Malam ini, Genta pulang lebih awal. Sudah 2 hari mamanya yang dari luar kota menemani Genta di kontrakan tepi jalan. Tercium aroma soto ayam yang menyerbak sampai ke arah luar. Genta memarkirkan motornya di garasi bersama yang berisi motor-motor penghuni kontrakan lainnya.
"Maa, Gege pulang...!" Genta menyimpan helmnya dan bergegas memasuki kontrakan sambil melempar jaket denimnya ke sofa ruang tamu.
"Maaah...!"
"Laper ni, Maa!" Genta berlari ke arah dapur menghampiri aroma makanan yang terus menggodanya sedari tadi.
"Ma-maa...?! Ma..?!?!?!" Ia terkejut melihat mamanya yang tergeletak bersimbah darah dengan pisau yang menancap di perutnya.
"Mamaaa!!" Ia terus menggoyang-goyangkan mamanya berharap mamanya membuka mata. Dicabut sebilah pisau yang menancap pada perut mamanya itu, dan dirangkul dengan erat tubuhnya.
"Gegee, ini ada oleh-oleh dari Bapak, baru pulang Solo. Jangan lupa di...ma-ma.. Ge-ge..Gege!!!" Bu Sukma, pemilik kontrakan yang akrab dengan Genta tiba-tiba masuk dengan sekantong buah dan box makanan. Melihat pemandangan di depannya, membuatnya terkejut sejadi-jadinya.
"AAAAAAAAAAAAA!!!!!!" Buah yang dibawanya berserakan di lantai.
Memahami situasi yang menimbulkan kesalahpahaman itu, Genta melempar pisau digenggamannya. Ia tertegun sejenak. Sadar kemeja putihnya sudah penuh dengan darah. Genta berlari keluar sambil meraih jaket denimnya kembali. Tidak ada waktu untuk kembali ke dalam untuk mengambil kunci motor.
"Ha-hallo Pa.. Pak. Ada korban pembunuhan...." Bu Sukma melaporkan kejadian itu pada polisi kenalannya. Ia sangat kebingungan dan takut.
Genta bersembunyi di gardu dekat warung daerah kontrakannya. Dengan berderai air mata ia menatap telapak tangannya yang penuh darah.
"Maa-maa.."
Tak lama suara sirine datang. Gemuruh langkah kaki berdatangan. Cemas, bingung, sedih, dan marah. Hatinya bisa-bisa meledak memuat semua emosi yang berbaur jadi satu.
Genta kembali ke kontrakan untuk memastikan kondisi ibunya. Tampak mobil ambulance dan mobil polisi terparkir di depan kontrakannya. Bu Sukma terlihat memberikan penjelasan pada polisi dengan wajahnya yang pucat cemas.
"Nak Genta memang sedang mengalami kesulitan akhir-akhir ini, dia biasanya pendiam dan tidak banyak bicara.." jelas Bu Sukma pada polisi yang mencatat pernyataannya.
"Saya memang biasa membawakannya makanan, tapi Saya melihat dia memegang pisau dan tangannya penuh darah" tambahnya lagi.
"Apakah Ibu tahu dimana Genta sekarang?" tanya polisi itu kembali.
DEG!
Apa ini?
Genta menguping dari balik pagar.
"Dia tadi berlari keluar, tapi Saya tidak tahu dia kemana" tambah Bu Sukma.
"Baik kami akan menangkap Genta segera, terimakasih atas kerjasamanya" Polisi itu tampak memberikan komando pada rekan-rekannya dan bergegas untuk berpencar.
Menangkap?
Menangkap Aku?
Bu-bukan Aku!
BRUUGGGG! Tak sengaja Genta membuat vas bunga bertangkai kenikir itu terjatuh. Semua orang terhentak. Genta ada di sini.
Dengan cepat Genta berlari meninggalkan tempat itu. Diikuti oleh dua polisi berjaket kulit hitam yang mengejarnya. Dalam derasnya hujan ia mengusap air matanya. Ia bersyukur Tuhan mengirimkan hujan.
Genta terus berlari menyebrangi jalanan yang dilintasi kendaraan dengan laju yang sangat cepat, menyusuri gang sempit dan penuh belokkan, berharap polisi-polisi itu kehilangan jejaknya.
DOARRRRRGGH!!!
Polisi itu melepaskan peluru pistolnya ke udara. Dilihatnya dua orang yang sedari tadi masih mengejarnya semakin dekat.
HUU-UHHH HUUFF UHHH
Genta terus berlari.
Maa.. Tolong Maahh...
Siapa pun..
Bukan aku pelakunya!!!
Hujannya mereda, langit malam yang gelap kini menjadi terang.
Orang-orang yang muncul dari arah belakang ikut berlari juga bersama dengan Genta.
Genta masih berlari.
Bersama orang-orang itu, Genta berhenti di depan sebuah gerbang besar yang tertutup bertuliskan SMU ADIPURNA 3. Mereka dibariskan oleh seseorang yang menunggunya di sana.
"Aduhh.. Gimana bangsa kita mau maju, kalau penerus bangsanya suka terlambat seperti ini" Seseorang dengan tubuh tegap menceramahi mereka.
Pak Doni?
Genta mengacak-ngacak rambutnya. Sadar rambutnya yang diterjang hujan deras tiba-tiba menjadi segar beraromakan pomade mint. Tubuhnya yang ringan kini seperti membawa beban di punggungnya. Jaket denimnya berubah menjadi almamater SMU. Orang-orang yang berbaris dengannya tidak lain dan tidak bukan adalah anak-anak SMU.
Aku anak SMU?!
Ini terjadi lagi!
Seekor burung Kedasih bertengger di atas gerbang hitam sekolahnya itu.
Aku kembali ke masa SMU untuk menyelamatkan ibuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVERSE
Mystery / ThrillerTiba-tiba Aku kembali ke masa SMA! Aku dapat kembali ke masa lalu. Jangan pernah berpikir aku melakukan kecurangan dengan kemampuanku ini. Justru semua itu adalah kutukan bagiku. Aku tidak bisa menjalani hidup dengan normal, memiliki pilihan seperti...