Rain and Coffee

369 53 9
                                    

♤♤♤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♤♤♤

"Theres something beetwen you and the rain."

♤♤♤

Tes

Tes

Tes

Air hujan menetes satu persatu dari atap toko pinggiran tersebut. Asap rokok menemani dinginnya malam ini bersama dengan secangkir kopi hitam panas yang tinggal setengah dimejanya.

Shen Xiaoting menghembuskan nafasnya, bersamaan dengan asap yang keluar dari mulut dan hidungnya.

"Fuhhh....sudah malam. Ia tak pulang lagi?" tanya perempuan itu pada dirinya sendiri.

"Sialan, kenapa juga aku harus menunggunya?"

Perempuan dengan rambut kuncir kuda berwarna hitam itu beranjak dari tempat ia duduk. Mematikan rokok dan membuang puntungnya keluar dimana air hujan masih mengalir cukup deras.

Tanpa banyak bicara ia mulai membereskan toko miliknya dengan terburu namun teliti. Ingin cepat-cepat pulang dan menenggelamkan dirinya dalam kehangatan selimut yang tidak terlalu tebal dikamarnya.

Xiaoting merapatkan jaketnya. "Aish, aku lupa tidak membawa payung." Ia celingukan menerka tempat dimana ia biasanya meletakkan payung biru tua kesayangannya.

"Huft, masa harus diterjang?" Ia melihat keluar sebentar, masih hujan.

Karena malas terjebak ditoko rental tua milik keluarganya, ia bertekad menerobos hujan karena memang tidak sederas itu. Masih aman, pikirnya.

Saat sedang menggembok tokonya. Xiaoting bisa mendengar suara langkah kaki karena genangan air yang dipijak. Dan langkah itu terhenti didekat gadis jangkung tersebut.

"Mau apa kesini? Terlambat, tokonya sudah tutup." ketus perempuan berparas cantik bak dewi afrodit itu.

Orang dibelakang Xiaoting tertawa. "Siapa bilang aku ingin berkunjung ke toko tuamu itu? Aku ingin berkunjung dengan orang yang kebagian jaga hari ini."

Perempuan tinggi itu menghela nafas, selesai mengunci tokonya ia berbalik mendapati seorang perempuan berambut hitam sepanjang pundak tergerai di balik hoodie putih yang menutupinya.

"Dan kelihatannya belum terlambat untuk itu." lanjutnya.

"Pulang sana. Aku tidak mau bertemu denganmu, Choi Yujin. Kau terlambat bukan hanya lima menit! Tetapi seharian bodoh!"

Kesal, tentu saja. Seharian ini Xiaoting menunggu kedatangan sahabatnya itu dengan penuh harap. Dan sekarang Xiaoting sudah pasrah jika perempuan itu tak akan datang. Tetapi kenyataan malah menamparnya agar bangun kembali dan melihat perempuan itu datang dengan payung biru tua kesayangan Xiaoting ditangannya.

Blank Space | XiaoJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang