kok! Angkat tuh"

"Ahh engga ah Kak, ngapain juga sih orang nelfon tengah malem gini" cibir Yerim dengan posisi pandangannya yang masih tetap fokus kearah TV. Jadi Kedua Kakak Adik itu lagi menikmati film horror, Friday the 13th.

"Ya palingan juga setan"

"Serah lo Kak"

"Ati - ati aja sih Yer, ntar si Freddynya muncul dari TV hiii serem-"

"Huaaa!!" belom juga si Jisoo selesai ngomong, Yerim udah lompat aja kearah Jisoo, meluk Kakak jahilnya itu dengan erat.

"Duhh sesek napas gw ntar!! Udah deh, gw mau angkat telfon dulu" ucap Jisoo seraya berusaha melepaskan pelukan adeknya.

"Bawa kesini aja Kak Ji telfonnya!!" pinta Yerim setelah membiarkan Jisoo bangkit dari duduknya.

"Iya iya bawel"

"Halo?"

Hikss hikss

"Mampus Yer.. lo denger ga?" tanya Jisoo sambil menutup bagian bawah teleponnya alias microphonenya menggunakan tangannya.

"Itu suara apaan Kak Ji?!! Udah Kak tutup aja telfonnya pliss"

"Itu tapi nangisnya ga kek suara nangis setan Yerr"

"Emangnya lo pernah denger setan nangis sebelumnya Kak?"

"Ya engga sihh.. udahlah jawab dulu lah ya"

"Siapa ya ini?" Jisoo mulai kembali berbicara lagi pada seseorang dari sambungan telepon tersebut.

Hikss kamu ga kenalin suara aku..?

"Ngga kok.."

Kalo gitu, aku juga ga kenalin suara kamu! Suara kamu aja beda banget sama dia.. suara dia tuh manly banget.. sedangkan kamu kek cowo belom puber

"Terus apa hubungannya.."

"Ett ini cewe satu kenapa jadi ngehujat Yer? Tapi, apa iya barusan dia ngira kalo gw itu cowo?" bisik Jisoo pada adeknya seraya menutup kembali microphone pada telponnya. Sedangkan adeknya cuman mengendikkan bahunya aja sambil asik makan popcorn dan dengerin pembicaraan Kakaknya.

"Jadi.. lo siapa?" tanya Jisoo pada sosok perempuan yang berada pada sambungan telepon tersebut.

____

Mei 2016

"Udah deh segitu dulu ceritanya, udah jam segini. Kan besok mau sekolah"

"Yahh Papa! Padahal kan lagi seru!!"

"Besok malem Papa lanjutin, Sekarang kamu bobo ya. Selamat malam Kim Minjeong, jagoan Papa"

"Selamat malam juga Kim Jisoo, jagoan Minjeong"

"Hehh"



Call ☎️
-To Be Continued-

Call [JenSoo x Winter]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang