KEKACAUAN (Bagian 1)

0 0 0
                                    

Malam pun tiba dan tepat lima jam berlalu setelah Ito dinyatakan telah diculik, oleh polisi. Dan kini sudah pukul delapan malam. Beritanya pun sudah menyebar di media cetak, media sosial, dan bahkan juga disiarkan di semua chanel berita di tv.

Semua sudah dikerahkan untuk melacak keberadaan Si Penculik, beserta Ito. Gea yang menyaksikan berita itu di atas meja makan pun jadi tak berselera makan, bahkan bicara pun enggan. Ia hanya terus memikirkan bagaimana keadaan Ito.

Apakah Ia sudah makan atau belum sekarang ini.

Di dimensi lain tepatnya dua jam setelah Ito diculik, saat itu Seorang Wanita tengah melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamar anak sematawayangnya.

Berbelok ke kanan dan mengulurkan tangannya mengetuk pintu kamar anaknya, tapi tak mendapat sahutan dari Si Pemilik Kamar.

Tak mendapat sahutan  dari dalam, Si Wanita pun memutuskan masuk kedalam kamar. Padahal tidak biasanya anaknya terlambat bangun. Biasanya anaknya sudah rapi tepat jam enam pagi dengan seragam sekolah beserta tas terbangnya yang selalu mengikuti Si Pemilik kemanapun Ia berjalan, saat pintu terbuka tak seorang pun berada disana bahkan tas yang biasa anaknya gunakan tersimpan rapi diatas meja belajar.

Kamar ini seperti ditinggalkan Sang pemilik Kamar, bahkan seperti tak terjamah. Dan tidak ada bekas samasekali ditempat tidur atau meja belajarnya.

Wanita itu pun memanggil nama anaknya berulangkali bahkan Ia mencarinya di dalam kamar mandi, tapi hasilnya nihil. seperti anak itu memiliki kemampuan menghilang saja.

Wanita itu pun bergegas menuruni anak tangga untuk memberitahukan hal ini pada suaminya, berkali-kali memanggil suaminya dengan sesekali terisak, akhirnya suaminya datang dengan berlari tunggang langgang menghampirinya dan langsung menariknya ke pelukannya.

Beberapa menit menenangkannya, akhirnya wanita itu pun berhenti menangis meski masih sedikit sesenggukan.

" Ada apa,Ila. Apa yang terjadi,kenapa kamu menangis ? "tanya suaminya sambil sesekali mengelus pundak istrinya.

 Mendapati istrinya seperti ini membuatnya bingung, tadi sebelum Ia tinggal ke ruang kerjanya tidak ada apa-apa tapi sekarang.

" Ito,Dia tidak ada dikamarnya. Aku juga sudah mencarinya dikamar mandi,tapi tidak ada,Lio "ujar Wanita itu, sambil menyeka sisa-sisa air mata dipipinya.

" Itu tidak mungkin,pasti Dia sudah berangkat ke sekolah sekarang. Kamu jangan khawatir,Aku akan membantu mencarinya,Ayo! "ajak Suaminya dengan menarik tangan Sang Istri dengan lembut. Dan saat Lio tahu bahwa anak sematawayang mereka menghilang, Ia

menjadi cemas pada keberadaan Ito sekarang ini. Tapi Ia harus bersikap tenang untuk menenangkan Ila.

      Ila memiliki sikap yang mudah panik dan selalu cemas pada segala hal sejak muda, beruntung Ia mendapatkan suami seperti Lio yang memiliki sikap tenang dan lembut yang dapat melengkapi Ila. Merekapun kembali menuju kamar Ito, tapi sebelum itu Lio mengambil sebuah botol  berisi serbuk di ruang kerjanya. Iapun membuka penutup botolnya dan mulai menyebarkan bubuk itu ke setiap arah, bahkan hingga keluar kamar.

Tak berapa lama bubuk-bubuk itu menyatu menjadi sebuah jejak kaki. Seperti sebuah sihir. Jejak kaki itupun mengarah pada ruang kerja Lio, Lio dan Ila pun terkejut saat melihat jejak kaki itu mengarah kesana.

Merekapun mengikuti jejak kaki itu, dan Lio pun tak berhenti menaburkan bubuk itu hingga kedalam ruang kerjanya. Sampai pada pintu berbentuk lingkaran yang menempel di lantai.

" Lio,ini kan...? "tanya Ila dengan wajah pucat.

Jam menunjukan pukul sepuluh lewat lima belas menit itu yang Ito lihat pada sebuah jam yang terpasang pada dinding ruangan tempat sekarang yang Ito diami. Tempat ini jauh lebih luar dan terang dari tempat sebelumnya.

