Suara gaduh terdengar jelas di indra pendengaran Reva. Diam menangis dalam kesunyian ruang rahasia di kamar ayahnya. Beribu doa terus dipanjatkan, semoga satu-satunya keluarga yang dia miliki selamat dari cengkeraman harimau buas.
Harimau buas, begitulah julukan pria tampan namun ganas. Ravael Devarios Yuzuwa, CEO muda dari Ario's Corp. Perusahaan yang di dirikan oleh ayahnya Varios Gafura. Perusahaan yang menjadi saksi bisu dari kematian Varios.
Sebuah perjanjian yang tertulis tangan diatas lembaran putih, sosok pemimpin yang tak berani bertanggung jawab atas resiko yang di dapat, dendam menyelimuti satu sama lain, keegoisan akan tahta.
Semua itu menjadi awal dari kehancuran hidup yang sebenarnya. Namun sayangnya itu berdampak pada kedua insan yang awalnya tak terlibat malah jatuh dalam jurang kejahatan.
"Tuan kami menemukan anaknya" lapor salah satu bodyguard Ravael
"Bawa dia kemari kalau perlu seret" pintanya
Pria berbadan kekar itu menaiki tangga menuju lantai dua lalu masuk di kamar yang terletak paling pojok.
Badan Reva makin bergetar ketakutan kala suara langkah kaki terdengar makin mendekat.
Di balik lemari besar yang terisi penuh oleh buku-buku, yang telah disusun sedemikian rupa agar menjadi kode pembuka menuju ruang rahasia. Bodyguard itu mengamati deretan buku pada rak ke empat dari atas. Dia memindahkan beberapa buku untuk menyusun sebuah kalimat "rahasia tersembunyi" berdasarkan huruf awal dari setiap buku pada rak itu.
[Bagian itunya yang disusun dari buku ujung sampai ujung, terus buat kalimat itu]
Lemari besar itu bergeser dan menampakkan ruangan kecil dengan seorang gadis yang duduk meringkuk di pojok ruangan.
"Hei cepat berdiri lalu turun temui ayahmu" ucap si bodyguard
Mendengar kalau ia akan di pertemukan dengan sang ayah, Reva langusng bangkit dan berlari menuju lantai bawah, mengabaikan pesan ayahnya untuk tetap di sana.
Namun apa yang dilihatnya benar-benar membuat Reva mati kaku di tempat. Sang ayah yang berlumuran darah terikat pada kursi makan.
Atensi Reva beralih pada pria yang berdiri di sebelah sang ayah. Ravael menodongkan pistol tepat di sebelah kepala ayahnya.
"Tuan Rio ada kata terakhir?" Tanya Ravael
Derio Yogi Adipura. Pria yang merawat Reva dari kecil, pria yang ditinggal pergi oleh istrinya demi lelaki yang lebih kaya. Membuatnya menjadi pria arogan dan haus akan harta. Tapi dia masih menjadi ayah yang baik untuk putrinya, mengajarkan apa yang baik dan buruk, hingga sikap si anak terlihat beda jauh dari si ayah.
Reva menatap ayahnya dengan pandangan sendu, dia tahu ini adalah terakhir kalinya dia bisa melihat wajah itu. Mengamati dengan baik setiap inci tubuh ayahnya. Sedangkan Rio hanya bisa memberikan senyuman terbaik yang penuh makna dan.... selamat tinggal.
"Ayah" lirih Reva
Rio mendongak menatap dalam mata Ravael dan berkata....
"Maaf"
*Dorr
Suara nyaring dari tembakan itu membuat Reva sadar, bahwa sekarang ia sendiri di dunia yang kejam tanpa tahu nasib selanjutnya, tanpa tahu kemana takdir membawanya. Tapi... jika boleh meminta, maka Reva ingin pergi bersama ayahnya.
Ravael tersenyum lebar tapi terlihat menakutkan dimata Reva. Ravael berjalan mendekati Reva masih dengan pistol di tangannya.
"Ayahmu membunuh ayahku dan aku membunuh ayahmu. Tapi itu tak adil" kata Ravael berdiri didepan Reva
"Apanya yang tak adil hah? Kita sama-sama kehilangan, lalu apa lagi?!" Teriak Reva marah
"Aku menderita selama dua tahun, tanpa ada yang peduli, tanpa adanya penjamin hidup. Dan semua itu karena pria sial ini!" Tunjuk Ravael pada mayat Rio
"Aku berusaha keras merebut apa yang menjadi hak ku, sedangkan kau dan dia malah menikmati hasil kerja keras ayah dan aku" lanjutnya. Reva sempat bingung namun kemudia dia tahu apa yang terjadi sekarang.
Ayahnya mengambil semua hasil dari kerja sama antara dia dan ayah Ravael, ayahnya juga mengambil hak milik atas perusahaan yang harusnya di turunkan pada Ravael. Dan pastinya dia tak menceritakan semua itu padanya.
"Aku tak tahu soal itu" lirih Reva menatap Ravael sendu
"Lalu kau pikir aku peduli? Tentu tidak, kita harus sama-sama menderita cantik" bisik Ravael tepat di sebelah telinga Reva
"Kau benar-benar pria gila!"
"Tentu saja, sama seperti ayahmu bukan? Revalina Ferizia Cesil"
Reva menggeleng tak setuju, ayahnya tak seburuk itu dia yakin akan hal itu.
"Bukan kehidupan seperti ini yang ku mau!"
"Tapi ini yang aku mau!" Bentak Ravael
Ravael menarik Reva dengan paksa untuk mengikutinya. Membawa Reva menuju mobilnya. Reva tentu memberontak tapi nihil, dia dan Ravael jelas berbeda dari segala segi.
><><><><><><><><><><
Mobil itu kini berhenti di pekarangan sebuah rumah yang mewah. Dengan mata, mulut juga tangan yang tertutup, Reva terus dipaksa untuk berjalan menuju ruang bawah tanah.
Ravael masih senang tiasa mengikuti dari belakang dengan senyuman yang tak pernah pudar. Ia tak sabar menanti mangsa barunya. Terus berfikir apa yang harus di lakukannya pada wanita cantik ini?
Sesampainya di ruangan itu, Reva di dudukkan pada sebuah kursi kayu dan tangannya kembali diikat pada belakang kursi, kakinya serasa di borgol tapi bukan pada kaki kursi melainkan pada beton yang berat.
"Apa yang kau lakukan?!" Teriak Reva kala penutup mata dan mulutnya dibuka
"Hei tenanglah, kau baru saja sampai di rumah barumu. Ruang bawah tanah" kata Ravael dengan smirk
"Lepaskan aku!!" Berontak Reva
"Tak akan pernah sayang"
"Selamat datang di dunia barumu, sebagai tahanan Ravael Devarios Yuzuwa"
Dengan senyuman yang lagi-lagi menyeramkan, Ravael memberi sambutan pada Reva. Bangga akan hasil tangkapannya kali ini.
"Dan kemenangan ada pada ku" tutup Ravael, berjalan meninggalkan Reva sendiri dengan tangisannya yang memilukan.
"AKU MEMBENCIMU!!"
><><><><><><><><><><
>YOU OR HIM?< || {Prolog}
Kamis, 2 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU OR HIM?
Teen FictionSejak saat Reva menjadi tahanan seorang Ravael, Reva selalu merasa aneh dengan satu hal. Yaitu tentang misteri di balik foto keluarga yang terlihat elegan. Di foto itu, terdapat dua anak lelaki yang terlihat sangat mirip seperti saudara kembar. Meli...