***
"Anda terlihat jauh lebih lemah dari sebelumnya, Tuan Khun."
Netra lilac sandari awal sedang menatap pria itu kasihan. Dengan surai hitam yang terurai begitu saja, Bella sebagai teman yang sudah menemani masa kecil Khun selama dua tahun, berhasil mengalahkan ratusan pertandingan Bersama Khun dengan waktu singkat.
Di lain sisi, sebagai Khun Aguero Agnes yang memiliki sifat angkuh merasa tidak senang. Helaan napas keluar dari bibir ranumnya. Sebuah hasrat tiba-tiba muncul; hasrat ingin mengalahkan Wanita itu sampai ia bertekuk lutut di depan Khun.
"Menyebalkan sekali." Ucap Khun gusar.
"Lebih baik Anda segera beristirahat, dan jangan paksakan suatu hal yang sudah ditakdirkan untuk tidak dilakukan secara paksa."
Saat wanita itu siap pergi dari hadapan Khun, mendadak ia merasakan sebuah rasa dingin menjalar di punggungnya. Iris terbelalak, tubuh sedikit menegang, bibirnya yang tadi ia gunakan untuk memberikan saran kepada lelaki itu sedikit terbuka.
"Kau mau ke mana Bella? Pertarungan ini belum selesai." Seringai milik pria bersurai biru muda itu mulai muncul ketika melihat paras ayu sang wanita; Khun tak menyangka ekspresi Bella akan sekaget itu.
"Anda... mempelajari teknik ini...? Dan menerimanya...?"
Khun sekali lagi merasakan perubahan tak terduga dari Bella. Suara halus nan lembut dengan rasa percaya diri yang begitu tinggi seketika berubah menjadi sebuah kegugupan yang sangat luar biasa, dalam hati Khun bertanya-tanya, ada apa dengan wanita ini?
"Ya begitulah, aku malas menceritakannya kepadamu."
Selang beberapa detik berlalu, wanita bersurai gelap itu kembali membuka suaranya. "Maaf Tuan Khun, saya tidak bisa berlama-lama di sini. Saya harus pergi."
Dalam sekejap posisi Bella berubah menjadi menghadap Khun. Tubuhnya sedikit membungkuk kepada pria itu, memberikan rasa hormat sebelum pergi dari hadapan salah satu anak dari Sepuluh Keluarga Agung.
"Kan sudah kukatakan, pertarungan ini belum selesai." Dan lagi, Khun Aguero Agnes memberikan rasa dingin menjalar di tubuh Bella.
Dengan rasa terpaksa ia akhirnya meladeni Khun. Bella tak bisa menolak ucapan pemuda itu. Tidak bisa sekalipun. Bisa-bisa ia akan mati di tangan Keluarga Khun bila menolak ucapan dari lelaki itu; ya walaupun Khun sudah lama dibuang oleh keluarga, Bella tetap saja waspada akan sekitarnya. Dalam pertarungan mereka, sebisa mungkin wanita itu tak sepenuhnya mengeluarkan kekuatan yang ia punya.
Sepertinya takdir berkata sebaliknya. Sekecil apapun kekuatan yang dikeluarkan oleh Bella, tidak mungkin akan membuat lawannya tak kelelahan. Sudah terlihat dari awal, posisi mereka jauh berbeda. Bella sebagai High Ranker dan Khun sebagai Reguler C-Rank, seperti langit dan bumi.
Menghela napas gusar. Harga diri yang begitu tinggi selama menemani Khun seketika hancur begitu saja. Pertarungan yang terjadi beberapa menit lalu terasa sia-sia untuk pria itu. Sebab, teknik yang digunakan oleh Bella sangat berbeda dari pertemuan sebelumnya.
Tubuh ramping terlentang di atas permukaan tanah. Netra biru tertutup rapat, kedua alis sedikit dikerutkan. Khun selalu bertanya-tanya, bagaimana caranya menghilang secara cepat dari hadapan Bella? Sehabis melakukan pertandingan dengan wanita itu dan selalu kalah, rasanya tidak enak. Ingin cepat menghilang saja.
"Apakah Anda tetap bersikeras ingin menjadi kepala keluarga, Tuan Khun?"
Iris biru mendadak terbuka lebar ketika mendengar pertanyaan Bella. Bukannya menjawab pertanyaan Bella, Khun malah bertanya balik, "kau ingin melaporkan ke Ayah?"
Paras yang tadinya sedang menatap ketidak berdayanya Khun, berubah menjadi menatap ke langit-langit; seperti ingin mengucapkan sesuatu namun tertahan oleh sesuatu. "Tidak, hanya saja..."
"Kenapa? Kau kan biasanya menemuiku atau bertanding bersamaku hanya buat melapor pergerakanku pada Ayah. Ya tak heran sih, kau kan orang yang paling dipercaya olehnya." Ucap Khun penuh nada sinis.
"Saya tidak pernah sekalipun melakukan hal seperti itu kepada Tuan Khun." Kata Bella. Ia berusaha tetap tenang, walaupun sudah diberikan kata-kata tak enak didengar oleh Khun.
"Aku tak peduli apa yang akan kau lakukan lagi. Pergi sana. Aku merasa mual melihat wajahmu terus menerus."
Mendengar Khun menyuruhnya untuk pergi, jemari Bella segara mengambil kain yang berada di saku celananya. Kemudian ia tutupi setengah parasnya menggunakan kain itu. Sebelum perpisahan dimulai, Bella kembali membungkukkan tubuh kepada Khun.
Decakan lidah terdengar sampai ke indra pendengaran Bella. Saat tubuh sudah siap pergi, Bella melihat air muka Khun. Bibir ranumnya menunjukkan sebuah pergerakan, seperti sedang mengucapkan sebuah kata-kata.
"Percuma kau menutupnya hanya sampai pangkal hidungmu bodoh. Yang paling tak kusuka dari parasmu itu matamu. Rasanya ingin kubakar." Ucapan itu tidak bersuara, hanya sebuah gerakan bibir. Namun, netra lilac yang tidak disukai oleh Khun mendengarnya. Seakan bisa melakukan segala hal.
"Saya minta maaf bila Anda tidak menyukai wajah saya yang seperti ini. Saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk pertemuan selanjutnya." Lagi-lagi Bella memperlihatkan mimik wajah itu pada Khun saat menghina warna kedua bola matanya; menatap Khun kosong.
"Lalu, saya pamit undur diri. Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya, Tuan Khun." Setelah itu keberadaan Bella hilang dari hadapan Khun.
Kata demi kata yang dikeluarkan dari bibir ranum wanita itu, sangat lembut dan penuh perhatian. Namun sangat disayangkan nada suara selalu tak mempunyai perasaan.
"Sial."
"Hei! Khun! Apa yang kau lakukan? Yang lain sedang menunggu— HEI! WAJAHMU KENAPA JADI MERAH?!" Suara yang begitu keras mulai muncul dari sunyinya tempat Khun berada. Tak salah lagi, itu pasti Shibisu.
"Haduh! Kan aku sudah katakan. Kau itu habis mati suri! Dan harus banyak-banyak beristirahat!" Omelnya seraya berkacak pinggang.
"Kau berisik sekali, Isu." Kata Khun seraya melikir Shibisu tajam.
Tak peduli dengan tatapan yang diberikan Khun untuknya, Shibisu malah bertanya penasaran akan paras si pemuda, "Oh iya, kenapa wajahmu merah begitu Khun? Demammu tidak naik kan?" Tanyanya sedikit khawatir.
"Berisik." Khun sudah sangat lelah dengan pertarungan tadi, dan sekarang malah ada orang bodoh bertanya-tanya tidak jelas menggukan suara keras. Rasanya kepala Khun mau pecah. Kaki jenjang pun mulai melangkah meninggalkan Shibisu sendirian di belakang.
"Lah?! Kok gitu?! Oi! Jangan tinggalkan aku sendirian dong! Khun!"
Khun jugatak tahu mengapa parasnya tiba-tiba menjadi sangat panas begini. Entahlah, Khuntak mau ambil pusing, mungkin saja ia bertambah demam karena tidak mauberistirahat.
***
4 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Lilac
Fanfiction✼ Khun Aguero Agnes ❝ Sang tuan yang sangat membenci sang puan. ❞ 𝐎𝐧𝐞-𝐬𝐡𝐨𝐭 𝐓𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐆𝐨𝐝 © 𝐒𝐈𝐔 Khun Aguero Agnes × OC › 4 Desemb...