Ia masih tidak bisa mencerna perkataan Wanita tadi, kalau Ia akan bekerja untuk menghasilkan uang untuk Wanita itu. Dan besok Ia akan dibawa oleh Anak Buah Wanita itu ke jalanan menjadi seorang pengamen, Ito tidak tahu harus bagaimana sekarang ini.

Ia selama beberapa bulan ini hanya berada dikawasan sekolah saja. Ia bahkan tak pernah berpikir untuk berkeliaran jauh dari sekolah Gea. Dan sekarang Ia berada ditempat asing yang tak pernah Ia kunjungi.

Sebuah ruangan berukuran 6X6m dimana tempat Ito berada. Disini Ia tidaklah sendirian. banyak anak-anak yang bernasib sama sepertinya, mereka ada yang seusia Ito atau lebih tua satu dua tahun. Disebelah kanan Ito ada seorang anak Perempuan seusianya tengah menangis minta dipulangkan, tapi tak satu pun penjaga yang peduli dengan tangisan anak itu. Ito yang merasa prihatin pun mencoba menenangkannya meski sedikit kesulitan. beberapa menit setelahnya anak itupun menjadi tenang, Iapun berterimakasih pada Ito.

Seorang anak yang berada di seberang Ito pun dari tadi memperhatikan, bagaimana cara Ito membuat anak Perempuan yang ada disebelahnya berhenti menangis. Dan setelah anak Perempuan itu berhenti menangis, anak yang berada di seberangnya pun tertawa cekikikan melihat aksi Ito. Sedangkan dengan orang terkait hanya menatap bingung anak tersebut.

" Apa ada yang,lucu ? "tanya Ito menaikkan sebelah alisnya. Anak itu pun meredam tawanya terlebih dahulu, sebelum menjawab pertanyaan Ito. "Ngak,cuma lucu aja sama cara kamu yang membuat anak cewe itu berhenti nangis "ujarnya sesekali cekikikan membuat Ito makin bingung.

 "Kamu seperti orang aneh aja,ketawa ngak jelas "sindir Ito yang membuat anak itu menekukkan wajahnya.

"Ada ya,orang yang menghentikan tangisan anak kecil dengan menunjukan wajah jelek seperti itu. Bukannya berhenti nangis, malah semakin kencang tangisnya "sungutnya pada Ito.

" Aku hanya mencoba menghiburnya kok,Aku ngak berniat membuatnya tambah menangis"ujarnya membela diri.

Anak itu pun hanya mendengus sebagai jawaban. Ito tidak habis pikir dengan anak yang berada di seberangnya itu. Bukannya membantu menenangkan anak perempuan di seberangnya , Dia malah menertawakan sikap Ito. Apa anak di Dunia ini memang suka merendahkan orang lain, berbanding terbalik dengan orang-orang di Dunia Ito. Mereka cenderung merendahkan orang yang suka menindas orang lain.

Daripada terus berdebat dengan anak itu, Ito lebih memilih diam untuk mengakhiri perdebatan yang tidak ada habisnya. Anak itupun juga ikut terdiam, meski merasa bosan dengan suasana yang hening setelah perdebatan itu.

" Hei, Siapa namamu ? "ujar anak itu entah pada siapa.

Ito yang mendengar itu menengok kekiri dan kekanan, memastikan siapa orang yang dipanggil anak itu. Tapi tak seorangpun yang menjawab pertanyaan itu.

" Apa kamu bertanya, padaku ? "tanya Ito memastikan.

" Terus siapa lagi, Hah. Kalau tidak mau jawab, ya tidak apa?! "bentaknya. Itopun terdiam, iapun mengambil nafas dalam dan menghembuskannya.

" Namaku, Ito. Kamu ? "tanya Ito balik.

" Eza. Nama kamu kok, kayak orang Jepang ya, apa kamu, orang Jepang? "tanyanya. Ito yang mendengar hal itu menatap bingung anak yang bernama Eza itu. Apa itu orang Jepang? dan Jepang itu apa?.

" Anu, itu maksud- "belum sempat Ito selesai bicara, seorang Pria bertubuh besar memerintahkan semua anak untuk tidur.

" Apa yang mau kamu tanyakan, barusan? "tanya Eza. Itopun menggeleng.

" Ngak, nga ada apa-apa. Maaf "ujarnya sambil tersenyum.

" Oh "jawab Eza, iapun mulai beranjak tidur. Begitu juga dengan Ito. Ia mulai membersihkan tempat yang akan digunakannya untuk tidur. Setelah bersih, iapun berbaring dan langsung memejamkan matanya. Beberapa menit berselang Ito membuka matanya. Ia tidak merasa nyaman tidur diatas tikar, iapun memutuskan duduk dan berjaga sampai pagi menjelang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

World ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang