Sebuah Keputusan

2.5K 49 16
                                    

Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar, dan Beby merasa inilah saatnya. Ini akan menjadi keputusan yang besar dan menentukan hidup Beby dan Gaby kedepannya.

Meski sudah sepenuhnya yakin tapi rasa gelisah terus mengusik. Dadanya berdebar hebat. Beby menarik nafas dalam-dalam mencoba menormalkan keadaan. Dengan ragu, perlahan Beby menekan beberapa digit nomor yang dia hafal diluar kepala.

'Maafkan summer menyilaukan saat tatap wajahmu dari samping dalam hatiku ingin menyentuhmu lembut keisenganku saja' terdengar nada sambung pribadi sipemilik telepon diseberang sana.

"Ha-hallooo"

"Iya halloo" balas Gaby. Dari suaranya Gaby dapat menebak sosok diujung telepon sana. Mungkin Gaby sudah sedikit gila tapi satu hal yang tak bisa dihindarinya yaitu sebuah senyuman terukir di wajahnya. Hanya mendengar suara Beby... Sesederhana itu.

"Lagi apa Gab?"

"..........."

"Gab? Gaby?? Hallooo.. Kamu masih disana kan?"

"Eh iya Beb, maaf maaf tadi bengong hehehe" jawab Gaby cengengesan. Suara Beby mampu menghipnotis Gaby sesaat, membuatnya hilang kesadaran. Gaby merutuki dirinya sendiri, gimana kalo Beby marah gara-gara dicuekin? Bodoh Gaby!

"Kebiasaan, aku lagi ngomong lho Gab, kok dicuekin? Atau kamu lagi sibuk? Yauda aku tutup ya teleponnya"

"Eeee jangan Beb jangan!" cegahnya cepat. "Aku gak sibuk kok serius deh beneran suerrr" dua jari Gaby membentuk huruf V, meskipun dia tau Beby tak dapat melihatnya.

"hhhhh... " terdengar hembusan nafas kasar. Sepertinya Beby sedikit bete.

"Beb.. Aku gak sibuk, serius.." ujar Gaby dengan nada selembut mungkin. Semoga dengan mendengar suara lembutnya, bete Beby bisa hilang, pikirnya.

"Beneran ga sibuk?" tanya Beby ragu.

"Bener Beby sayaaang" jawab Gaby menyakinkan.

"Kalau gitu kamu ada waktu gak sore ini ketemu sama aku?"

"ADA BEB! ADA BANGET MALAH!" jawab Gaby penuh semangat! 'Jangankan kamu minta waktu soreku Beb... Kamu minta seluruh waktu seumur hidupku pun aku kasih buat kamu' batin Gaby riang.

"Okay, kita ketemu di danau ya"

"Danau mana Beb?"

"Danau yang tidak ada di peta"

"Lho? Bukannya itu danau tempat biasa kak Kinal sama kak Ve ya? Apa kita gak ganggu mereka nantinya?"

"Nggak kok Gab. Tadi aku baca PM kak Kinal katanya sore ini dia sama kak Ve mau ke balkon nunggu bulan"

Gaby mengernyitkan dahinya bingung "Nunggu bulan? Dari sore?"

"Gak penting tujuannya apa kali Gab. Mau nunggu bulan kek, nunggu kang siomay kek, mereka mana peduli. Yang penting SAMA SIAPANYA itu loh" ucap Beby penuh penekanan.

"Oh.. Iyaiya hehehe" Gaby mengangguk mengerti.

***

Disinilah Beby sekarang, danau yang tidak ada di peta. Sepi.. Hanya sendiri, tak sabar menunggu kedatangan seseorang yang membuatnya gelisah sedari tadi. Sudah 15 menit berlalu.. Tapi sosok yang dinanti belum muncul juga. hhh...

"Hallo Gab, aku uda di danau. Kamu dimana?"

"Bentar Beb Bentar yaa.. Tunggu bentaaaar lagi aku belum beres ehehe tunggu bentar aku kesana"

"hhh.. Emang ngapain sih Gab? Lama banget"

"Dandan heheh bentar lagi beres kok Beb, tunggu yaa!" Begitulah Gaby, tak cukup waktu sebentar untuk berdandan. Apalagi kali ini dia akan bertemu Beby. Hampir dua jam dia habiskan hanya untuk menentukan pakaian yang mana yang akan dia pakai untuk menemui Beby nya, ribet Gaby.

Sebuah KeputusanWhere stories live. Discover now