-4-

321 31 2
                                    

Sore hari di rumah tiga j nampak tiga bujang tergeletak tak bertenaga di ruang keluarga. Terlihat kelelahan padahal baru hari pertama sekolah, alias cuma basa basi sama wali kelas.

Dua diantaranya berada di atas sofa berbentuk L dengan kaki yang saling bersinggungan. Satunya dengan posisi tengkurap dan yang lain dengan posisi telentang. Sedangkan yang tidak mendapat tempat duduk di karpet bulu bersandar bagian depan sofa.

Seragam masih terpasang di tubuh masing-masing, meskipun sudah kusut dan beberapa kancingnya terbuka. Tas mereka yang hanya di sandarkan di meja tampak berantakan.

Keadaan seperti ini sudah dipastikan memancing amarah sang ibunda ketika pulang kerja. Bagaimana tidak, jika baru pulang pemandangannya adalah anak bujangnya yang bergelimpangan di ruang keluarga. Dan seragam yang belum di ganti pasti menjadi sasaran Omelan sang bunda.

Tanpa sadar mereka bertiga terlelap, lelahnya badan dengan dinginnya AC membuat lelap melanda. Salah satu dari mereka yang tadinya bersandar di depan sofa tertidur meringkuk di karpet.

---

Satu setengah jam berlalu, hingga kini sang ratu di rumah tersebut tiba. Melepas sepasang Stiletto yang menyakitkan jika dipakai terlalu lama. Serta menggantungkan kunci mobil di tempat yang sudah disediakan.

Namun begitu sampai di ruang keluarga miliknya dia terkejut. Pemandangan tiga anak bujangnya yang tergelak membuatnya tak bisa berkata-kata. Ingin hati marah dan sedikit mengomel, tapi tak jadi karena melihat wajah polos dan damai ketiganya.

Ternyata anaknya masih terlihat polos seperti waktu mereka kecil saat tertidur. Dirinya duduk di karpet dan mengelus Surai si sulung yang tidur di bawah. Menatap anaknya yang sedang tertidur membuat air matanya menetes tanpa sadar.

Teringat masa lalu dimana dirinya seringkali pusing dengan tingkah anaknya yang unik. Memiliki tiga anak seumuran bukanlah hal yang mudah. Dirinya yang juga wanita karir membuat waktu bersama keluarga tidak terlalu banyak.

Dirinya baru tersadar bahwa semua anaknya sudah beranjak dewasa. Dirinya tak lagi bisa mengatur anaknya sesuai keinginannya. Dia sadar pasti mereka punya keinginan sendiri, dan dia akan menerimanya selagi bukan hal yang buruk.

Dia teringat ketika si sulung pernah ijin untuk mencoba merokok saat SMP. Mungkin jika orang tua lain akan langsung menentang tanpa alasan. Tapi dia memberi izin untuk mencoba sekali dan ternyata si sulung tak melanjutkannya. Tak lupa dia memberikan apa kerugian dari menghisap barang tak berguna tersebut. Karena semakin anak di larang maka semakin penasaran mereka ingin mencoba.

Jika tadi cerita si sulung maka si tengah juga punya cerita sendiri. Si tengah adalah anaknya yang pertama menjalin hubungan, dengan seorang gadis cantik nan lugu waktu SMP. Awalnya dia hanya menganggap itu adalah cinta monyet, tapi ternyata si tengah terlihat begitu tulus. Dia tak juga melarang hubungan keduanya selagi masih sehat.

Tapi sayang hubungan keduanya harus terpisah, dan maut adalah alasannya. Si gadis pergi untuk selamanya, dan baru terungkap bahwa si gadis memiliki kanker yang merenggut nyawanya. Hal ini membuat si tengah sedih. Prestasinya menurun selama beberapa bulan. Dan dirinya hanya bisa memberikan semangat, hingga akhirnya si tengah kembali ke kehidupan normalnya lagi.

Cerita si bungsu agak sedih sebenarnya. Si bungsu pernah jadi korban bullying di saat SMP pula. Saat itu tak ada yang tau dengan keadaan si bungsu, si Kakak pertama yang kala itu sedang bandel bandelnya sering nongkrong dan lebih cuek. Sedangkan si kakak kedua yang terpuruk dalam kesedihan membuatnya tak memperdulikan sekitar.

Kasus bullying si bungsu terungkap kala kedua kakaknya melihat si bungsu di perlakukan tidak baik di kamar mandi sekolah. Dengan menyiramnya menggunakan air bekas pel, tubuhnya langsung menggigil dan kotor.

Melihat hal itu si sulung langsung memuncak amarahnya. Dirinya langsung menghajar lima orang yang membully adiknya. Pukulannya terkesan membabi-buta tapi tepat sasaran dan menyakitkan karena dirinya mengikuti bela diri. Sedangkan si tengah menyelimuti adiknya dengan jaket yang dia bawa tadi.

Keributan tersebut tentunya membuat ibunda harus datang ke sekolah. Seluruh orang tua dari pembully  tak terima akan apa yang dilakukan salah satu anaknya, tanpa memikirkan apa yang diperbuat anaknya sendiri.

" Saya bangga dengan apa yang dilakukan anak saya, dirinya membela adiknya yang di sakiti. Apa salahnya?

" Jika anda anda semua ingin menuntut, saya juga bisa melakukan. Dan jika anda sekalian juga ingin ganti rugi silahkan memberitahu nomor rekening anda kepada asisten saya."

"Dan sekarang saya pergi, oh iya bapak kepala sekolah yang terhormat besok dan seterusnya anak saya tidak masuk lagi. Saya tidak mau menyekolahkan mereka di lingkungan sekolah yang tidak sehat seperti ini. Terimakasih, saya permisi"

Setelah berkata demikian sang bunda memberi kode untuk seluruh anaknya keluar. Begitu sampai rumah akhirnya si bungsu menjelaskan apa yang terjadi dengannya di sekolah. Dan sejak hari itu ketiga anaknya semakin kompak. Semakin perhatian satu sama lain. Di sekolah baru juga nampak lebih nyaman untuk mereka sekarang ini.

TBC

Hai, akhirnya aku update. Kalian yang baca gak bingung POV sama timeline part ini.

Yagitu | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang