Sebuah aroma yang begitu harum, menggelitik indera penciuman seorang pangeran putra mahkota dari Kerajaan Uchiha. Itu adalah aroma yang membuat pangeran kecil itu merasakan ketertarikan yang begitu besar.
Kemudian, tanpa membiarkan semua orang terbangun. Pangeran kecil itu bangun dari tempat tidurnya, dia berjalan cepat, mendekati aroma yang sangat dia inginkan. Hingga langkahnya terhenti di istana milik Raja Madara, yang sebentar lagi akan menurunkan tahtanya pada Raja Fugaku.
"Cantik," lirih Pangeran Sasuke begitu melihat seorang bayi yang sedang tertidur.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Visual Naruto bayi)
Seolah bisa memahami ucapan dari Pangeran Sasuke, bayi mungil berambut pirang itu perlahan membuka matanya. Menatap langsung pada mata berwarna merah milik Pangeran Sasuke, dan bukannya bayi itu menangis, sang bayi justru tersenyum begitu manisnya.
"Kamu tidak takut?" tanya Pangeran Sasuke.
"...." Bayi kecil itu tidak menjawab, tapi tersenyum sambil menangkap jari telunjuk Pangeran Sasuke.
Biasanya, setiap anak yang melihat mata merah Pangeran Sasuke. Mereka akan menangis, karena memang Pangeran Sasuke belum bisa mengendalikan kemampuan khusus milik Uchiha. Jadi, banyak anak - anak yang menangis ketika melihat mata Pangeran Sasuke.
"Pangeran Sasuke?" ucap Raja Fugaku yang terkejut putranya sudah lebih dulu sampai.
"Nikahkan saya dengan peri cantik ini, Ayahanda," pinta Pangeran Sasuke.
"Pangeran, apa Pangeran paham dengan maksud ucapan Pangeran?" tanya Raja Fugaku.
"Itu artinya, saya akan melindungi peri kecil ini, ayahanda," jawab Pangeran Sasuke.
Raja Fugaku tersenyum mendengar jawaban putra bungsunya. Meskipun Pangeran Sasuke masih kecil, tapi tetap saja darah Uchiha menciptakan sifat posesif dalam diri Pangeran Sasuke. Kemudian, Raja Fugaku melihat ke arah seorang panglima besar milik Kerajaan Konoha, dia adalah.... Hatake Kakashi.
Beberapa saat yang lalu
Traanggg....
Detingan suara pedang yang saling benturan terus berbunyi, seolah pertarungan berat sepihak itu tidak akan bisa dihentikan. Bagaimana tidak? Ini bukanlah pertarungan yang terjadi di medan perang, melainkan sebuah pertarungan untuk melakukan kudeta.
Kediaman yang biasanya memiliki jumlah pasukan paling banyak, entah kenapa malam ini justru tak ada pasukan sama sekali. Hingga membuat orang yang dipanggil Yang Mulia oleh setiap orang, kini harus turun tangan sendiri.
Kemampuan di bidang bela diri, membuat para musuh yang tak ada habisnya menjadi kewalahan.
Suasana berbeda, terjadi di bagian lain pada kediaman megah itu. Salah satu kamar, yang biasanya diisi canda tawa bahagia, justru sekarang terlihat miliki suasana tegang.