Katanya, dunia putih abu-abu itu adalah yang paling menyenangkan. Walaupun bukan tentang romansa saja, tetapi tetap saja, masa SMA adalah masa yang terbaik dari semuanya. Ya, sekiranya itulah yang Sasa tau dari beberapa mulut. Namun, bayangan masa SMA yang akan dipenuhi bahagia itu sepertinya tidak akan menghampiri dirinya. Sangat mustahil.
“Makan,” titah Malik. Dengan wajah datarnya, sangat ciri khas.
“Aku sudah makan, Kak,” dusta Sasa. Lalu tersenyum tipis sambil mengusap lengan berotot Malik. “Tenang saja, aku tidak akan sakit lagi. Percaya sama aku.”
Malik menaikkan sebelah alisnya, seakan-akan tengah mengatakan, "Jangan membohongiku. Aku tau kamu belum makan."
“Kak Malik nggak percaya aku?”
Malik hanya bedecak dan sedetik kemudian ia menepis tangan Sasa yang masih berada di lengannya.
“Makan itu atau aku benar-benar marah, Asa.”
Sasa menghela napas. Jujur, sangat sulit untuk menyakinkan Malik kalau ia sudah makan. Rasanya Sasa tidak pernah kesulitan seperti ini saat berbohong, namun saat di depan Malik semuanya berbeda, malah membuatnya kikuk.
“Aku akan memakannya nanti sore. Bagaimana? Sekarang aku masih kenyang.” Sasa sengaja mengusap-usap perutnya—berlakon seperti seseorang yang tengah kekenyangan.
Lama terjadi keheningan, sampai akhirnya Malik memberikan keputusan finalnya.
“Jam empat. Habiskan semua makanannya.”
Sontak Sasa menoleh ke arah jam yang terpasang di dinding. Sekarang sudah jam dua siang, berarti dua jam mendatang ia harus memakan makan pemberian Malik.
“Dengar, kan?” tanya Malik.
“Iya. Tenang saja jam empat aku akan memakannya.”
“Hm.”
Sasa menghela napas pelan. Andai kata ia sedang tidak diet, maka ia akan memakan semuanya saat ini juga. Namun, sayang seribu sayang, Sasa yang notabene-nya adalah seorang modeling remaja harus selalu menjaga ukuran tubuh agar tetap ideal. Terlebih-lebih lagi saat ada job, Sasa akan sangat berhati-hati dalam memilah makanan.
Sasa ingin melepas pekerjaan tersebut, namun ini adalah passion-nya. Sasa tidak akan melepaskan sesuatu yang berharga untuknya. Ya, setidaknya untuk yang satu ini.
“Melamun, hm?”
Sasa tersentak kecil saat merasakan elusan pelan di pipinya.
“Apa yang sedang kamu pikirkan?”
“Tidak ada. Hanya sedikit pusing.” Sasa tersenyum. Namun, sedetik kemudian ia merutuki perkataannya. Karena berbohong dan tidak ingin membuat Malik curiga Sasa jadi berkata asal-asalan.
Tapi sayang, nasi telah jadi bubur.
“Kita kerumah sakit, sekarang!”
☠️🖤☠️🖤☠️
Bodoh. Itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan Sasa saat ini. Bagaimana tidak, setelah Malik menyuruh beberapa dokter untuk mencek kesehatannya, Malik jadi mengetahui kalau ia belum malam dari malam. Dan hal itulah yang saat ini membuat Malik marah.
“Kak, dengerin penjelasan aku dulu!” Sasa mengejar Malik. “Please, ini nggak yang kayak Kakak pikirin! Kak, stop!” teriak Sasa.
Malik berhenti tepat di depan tangga. Sasa meneguk saliva pelan.
“Apa alasan kamu kali ini, Asa?” tanya Malik dengan nada datar.
“Kak ....”
“Kamu tau, kan, kalau aku nggak suka dibohongi, dalam hal sekecil apapun. Jadi, aku pikir kamu sudah tau itu, tapi sepertinya tidak.”
Napas Sasa memburu. Tidak, tidak. Jangan sampai Malik marah. Melihat Malik yang tidak banyak berekspresi seperti saat ini malah berbahaya. Sasa lebih baik menerima Malik yang teriak-teriak, ketimbang harus diam seperti ini. Tenang-tenang menghanyutkan.
“Kak, aku—”
“Masuk kamar.”
“Tapi—”
“Masuk kamar kamu, Asa. Kamu tidak dengar?”
Sasa menghela napas. “Oke.” Tanpa ba-bi-bu lagi Sasa langsung memasuki kamarnya yang berada di lantai dua.
Sasa pikir Malik akan masuk ke kamar juga, ternyata tidak. Setelah memastikan dirinya masuk ke kamar, Malik pergi begitu saja dengan mobil hitamnya.
“Kak Malik mau ke mana, ya?” batin Sasa.
Dua jam setelahnya, Sasa mendapatkan berita besar dari semua sosial media.
Tubuh Sasa lemas seketika. Namun di saat yang bersamaan, Malik dapat menahan bobot badannya.
Gedung ZD Entertainment hangus terbakar, dan pemilik dari gedung tersebut, Runika Anwari, ditemukan bunuh diri di Apartemen kekasihnya.
Ponsel Sasa langsung terjatuh ke lantai. Runika Anwari itu adalah boos-nya dari ZD Entertainment, tempat di mana Sasa menjadi modeling selama 6 tahun ini.
Tanpa dicegah air mata Sasa turun membasahi pipi.
“Sssttt, mulai sekarang kanu tidak akan diet lagi, baby,” bisik Malik diakhiri dengan kecupan ringan di puncak kepala Sasa.
“Keparat,” lirih Sasa.
Tanpa dikasih tau pun Sasa tau siapa dalang dibalik semua ini.
Anggala Xan Deo Malik.
☠️🖤☠️🖤☠️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boyfriend
Teen FictionHidup bersama Malik, kakak kelasnya, bukanlah hal yang disenangi Sasa, sekalipun Malik adalah seorang artis. Sebab Sasa tahu bagaimana tertekannya ia saat harus tinggal satu atap dengan Malik-yang menurutnya abnormal, selama bertahun-tahun. "Sasa c...