Pagi hari yang cerah ini seperti biasanya, aku berangkat sekolah menaiki si Sonita Pinki motor kesayanganku. Pagi ini aku berangkat lebih awal, untuk mengetahui dimana letak namaku tertera. Karena hari ini hari dimana kenaikan menjadi kelas XI setelah libur hampir dua Minggu.Setelah kurang lebih lima belas menit mengendarai motor di jalanan ibu kota yang padat, akhirnya aku sampai di depan gerbang sekolahku. Begitu masuk aku di sambut dengan senyum hangat pak Toha, satpam sekolahku.
"Udah lama kita gak ketemu ya neng."Ucapnya.
Aku mengangguk. "Iya ya pak, kangen juga nih aku gak ketemu bapak hampir dua Minggu hehe,"Aku tertawa kecil diakhir kalimatku.
Pak Toha pun ikut tertawa, "Haha bapak jadi melayang nih di kangenin neng Ghina, kayanya sangking kangennya sama bapak, sampe berangkatnya pagi pagi begini ya neng."
"Haha si bapak bisa aja."
Tinnn!
Tinnn!
"Maju woi, Lu ngapain ngalangin gerbang!"
Aku membalikan badanku ke belakang, melihat siapa yang telah memarahiku. Itu Alzan, sepupu sahabatku Fida. Cowok yang pernah ingin ku taksir waktu masa putih biru, tapi ku urungkan niatku karena aku terlalu baik untuk dia.
"Sabar Zan, bapak lagi kangen sama neng Ghina, kamu gak kangen sama bapak Tah Zan,"Ucap pak Toha.
Ku lihat Alzan memutarkan bola matanya terlihat menyepelekan, Aku? atau pak Toha? tapi pak Toha kan sehati dengannya.
"Bapak mending kangenin gue aja pak, ngapain kangenin si tembok itu, cih."
Mendengar itu aku segera melajukan motorku, meninggalkan Alzan dengan ocehannya yang tidak jelas bahkan sangat tidak jelas. Tak baik pagi buta aku harus mendengar ocehannya yang selalu meledekku dengan tembok, gara gara aku tidak terlalu sering memamerkan senyumanku.
Aku segera turun dari motorku, melepas helm dan jaket unguku, lalu segera melangkah menuju papan pengumuman, mencari namaku untuk mengetahui kali ini aku akan dimasukan ke kelas XI berapa.
Setelah berkali - kali mataku mencari keatas ke bawah, kanan - kiri mencari namaku, akhirnya aku menemukan namaku. Alhamdulillah, aku masih sekelas dengan Fida. Aku segera mencari ruangan kelasku, begitu sampai aku disambut dengan Geo dan Gio, ya tuhan kenapa harus bersama mereka?
"Wah Ghin kayanya kita bareng lagi ya tahun ini." Ucap Geo.
Aku mengangguk lesu, meng-iyakan ucapan Geo.
"Tiga tahun pas SMP kita sekelas terus, sekarang SMA kelas dua sekelas lagi, kayanya kalo jodoh emang gak kemana ya Ghin." Itu ucapan Gio.
Aku mengabaikan perkataannya yang ngasal itu, segera aku memilih kursi kosong. Kursi yang lumayan jauh dari Gio dan Geo. Biasanya aku memilih kursi paling depan, tapi karena semua kursi depan telah terisi penuh, sekali - kali aku ingin mencoba duduk di belakang kan?
"Lo mau duduk bareng gue?"
Alzan?
"Hah?"
"Lo budek?"
Aku masih berusaha mencerna ucapan Alzan.
"Ini kursi Lo?,"Tanyaku.
"Bukan."
"Gue mau duduk disini, gak mau duduk bareng lo."Ucapku sinis.
Alzan tertawa. "Lo kan pinter tapi kok kali ini bodoh ya."Ucapnya.
"Hah?"
"Hah, hah mulu kuping lo kenapa sih? budeg?"
"Lo gak jelas! mau lo apa sih!,"Aku bangkit dari dudukku menatap mata Alzan tajam.
"Santai. ini bukan kursi gue."Ucapnya sambil menunjuk kursi di sebelahku. "Ini kursi sekolah, tapi gue duduk di situ tembok."Ucapnya.
"Tapi gue yang duduk lebih awal dari Lo!"Ucapku membantahnya.
