Chapter 4

845 44 6
                                    

HAPPY READING!

Dengan tekat yang besar. Suho tidak akan melepaskan Wendy begitu saja. Lelaki itu memang menginginkan seorang anak tetapi dia juga tidak bisa meninggalkan Wendy. Menikah lagi hal yang biasa untuk seorang lelaki dengan tanggung jawab yang sepadan. Tetapi sepertinya Suho tidak bisa mendapatkan kesempatan itu maka ia harus melepaskan Wendy.

Tentu saja tidak mau. Suho sangat mencintai Wendy walaupun ia berselingkuh selama 1 tahun dengan Irene. Namun, Wendy tidak peduli dan tetap ingin lepas dari Suho. Wanita itu memberontak sampai Suho berbuat nekat tidak memperdulikan Wendy yang berteriak memakinya di dalam kamar yang terkunci.

Ya. Suho mengunci Wendy di dalam kamar mereka. Ia tak mampu hidup tanpa Liana.

"Bukannya kamu ingin menikah lagi? Lalu kenapa kamu mengurung Wendy ha?!" sentak Yoona. Ia tidak setuju dengan Suho lakukan.

"Tinggalkan dia Suho! Lepaskan wanita tidak tahu diri itu. Bukannya kamu ingin seorang anak dari Irene!" lanjut Yoona.

"Untuk kali ini jangan ikut campur urusanku! Aku muak dengan ibu! Selalu memaksaku menikah lagi menikah lagi sampai aku kehilangan Wendy." bentak Suho. Baru kali ini Suho membentak ibunya dengan keras.

"Beraninya kamu membentak ibu!"

"Jika aku kehilangan Wendy hidupku akan hancur. Aku tidak bisa hidup tanpa wanita yang aku cintai! Pergi bu! Pergi dari rumahku!" bentakan dari Suho membuat Yoona sakit hati. Suho bisa semarah ini padanya bahkan membentaknya.

"Demi apapun aku tidak akan melepaskan mu Wendy!" Suho mengusap wajahnya kasar. Dia takut kehilangan tetapi kelakuan seperti seperti iblis.

****

"Aku harus kabur dari rumah ini!" Wendy bergegas mencari cara untuk kabur, dia membuka jendela mendongak ke bawah ternyata tinggi sekali.

Membawa koper terlalu sulit. Sepertinya Wendy tidak perlu membawa apapun, ia bergegas menuruni balkon dengan perlahan. Ketinggian kamarnya bisa lebih dari 5 meter dan sepi tidak ada penjaga. Wendy berhasil turun. Namun kakinya terasa tergelincir barusan hingga terasa nyeri dan tangannya terkena goresan kaca hingga berdarah.

Wanita itu berlari keluar dari pintu gerbang. Wendy berhasil. Meski tidak membawa pakaian yang terpenting sekarang dia bebas dari Suho. Dompet berisi card miliknya tak pernah dipakai karena Suho melarangnya. Jadi, milik Suho sudah ia kembalikan dan miliknya ia bawa. Wendy tidak mau membawa benda dari lelaki itu biarkan semuanya berakhir sekarang.

Taksi. Akhirnya dia bisa masuk ke dalam mobil sekarang. Aman. Suho tidak dapat mengejarnya sekarang. Sayangnya terlihat mobil dibelakang mengikutinya. "Pak, tolong percepat ya!" pinta Wendy.

"Ini mau kemana mbak?" tanya Pak sopir.

"Pulau Jeju saja. Yang penting bapak harus lebih cepat mengendarai mobilnya." kata Wendy.

Ia mematikan GPS Ponselnya. Bisa saja Suho melacaknya, lelaki itu benar-benar bajingan tidak mau ditinggalkan tetapi melakukan kesalahan besar. Pengkhianatan jauh lebih menyakitkan.

"Karina. Bantu aku carikan tiket. Aku akan terbang ke turki sekarang." kata Wendy.

"Hei. Yang benar saja, bukankah kau masih status istrinya Suho." ucap Karina.

"Sekarang sudah berakhir. Untuk sementara aku ingin menjauhinya." kata Wendy.

"Jangan pergi ke bandara dulu. Kamu menginap di villa ku saja. Alamat bogor. Aku akan ke sana sekarang. Tenangkan lah dirimu Wendy. Jika kamu ke turki sekarang, kakakmu tidak segan-segan membunuh Suho." tandas Karina.

"Baiklah. Aku akan ke villa mu sekarang." Wendy perlu menenangkan diri sekarang. Terlalu gegabah meninggalkan negera ini demi bertemu sang kakak.

Wendy memberitahu Sopir taksi untuk menuju ke daerah bogor. Akhirnya Wendy berhasil kabur dari lelaki itu, dirinya masih belum merasa tenang karena Suho tidak akan tinggal diam. Lelaki itu akan terus mencarinya. Tidak peduli yang penting ia bisa pergi sekarang, proses perceraian akan dia tangani secepatnya.

"Huft, ini sangat memakan waktu." gumam Wendy setelah melihat arloji berlian miliknya.

Drt ... Drt ...

Ponsel Wendy bergetar. Panggilan masuk dari seseorang ia segera melihatnya. Ternyata Suho, "Seharusnya dia senang kalau aku pergi. Tidak akan ada yang mengganggunya lagi." gerutunya. Ia mematikan ponselnya.

__

Sesampainya di tempat tujuan. Ia segera turun dari mobil setelah mengucapkan terima kasih kepada Sopir tersebut. Sudah ada Karina yang menunggunya di sana, sahabat akan selalu ada di setiap kita sedang rapuh. Ya, Karina akan melakukan hal itu, begitu pula sebaliknya.

"Selamat datang Wendy, Aku sungguh mengerti perasaanmu sekarang, beristirahatlah. Kita bisa bertukar cerita nanti." ucap Karina memeluk puas sahabatnya. Pundaknya basah, Wendy menangis tanpa suara yang terdengar.

"Aku lelah Karina. Andai saja aku memiliki seorang anak dari Suho, hal seperti ini tidak akan terjadi. Hiks, betapa hancurnya diriku!" umpatnya, masih memeluk Karina namun sekarang lebih erat.

"Percayalah. Kamu adalah wanita yang kuat! Sekarang tenangkan dirimu, jangan pikirkan yang sudah terjadi. Biarkanlah berlalu." tutur Wendy.

Wendy tak menjawab apapun. Dirinya begitu lelah dan merasakan nyeri pada luka saat kabur. Wendy tak menunjukkan pada Karina, ia segera masuk ke dalam kamar yang amat cocok untuk menenangkan pikiran. Ya lebih tepatnya ini tempat honeymoon tetapi udara yang sejuk bisa menyejukkan diri.

"Kamar ini sangat nyaman." gumamnya. Mengawasi ruangan ini terbuat dari kayu jati dengan ukiran khas yang cantik. Tidak membuatnya bosan bahkan sangat betah jika tinggal di sini seorang diri.

"Apakah kamu sangat menyukainya?" tanya Karina.

"Ya begitulah. Udara yang sejuk serta pemandangan yang indah. Aku merasa bisa lebih tenang di sini." jawab Wendy.

"Syukurlah. Oh iya, sepertinya aku harus pergi karena hari ini Jeno pulang dari Amrik." ucap Karina.

"Tidak apa-apa. Pulanglah, suamimu pasti menunggu dan kalian akan melepaskan malam yang panjang." goda Wendy. Wanita masih bisa tersenyum dibalik luka dihatinya.

"Terima kasih Wendy. Besok aku akan kembali, istirahatlah. Ada pengawal di sini bodyguard kepercayaan ku. Aku menyuruhnya untuk menjagamu, siapa tahu Suho bisa menemukanmu. Aku takut," kata Karina.

"Iya Karin. Aku juga sangat berterimakasih kepadamu." balas Wendy. Ia mengantarkan sahabatnya sampai ke teras, Karina harus pulang karena suaminya pasti menunggu. Ya setidaknya dia sudah membantu Wendy untuk menenangkan pikiran.

Selepas Karina pergi. Wendy menuju ke kamarnya lagi untuk beristirahat. Sebentar lagi akan berganti malam tanggung untuk tidur. Ia merasakan perutnya keroncongan, lalu menuju ke dapur ada seseorang di sana.

"Non Wendy, ya?" tanya Bibi Sum. Seorang pembantu yang setiap hari merawat villa besar ini.

"Ah, iya Bi. Bibi asisten di sini?" Wendy balik bertanya.

"Iya non. Ini baru pulang dari pasar membeli sayuran katanya non Karina bakal ada tamu jadi Bibi siap-siap belanja mendadak." jawab Bi sum begitu ramah.

"Ya ampun, Bi. Kalau begitu Wendy bantu masak ya kita makan bersama." kata Wendy

Akhirnya mereka memasak bersama untuk makan malam. Bi Sum banyak berbicara sehingga Wendy tidak bosan, dan wanita paruh baya itu tidak kepo ia sangat sopan kepada Wendy.

TOUCH MY HEART (WENYEOL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang