safe place | yeonbin

300 24 28
                                    

~S a f e p l a c e~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~S a f e p l a c e~

Siang itu salju turun cukup lebat, hutan dan kebun tertimbun, matahari pun terhalang awan.

Soobin si kelinci manis itu bergelung di balik secarik koran di bawah pohon yang rindang, ia menggigil. Serasa ajal bisa menjemputnya kapan saja.

Dirinya kecil dan lemah. Ia tahu kalau kelinci tidak bisa hidup sendiri.

Disaat ia putus asa, Soobin mendengar bunyi dahan patah dan langkah kaki. Sudah pasti itu pemangsa. Mereka jadi lebih ganas saat perut keroncongan dan tidur mereka terganggu.

"Boom!!" Seekor rubah merah besar muncul di hadapan Soobin.

"Halo kelinci manis, sendirian saja? Mana temanmu yang lain?"

"Apa kau kemari untuk memakanku, cepat lakukan saja, aku tidak peduli."

Rubah itu mendekat mengendus-endus badan dan menjilat perlahan bulu lembut Soobin.

"Cih, aku tak suka mangsa yang menawarkan diri. Dan lagi kau sangat kurus, tidak ada nutrisi."

Rubah itu mengigit lembut tengkuk Soobin, membawanya pergi entah ke mana.

"Selamat datang di rumahku, kelinci kurang gizi." Rubah itu meletakan Soobin di atas ranjang besarnya. Rumah ini hangat, pikir Soobin.

Dengan dinding dan lantai kayu, perapian yang menyala dan buah buahan segar di atas meja.

Kruyuuukkk~

Perut Soobin berbunyi keras sekali. Soobin menggunakan kedua kakinya, bergelung menutupi pipinya yang memerah.

Rubah itu mendekati meja dan kembali ke ranjang dengan sebuah apel dalam gigitannya. Si rubah meninggalkan apel di sisi Soobin.

"Makanlah, aku tidak mau mangsaku kelaparan."

"Kenapa kau baik padaku? Teman-temanku mati karna sebangsamu. Mereka semua meninggalkanku. Aku rindu mereka." Soobin menangis. Ia itu hanya santapan bagi si rubah, kenapa pakai acara grooming behavior segala?

Rubah itu menaruh kaki depannya di kepala Soobin, mengusapnya pelan.

"Sudah jangan menangis. Aku paham kau kesepian." Yeonjun membawakan segigit hati rusa hasil buruannya tempo hari.

"Apa? Aku tidak membunuh rusanya. Itu mati kedinginan dan aku hanya memakannya. Kau juga harus makan supaya tidak mati."

Meski heran, Soobin tetap memakan apel dan dagingnya. Rubah ini benar, dia harus tetap hidup untuk bertemu dengan sebangsanya lagi.

"Aku Yeonjun. Bangsaku juga sangat sedikit yang bertahan hidup di hutan ini."

"Soobin." Jawabnya singkat.

"Tidurlah."

Esok harinya Yeonjun terbangun mendapati Soobin yang terpejam di dekapannya. Ia segera bangkit untuk menghangatkan air dalam bejana, Yeonjun rubah yang pintar.

Ia membangunkan Soobin, menggigit tengkuknya dan memasukannya dalam bejana. Soobin takut, ia berontak dalam wadah.

"Tenang, aku tidak akan memasakmu, kau harus mandi kalau mau tinggal disini kelinci kecil."

Soobin mengangguk, mulai tenang. Yeonjun membantu Soobin mandi dengan lidahnya. Ia menjilati seluruh permukaan badan Soobin hingga bersih semua.

Hari-hari berlalu begitu cepat. Kini sudah musim semi. Badan Soobin pun sudah montok berisi. Kelinci itu sangat sehat berkat daging buruan Yeonjun. Yeonjun selalu mengajaknya keliling hutan dan mengenalkannya tentang tumbuhan juga hewan.

Terkadang saat Yeonjun sedang berburu, Soobin asik sendiri di hutan belakang, ia selalu bermain bersama kupu-kupu, lebah dan serangga kecil lainnya. Juga mengumpulkan buah beri untuk dibawa pulang.

Namun suatu hari, seekor beruang terbangun dari hibernasinya. Beruang itu melihat Soobin sedang merangkai bunga untuk Yeonjun, sendirian.

Yeonjun baru saja pulang berburu saat kelinci itu hampir diterkam oleh beruang besar di belakangnya.

Yeonjun segera melompat, mencakar dan mengigit wajah beruang itu. Yeonjun bengis ia tidak akan membiarkan seekor pun menyentuh Soobin. Ia tidak mau satu-satunya mahluk terdekatnya dimakan habis oleh beruang brengsek ini.

"Pergilah sebelum kamu terluka!" Teriak Yeonjun.

Tapi beruang itu malah menggeram dan berteriak.

Sekali lagi Yeonjun melompat ke arah si beruang, menendang wajahnya. Namun beruang itu cekatan. Ia meninju Yeonjun hingga rubah itu menghantam pohon dan berdarah-darah.

Soobin panik, ia berlari kecil ke arah si beruang yang siap memakan Yeonjun.

"Ke sini beruang bodoh!!" Teriaknya nyaring.

Beruang itu kesal dan mengejar Soobin, setelah ia membanting Yeonjun ke tanah.

"Apa? Tidak-tidak, kelinci itu tidak enak! Jangan coba-coba mengejarnya!"

"Kenapa kau tidak lari Soobin bodoh!"

Yeonjun berteriak-teriak, ia tidak sanggup berdiri dan melindungi Soobin.

Beruang itu hanya tinggal beberapa langkah untuk memangsa Soobin namun tiba-tiba dari dalam tanah ada perangkap yang terinjak oleh beruang.

Beruang itu ambruk dengan kakinya yang hancur akibat ranjau manusia.

Soobin langsung menghampiri Yeonjun yang terluka. Ia menangis.

"Kau tak apa? Apa kau akan mati? Jangan mati, bukannya kau yang mengajariku bertahan hidup?" Soobin sedih.

Yeonjun hanya tersenyum.

"Tidak bodoh, aku hanya terluka. Tak apa akan sembuh dalam beberapa Minggu. Terima kasih telah menolongku."

"Kita harus pergi dari sini, Yeonjun. Rumahmu tak aman lagi."

"Aku setuju, tidak ada tempat yang benar-benar aman di hutan untuk mahluk kecil seperti kita."

"Tidak, aku menemukan tempat amanku, Yeonjun. Di manapun asal bersamamu."

Soobin duduk dan tersenyum manis, di sebelah Yeonjun yang tertidur karena lelah.

[🐷] Azyon777

 ، ⌗ Cassiopeia ♡̷̸⁩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang