lol just kidding

1.7K 281 7
                                    

"Bagaimana awalnya.. kau bisa belajar bahasa tanpa suara? Lalu kenapa.. kau mau..?"

Pertanyaan dari gerak tangan Jihoon dibalas kedipan mata oleh Soonyoung. Menghela napas, yang lebih tinggi sadar kalau ekspresi frustasinya mungkin dimengerti sosok di sisi. Tambah lagi kebingungan yang terpancar ketika jari jemari tersebut naik, namun kemudian turun sebelum mulai.

Jujur, ia harus cerita bagaimana? Dari mana? Karena tahun-tahun penuh drama agak sulit kalau cuma diperagakan oleh bahasa tangan.

"Kenapa?
Karena ada sesuatu yang harus ku sampaikan padamu, mungkin."

".....??"

"Kita cari kedai dulu sebelum ngobrol."

"........."

"Aku traktir, tenang.."

"....!!"

"Iya, ramen. Terserah yang penting duduk."

--

Sebenarnya, bulan-bulan awal mereka satu sekolah bersama tidak ada yang namanya berangkat dan pulang sejalan.

Jihoon biasanya duluan diantar Bunda. Pulang dijemput Ayah. Sementara Soonyoung selalu sendiri karena kadang ia suka lupa waktu kalau sudah bersama kawan satu tim.

Basket adalah kesukaannya sejak kecil. Kadang juga sepak bola, tapi ia lebih suka melompat dan istirahat tiap 15 menit.

Berbeda dengan Jihoon yang menyukai sesuatu di balik kekurangannya, Soonyoung selalu berbakat pada apapun yang ia suka.

Jadi, apa itu usaha?

Soonyoung suka, Soonyoung bisa. Begitu takdirnya.

"Kenapa juga sekolah kita tidak punya lapangan dalam ruangan.."

"Kau pikir gedung ini berdiri di tanah perkotaan?"

"Aish. Terus hujan begini tidak bisa main?"

"Main sana kalau mau basah-basahan."

"Dah lah. Pulang saja.
Ayo, Soon."

"Hm. Sana duluan."

Teman tingginya perlahan bangkit. Pergi meninggalkan sang kapten sendiri di lorong menghadap lapangan. Tak berkutik padahal tau hujan akan semakin besar kalau ia tidak pulang sekarang.

Tidak, ia tidak sendirian.

Beberapa anak masih di ruang terdekat seperti mereka yang ekskul musik, tari, paduan suara, drama..

Oh. Yah.

Jihoon juga pasti masih di sana.

Setidaknya Soonyoung bisa memanjakan kebosanannya dengan melihat bagaimana si saudara beradaptasi di lingkungan nan normal.

'Jihoon bisa pantomim!'

'Tapi Romeo & Juliet tidak butuh sosok seperti Charles Chaplin.'

'Bagaimana kalau properti hidup? Jihoon bisa asalkan naik panggung!'

'Lain kali, ya.
Toh bukan kamu doang kok yang tidak kebagian peran.'

Soonyoung sedikit mengerutkan alis kala menatap Jihoon yang tidak lagi menuliskan argumen dalam catatannya. Mungkin karena si lawan bicara yang juga tak ada waktu untuk meladeni makanya pergi, anak itu terpaksa diam berdiri sendiri di pinggir layar utama.

Tidak menyerah.
Masih berusaha menunjukkan potensi diri dengan mengubah ekspresi sesuai adegan yang terlihat.

Jelas penampakan ini membuat Soonyoung marah. Agak bingung juga mau melampiaskan ke siapa, si pelatih drama atau Jihoon seorang, yang pasti dirinya sudah tidak mau lagi melihat si saudara menampakkan kaki di ruang tersebut.

Love Language [SoonHoon BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang