Prologue Of The Dream

880 134 31
                                    

Kala itu angin musim semi tengah bertiup dengan lembutnya, menerpa wajah seorang organisasi tampan yang menatap keluar jendela kantornya. Jas putih yang dia kenakan nampak berkibar pelan, sementara sebuah halo biru elektrik mengambang pelan di kepalanya.

United Nations.

The President.

UN menghela nafas pelan sambil menyisir rambutnya kebelakang dengan jemari. Dia nampak frustaai dan tertekan belakangan ini. Bukan karena berkas menumpuk yang bisa kapan saja dia berikan ke sekretarisnya, namun karena konflik antar country yang tengah menjadi perbincangan hangat belakangan ini.

Semuanya bingung harus memihak siapa dan untuk apa. UN sendiri bingung bagaimana agar konflik yang berlangsung ini selesai tanpa menimbulkan korban dari pihak manapun.

UN menghela nafas panjang. Andai ada seseorang yang tidak perlu tau masalah ini secara detail namun bisa memberi solusi yang solutif dan efektif.

"Tuan UN?" Panggil seorang organisasi cantik bergaya militer. NATO "Ada yang bisa saya bantu?" Tanya-nya sambil menatap wajah UN yang kusut.

"Yeah, tolong ambilkan aku secangkir kopi, dan berkas di atas meja ku." Perintah UN.

Tanpa banyak tanya NATO langsung melakukan perintah tuannya itu. Dengan gesit dia menuangkan kopi kedalam cangkir dan mengambil sebuah berkas yang tergeletak diatas meja kerja UN.

"Ini Tuan." NATO menyerahkan cangkir berisi kopi tadi dan sebuah berkas.

"Trims." UN menyesap kopinya dan membuka amplop coklat berisi berkas itu.

Manik safirnya membaca data demi data tentang pertumbuhan penduduk di dunia. Lalu sebuah ide terlintas begitu saja di otaknya. Sebuah solusi yang dia cari selama ini.

"NATO." UN berbalik dan menatap perempuan yang selama ini diam-diam dia sukai itu "Apa portal menuju Human Living masih bisa dipakai?"

NATO serasa habis disambar petir begitu mendengar pertanyaan UN barusan "Maksud Anda?"

Tidak, UN tidak mungkin berpikiran untuk membawa manusia ke dunia para country bukan?

"Aku ada rencana untuk konflik ini. Para humans, mereka bisa membantu menyelesaikan konflik tanpa ujung ini! Mereka tau fakta garis besarnya, dan itu memungkinkan kelancaran informasi. Selama ini kita hanya melihat dari segi wilayah tanpa memandang penduduk! Brilian!" UN kemudian memberi aplause untuk dirinya sendiri.

"T-Tapi Tuan, kita sudah lama tidak kontak langsung dengan dunia manusia! Mana mungkin kita menculik seorang manusia lalu membawanya ke sini, lalu dimana kita akan membuka portal nya? Tidak mungkin di jalanan ramai karena itu hanya akan menarik perhatian dan tidak mungkin secara diam-diam atau kabar tidak mengenakkan akan tersebar!" Bantah NATO yang kurang setuju dengan pemikiran UN barusan.

UN terdiam, dia nampak memikirkan perkataan NATO barusan. Selagi dia berpikir apa dia harus membuat satu kota tsunami atau sejenisnya, seseorang muncul diambang pintu. Organisasi yang nampak lebih muda dari pada UN, seekor ular seputih salju bergelung diatas bahunya, sesekali mendesis ramah.

WHO.

"Erh... Hai Kak, cuma mau bilang kalau dunia manusia yang kocar kacir karena virus agaknya mulai membaik, selanjutnya apa?" WHO nampak menunggu titah dari kakaknya itu.

"Virus... " UN terdiam sebentar "ITU DIA!!!"

"UN kita tidak menciptakan perang Dunia ke 3!!!" Seru NATO begitu menerka isi kepala UN saat ini.

"WHO, aku minta tolong sesuatu padamu boleh?" UN menatap adiknya itu, nampak memohon.

"Erh... Apa..?" Jawab WHO ragu-ragu.

Darkest Dream 2 : Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang