2. Bising

22 1 0
                                    


Ghina menutup kedua telinganya, rasanya ia sudah tak sanggup lagi mendengar Geo dan Fida yang sudah ribut sejak satu jam lalu, mereka bersungut tak mau kalah. Gara - gara jam kosong mereka jadi bebas beribut, padahal Niat hati Ghina ingin tidur di jam kosong ini.

"Gue gak minat sebangku sama Lo kali! Tenang aja Lo bukan selera gue!,"Suara nyaring milik Fida Masi jelas terdengar oleh telinga Ghina.

"Yang mau jadi selera Lo juga siapa?, ogah banget gue. Gue lebih baik sebangku sama Hunna atau gak Ghina dari pada sama Lo nenek jahanam!"

Fida semakin naik pitam, kesabarannya benar bener di uji oleh Geo yang kini menjelma menjadi teman sebangkunya.

"Silahkan pindah kalo begitu!"

"Gak bisa lah."

"Kenapa gak bisa?, kebanyakan alasan!"

"Lo mau diamuk sama Bu Anna!"

"Ah itu alesan Lo aja, bilang kalo sebenernya Lo emang suka sebangku sama gue kan."

Duk!

Seseorang memukul meja, terlihat Alzan yang memukulnya, kemudian ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum meledek.

"Kayanya Lo berdua mesti gue kawinin sekalian, pusing gue denger keributan."Ucapnya ngasal.

"Bener, isi kepala gue hancur gara gara perang dunia ketiga ini,"Timpal Gio.

Ghina mengangkat kepalanya, "Udah kan ributnya?, Fid anter gue ke toilet ya."Pinta Ghina, diangguki oleh Fida.

****

Ghina merapikan pakaiannya, lalu keluar dari toilet. Ia mencari keberadaan Sahabatnya Fida. Nihil. Sepertinya Fida telah meninggalkannya.

Ghina berjalan gontai menuju ruang kelasnya, padahal 15 menit lagi istirahat pertama akan segera tiba, tapi tetap saja ia tak boleh istirahat sebelum waktunya.

"Ghina!"

Suara bergema itu mengagetkan Ghina, Ia membalikan badannya, dilihatnya Zeedan melambaikan tangan kearahnya.

Pandangan mereka bertemu, senyum Zeedan mengembang disana, sedangkan Ghina hanya mematung ditempatnya.

Itu Zeedan, pria yang satu tahun pernah mendekatinya, namun ia kembali pada sang mantan. Hal itu tentu saja membuat Ghina patah hati, apalagi waktu itu mereka satu kelas.

"Kebetulan ketemu disini, tadi pas dikelas aku cari cari ternyata kita gak sekelas lagi ya,"Ucap Zeedan tak lepas memandang Ghina.

Ghina hanya tersenyum canggung, lalu mengangguk.

"Sekarang dikelas mana Ghin?,"Zeedan kembali bertanya.

"Kelas XI 2,"Jawab Ghina.

"Ayo!"

Seseorang tiba - tiba menarik lengan Ghina, ia membawa Ghina menjauh dari Zeedan. Siapa lagi kalo bukan Fida, sahabat Ghina itu memang tak pernah suka dengan Zeedan.

"Pelan pelan Fid,"Ucap Ghina.

Langkah Fida terhenti, Ia membuang tangan sahabatnya dengan kasar.

"Lo itu kepala batu apa kepala besi sih Ghin, susah banget dibilangin jangan ketemu sama dia lagi! ngeyel banget sih!"

Ghina menghembuskan nafasnya.

"Kita gak sengaja ketemu,"Bantah Ghina.

"Ya seharusnya bisa ngehindarin lah, gak inget apa dia pernah nyakitin Lo Ghin sampe Lo nangis darah!"

Ghina memutarkan bola matanya malas, tidak ia tak merasa seperti itu.

"Orang Zeedan cuman nyapa doang,"Ucap Ghina sekali lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AL - NA (Up seminggu sekali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang