Kala Cinta Bersemi

15 1 0
                                    

Askara lelaki yang selalu mencuri perhatian ku, bahkan dari jarak jauh pun aku sudah merasakan kehadirannya. Dengan postur tubuh yang tinggi dan proposional, wajah tampan tanpa usaha juga mata yang tegas, askara itu sangat kharismatik. Ia cerdas dan cakap dalam banyak bidang, rasanya sangat wajar jika ia banyak digandrungi perempuan. Salah satunya, aku Nacita, perempuan biasa-biasa saja yang jatuh cinta pada sang pangeran. Aku mencoba percaya bahwa keajaiban itu ada, sehingga aku dapat kesempatan.

"Heh, gue tau ya lo tuh naksir sama laki-laki kulkas itu. Tapi tolong fokus dulu sama gue dong!" Omel leta. Leta adalah sahabatku, kami bertemu 2 tahun yang lalu sejak ospek hari pertama aku menempel padanya seperti parasit, aku yang penakut dan tidak berani bersuara ini dianugerahi sahabat seperti leta yang super assertive. Dia sangat keren, berani melawan kakak kelas yang menindas anak baru di tahun penerimaan murid baru waktu itu. 

"Oke oke, sorry nih gue gagal fokus" Jawabku sambil tertawa. Leta memutar kedua bola matanya.

"Cih, apa kerennya sih. Cuih banget gue liatnya, sok keren" Kata leta, meledek askara. 

"Ih, lo tuh kalo misalnya merasakan jatuh cinta kaya gue. Semuanya bakalan gak make sense, Leta" Jawabku.

"Merinding gue Cit!" Teriak leta, sambil mengelus-elus dadanya.

Askara semakin mendekat, akhirnya aku dapat menatap ia dari jarak dekat. Hanya pada jam istirahat aku dapat bertemu dengannya. Mulai terdengar riuh-riuh para perempuan yang terhujam dengan pesona askara. 

"Ya kan gue bilang juga apa, lo tuh udah sakit deh. Gue rasa kalo askara minta lo buat terjun dari gunung himalaya juga lo mau mau aja" Gumam leta. Aku tidak menghiraukan nya dan tetap fokus menatap kearah askara yang sedang memesan mie ayam. Omong-omong tentang askara, aku punya buku catatan semua hal yang askara suka, dan ya dengan kekuatan stalking ku yang cukup hebat aku dapat mengetahui jadwal-jadwal kegiatannya. Sedikit menyeramkan memang tapi aku tetap tidak akan berani melampaui batas. Nacita, masih menghargai privasi askara!

"Kita sebentar lagi lulus, lo harus udah menyiapkan visi misi hidup lo kedepannya bukan cuma mikirin si askara. Dia ajak ngeliat lo kagak..." Ledek leta

"Anjir, sakit lagi" Jawabku, kemudian aku dan leta tertawa. 

Ya, benar sudah hampir 2 tahun aku memendam perasaan kepada askara. Sebenarnya alasan ku bisa jatuh cinta padanya, karena waktu itu sebelum kenaikan kelas ke tahun kedua kami di SMA, aku dan askara memiliki kisah yang sepertinya hanya diriku yang ingat.

Saat itu sedang hujan lebat dan kebetulan leta hari itu tidak masuk sekolah juga sialnya aku tidak bawa payung. Disaat aku sedang menunggu hujan reda ada beberapa anak laki-laki yang sedang main futsal dilapangan, dan seseorang berteriak kepadaku "Oi cewek, daripada lo sendirian lebih baik lo temenin kita disini. Kita hujan-hujanan bareng" Mendadak aku merasa sangat takut dan tidak tahu harus berbuat apa, pikiran ku yang langsung merangkai skenario terburuk semakin membuatku takut. Rasanya tubuhku lemas sekali, terlebih saat salah satu anak laki-laki itu berlari kearahku.

"Lo kedinginan kan?" Aku mendengar langkahnya semakin mendekat dan suara beratnya yang menakuti diriku setengah mati, aku sangat ingin berlari tapi tubuhku kaku sekali. 

Aku tidak tahu siapa lelaki itu, sepertinya dia teman seangkatanku namun tidak satu kelas denganku. Dia menyentuh bahuku dan menatap wajahku, aku rasanya seperti akan dimakan hidup-hidup. 

"Mau gue anter pulang?" Tanya lelaki itu sambil terus menatapku. Dan kini kedua tangannya berada di bahuku. wajahnya sangat dekat dengan wajahku, semakin dekat..

Namun tiba-tiba ia terjatuh, seseorang mendorong nya. 

"Day, gak lucu bercandaan lo" Ucap lelaki itu. Dan, lelaki yang sebelumnya terjatuh itu kini sudah tegap berdiri. 

"Askara, lo ga asik banget sih" Kemudian ia menatapku, sambil tersenyum tipis dan berjalan pergi meninggalkan ku dengan askara. 

Askara menatap wajahku, kemudian ia menghela nafas dalam-dalam.

"Lo gapapa?" Tanyanya. Dia yang bertanya adalah Askara, salah satu laki-laki populer yang digandrungi banyak perempuan ternyata benar ia sangat tampan, tapi cuek dan bikin orang-orang didekatnya kedinginan karna sikapnya.

Aku mengangguk mengiyakan pertanyaannya. Kemudian ia menggengam pergelangan tanganku, dan mengajakku berjalan. 

"Lain kali, kalo ada orang yang ganggu lo. Jangan diem aja." Ucapnya datar dengan suaranya yang seperti bass sangat enak didengar..

Aku terdiam, namun hatiku tidak mau diam. Kemudian askara melepaskan genggamannya, dan berhenti berjalan begitu juga denganku secara otomatis langsung berhenti namun karena lantai yang licin, langkah ku tergelincir dan aku tidak sempat bertahan dengan baik, namun dengan sigapnya askara menggapai tubuhku yang hampir tergeletak dilantai dengan naas, sehingga yang terjadi ialah, aku berada didalam dekapannya. 

"Ceroboh" Gumam askara, kemudia melepaskan dekapannya. 

"Maaf" Jawabku.

"Lo balik sama gue, hujannya bakalan awet jadi kita terobos aja" Ucap askara. 

"Gapapa gue nyusahin lo?" Pertanyaan bodoh seperti itu memang selalu keluar dari mulutku.

"Gue sebenernya keberatan tapi ya udah gausah banyak tanya lo cukup kasih tau arah ke rumah lo aja" Jawab askara, dan aku menangguk paham.

Ia berlari ke arah parkiran dan kembali dengan motornya, kemudian ia melemparkan jaketnya kearahku. Untung kali ini tanganku dapat menangkapnya dengan baik. 

"Hujan nya udah gak deras, lo pake aja jaket gue." Ucap askara, dan aku bergegas mengenakan jaketnya. "Lo ngapain berdiri disitu, ya ayo naik" Setahuku menurut gosip dari penggemar askara selama ini belum pernah ada perempuan yang menghuni jok belakang motor asakara, itu berarti aku yang pertama. Entah kenapa jantungku semakin tidak aman. 

Hari itu berakhir dengan aku yang diantar askara kerumah, dan setelah sampai ia langsung bergegas pulang tanpa sepatah kata pun. Bahkan aku tidak sempat menuntaskan kalimat terimakasih ku..

Dan hari esok ketika aku berpapasan dengan askara, ia benar-benar seperti orang yang tidak mengenalku. Ia sangat dingin, sangat acuh. Bahkan ketika aku panggil untuk mengembalikan jaketnya ia benar-benar tidak menoleh, sejak itu aku memutuskan untuk menjaga jarak meski aku diam-diam berusaha untuk mendekatinya hingga hari ini jaket askara masih ada padaku. Aku rela bila hanya menjadi pengagum rahasia, aku akan terus menyimpan rasa ini meski ia hanya acuh. Kelak akan tiba waktu dimana aku melupakannya, dan atau mana ada yang tahu ia akan jatuh cinta kepadaku. Kembali lagi ke awal ceritaku, di hari aku bertemu dengan askara aku juga bertemu dengan laki-laki penganggu yang menyebalkan dan akhirnya  aku tau kalau dia adalah dayen. Dia sama populer nya dengan askara tapi bagiku dia sangat menyebalkan, juga perbedaannya 360 derajat dari askara yang cool. Sepertinya seluruh manusia bisa dijadikan teman oleh dayen saking ramah dan rame nya dia, tapi menurutku sikapnya sangat menyebalkan dan yang membuatku semakin sebal yaitu ia mengingatku alih-alih askara yang menghabiskan waktu cukup lama bersamaku di hari itu. Ah sudahlah...

"Leta, progress projek hari musik gimana?" Leta menatapku seperti tidak percaya.

"Bravo cita, gue dari tadi membahas itu. Dan lo baru mudeng sekarang...." Leta menghela nafas dalam-dalam.

"Ya sorry deh, ok ok sekarang gue fokus nih.." Jawabku dengan nada membujuk.

Mungkinkah akhir dari masa SMA ku yang sebentar lagi akan selesai ini berakhir dengan perasaan yang tidak tersampaikan? sungguh diriku tidak mampu tuk mengungkapkan nya, tapi apakah aku harus jujur? atau membiarkannya hilang ditelan waktu?


Cerita Cinta CitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang