3 Desember 2016 [Stage 1: Romantic (Hidden) Love]
Sudah bulan Desember. Itu artinya, musim dingin akan segera tiba.
Udara sudah semakin dingin, namun gadis bernama Moon Byulyi itu nampak tidak mempedulikannya. Ia berjalan melewati lapangan sekolahnya untuk menuju kelasnya tanpa menggunakan jaket atau pakaian lain untuk menghangatkan tubuhnya.
Byulyi selalu menyukai bulan terakhir di setiap tahun itu. Ia menyukai musim dingin. Ia menyukai salju. Ia menyukai angin dingin yang menerpa kulitnya. Jadi ia sama sekali tidak mempermasalahkan jika sewaktu-waktu ia sakit karena udara dingin itu – Sesuka itu ia dengan bulan Desember dan seluruh komponen yang berjalan beriringan dengan itu.
"Moon Byulyi." Mulut Kim Yongsun menganga sembari menatap sahabatnya. "Kau benar-benar datang ke sekolah di tengah dinginnya angin musim dingin tanpa jaket?"
Byulyi terkekeh. "Kau tahu aku suka musim dingin, Yong," balas Byulyi singkat sembari duduk di kursinya.
Yongsun menggeleng-gelengkan kepala. "Kau tidak takut sakit?"
Byulyi tersenyum simpul. "Tidak."
***
Byulyi menyesali ucapannya tadi pagi. Nyatanya, gadis kelas 11 itu kini tengah merasa kedinginan karena udara yang menusuk-nusuk. Ia tidak menyangka bahwa hari ini akan sedingin ini.
"Byulyi," Yongsun menepuk pelan bahu sahabatnya, "yakin kau tidak apa?"
Byulyi memaksakan sebuah tawa. "Tidak apa. Kau pulang lah."
Yongsun menghela napas. "Baiklah kalau begitu. Dah! Sampai bertemu besok!"
Yongsun melambaikan tangannya sembari berlari kecil dan memeluk jaketnya erat-erat. Byulyi tersenyum kecil sembari balas melambaikan tangan ke arah sahabatnya.
Gadis bermarga Moon itu terdiam sembari tetap berdiri di tempatnya, masih hendak merasakan dinginnya angin segar musim dingin sekalipun itu sangat menusuk – hingga tiba-tiba Byulyi merasa ada sesuatu yang tersampir di pundaknya.
Ia menoleh dengan cepat hanya untuk menemukan seorang laki-laki dari kelasnya menyampirkan sweater di bahunya.
"Kim Seokjin." Byulyi mengernyitkan keningnya. "Apa yang kau lakukan?"
Seokjin tertawa kecil. "Udara sangat dingin, apakah kau yakin kau masih bisa pulang hidup-hidup?"
Belum sempat Byulyi membalas, Seokjin kembali berkata, "Pakailah sweaterku daripada kau mati karena hipotermia."
Sedikit mendesis, Byulyi cukup terkejut ketika dirinya mengangguk lalu menuruti ucapan Seokjin. Kini, sweater berwarna ungu tua itu sudah menghangatkan tubuhnya.
Seokjin tersenyum. "Lebih cocok dipakai olehmu daripada aku," ucapnya cepat, namun Byulyi mampu menangkapnya dan tiba-tiba merasa sedikit gugup.
Byulyi mendengus. Ia tahu kalau sahabat laki-lakinya ini sangat baik. Selain Yongsun, Seokjin merupakan sahabatnya yang lain yang selalu berada di sisinya. Kenyataannya, ketiganya memang bersahabat sedari lama.
Selain Desember dan partikel di dalamnya, ia juga menyukai Kim Seokjin – lebih dari sekedar sahabat. Hal itulah yang membuatnya berusaha menjauh dari Seokjin sekalipun laki-laki itu terus-menerus mengekorinya ke mana-mana.
"Tidak usah, ambil saja," balas Seokjin santai. "Sebagai gantinya, besok aku ulang tahun, jadi temani aku makan."
Byulyi kembali mendengus. "Aku tahu kau besok ulang tahun, stop terus-menerus membicarakannya!" teriak Byulyi setengah bercanda, membuat Seokjin tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
four seasons, four colors
Fanfictioncollection of bangtanmoo oneshots, mostly jinbyul - written in Indonesian.