Bandung, 05 Maret 2022
📍 SMA Sebelas Retoret.
"Namanya Valuzie, bader banget emang bocah nya. Mau lu kasih tau sampai mulut berbusa juga gak akan dia denger."
Bibir ranum itu tersenyum singkat, "Kita juga udah terbiasa ngurusin bocah bocah ingusan kayak Valuzie. Terus, apa masalahnya?." Ucapnya dengan nada santai, namun intonasinya datar.
"Ck, Har. Bukan itu maksud gua, permasalahannya disini...arghh nanti juga lu tau sendiri kalau udah ketemu orangnya." Sang empu mengacak rambut frustasi.
Pemilik nama Harfi itu bangkit dari kursi, menepuk-nepuk celana abunya yang kotor akibat terpaan angin membawa debu di udara.
Alisnya menekuk tajam, jangan lupakan sorot mata yang sayu namun terlihat mengintimidasi, "saya mau ketemu Valuzie, anak kelas berapa?"
"Awas lu ye, jangan sampai nyesel." Ucap cowok bernama Rega - anggota OSIS Retoret memperingati.
"Kelas berapa? Saya lupa." Tanya Harfi mengulang ucapannya karena pertanyaan sebelumnya tak kunjung mendapat jawaban.
"Masih muda udah pikun aja, sebelas IPS empat."
"Nama panjangnya?" tanya Harfi ketiga kali.
"Valuzie Cenne' Drahokam."
"Benar dia orangnya?" Harfi kembali memastikan siapa cewek yang sudah merusak Mading sekolah untuk pameran Minggu depan, benarkah itu gadis yang dimaksud Rega?
"Iye bener, OSIS udah jengah ngadepin kelakuan setannya. Makanya mewakili OSIS Retoret tolong tanganin Valuzie dong sayang." Ucap Rega dengan nada manja bak bencong perempatan lampu merah.
"Kalo lu lupa yang mana orangnya, perhatiin aja ntar di kelas sebelas IPS empat, siapa makhluk Allah yang paling brutal. Nah kalo udah ketemu, berarti itu Valuzie." Lanjut Rega yang kini mengubah nada suaranya menjadi lesu tak berdaya.
Harfi mengangguk sambil tertawa renyah, akhirnya dia pun pergi meninggalkan Rega sendirian di ruang kesiswaan.
Dengan membawa sebuah buku pelanggaran dan bolpoin hitam kesayangannya, Harfi berjalan menaiki anak tangga satu persatu menuju kelas sebelas IPS 4.
Di sepanjang jalan semua siswi memuji ketampanannya, tak jarang dari mereka berani untuk mengajak Harfi bertegur sapa meski hanya di balas anggukan kepala dan senyum tipis acuh tak acuh.
Dia Askala Harfi Naderwa, ketua OSIS SMA Sebelas Retoret yang memiliki kadar ketampanan di atas rata-rata. Kulit sawo matang dengan bekas luka sayatan di lengan kirinya, dilengkapi dengan hidung mancung bak perosotan TK, dan jangan lupakan mata Hazel bernetra coklat muda yang kerap menatap orang-orang dengan tatapan intimidasi. Lengkap sudah kesempurnaan Harfi di mata Siswi Retoret.
"Huft, ingat makhluk Allah yang paling brutal," ucap Harfi bermonolog saat kedua ujung sepatunya sudah menyentuh lantai di depan pintu kelas 11 IPS 4.
Sayup-sayup terdengar dari luar suara cewek menyanyi dengan begitu hebohnya
"SAMBALADO EH EH SAMBALADO ITU SAMBALADO"
"JENG JENG JENG SAMBALA BALA BALA BALA BALA BAKWAN JAGUNG"
"GOBLOUG, BUKAN BAKWAN JAGUNG!"
"TERUS APA DONGG?"
"BAKWAN UDANG BWAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHA"
Harfi sedikit pusing mendengar suara dari dalam kelas, baru kali ini seumur hidup sepanjang sejarah peradaban manusia ia mendengar kelas sebising itu di SMA Retoret Sebelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokoh Utama
Teen FictionOrang bilang, tokoh utama dalam cerita adalah mereka yang tidak pernah mati dan menetap abadi. Lantas, benarkah pernyataan tersebut berlaku untuk Valuzie? Sepertinya mereka keliru. Sosok yang kerap ia sebut sebagai Tokoh Utama bak di negeri dongeng...