Alzan tertawa. "Lo gak liat tas gue ada disitu?."
Mataku mengikuti arah jari telunjuk Alzan menunjuk ke sebelahku. Mataku terbelalak sempurna, sial. Alzan memang benar telah lebih dulu memilih kursi ini, tanpa sepatah katapun aku meninggalkan kursi itu, lalu segera memilih kursi yang kosong, tepat di depan kursi Alzan.
"Jeh, kok pindah?"Alzan banyak bertanya.
"Gue rasa duduk terlalu belakang itu bukan hobi gue."
"Cihh, iya deh tembok. Lo kan biasanya duduk di depan dari kelas satu SD sampe lulus SD gak ada bosen Lo di depan mulu. Lo melewati masa masa indah makan cilor tanpa ketauan buk Wati."
Aku memutarkan bola mataku malas tak menanggapi omongan Alzan.
"Lo SD bareng sama dia emang Zan?,"Itu mulut Geo yang bertanya.
"Iya bro, bosen masa anak - anak gue mesti liat tembok yang hobi baca novel Mulu."
Aku berdehem keras, lalu mendengus.
"Iya sih pas SMP kita juga bareng sama Ghina, paling pelit soal senyum. Padahal kalo senyum gak keliatan jelek - jelek amat yak gak?"
Aku membalikkan badanku kearah Gio, "Gue senyum nanti Lo naksir."Jawabku.
Alzan tertawa keras.
"Lo gak senyum pun, Dia emang udah suka Lo kali."Ucapnya tentu aku tak percaya, Gio kan pacar Hindani masih termasuk temanku juga.
"Lo gak tebalik Zan?"Tanya Gio.
"Alzan suka Ghina?, gak mungkin. Gue soft boy suka cewe tembok? yang bener aja bro!"
***
Fida duduk di sebelahku sebentar lagi kelas akan segera di mulai. Bu Anna memasuki ruang kelasku, Ia tersenyum manis kemudian menyapaku dan teman - teman."Hay! senang bertemu kembali dengan kalian. Tahun ini ibu di beri amanah menjadi wali kelas kalian, Anyeong!"
Seketika kelas menjadi ramai, sorakan dan tepuk tangan terdengar hingga ke luar.
"Mimpi apa gue semalem dapat wali kelas secantik ini Ya Allah! Sungkem ini mah,"Gio bersorak kegirangan.
Aku memutar bola mataku malas. Sudah ku duga murid laki laki pasti akan senang Bu Anna menjadi wali kelas di kelasku, sebab ia cantik dan masih muda.
"Wah seneng kan ibu jadi wali kelas kalian?"
"Senang...." Ucap semua murid.
"Alhamdulillah, ibu harap kalian belajar dengan giat dan tekun, dan menikmati masa masa sekolah kalian ya!"
"Hari ini kita langsung belajar Bu?,"Ucap Fida.
"Yelah gak usah nanya begitu Lo Fida! hari ini gak langsung belajar kan ya Bu kita Ta'aruf dulu!"Jawab Alzan.
"Gue kan cuman nanya gak usah sewot Lo! biasa aja dong!,"seperti biasa dua saudara sepupu itu slalu ribut.
"Sudah - sudah. Hari ini kita tidak langsung belajar. Ibu ingin membagi tempat duduk kalian,"Ucap Bu Anna sontak membuatku melotot.
"Kita kan sudah pas duduk Bu. Semuanya sudah kebagian bangku."Ucapku.
"Ah bener itu Bu!"Geo menimpali.
Bu Anna menggeleng. "Agar kegiatan belajar lebih khitmat dan disiplin. kalian harus duduk dengan pilihan ibu. Ibu akan membagi tempat duduk kalian."
"Gimana maksudnya Bu?,"Tanya Fida.
"Kamu akan di pisah dengan Ghina, kalo kamu sama Ghina bisa - bisa jawaban ulangan kamu dan Ghina sama."
Bu Anna sangat menyebalkan.
Bu Anna kemudian menulis nama nama siswa di depan. Fida dengan Geo. Gio denga Hunna. Dan aku dengan Alzan? what?
"Bu itu gak salah?,"Ucap Fida.
"Enggak. Silahkan pindah. Lihat di atas kursi sudah ada nomor yang sudah ibu tempel."
Sial. Ini telah di rencanakan.