Perpisahan

22 3 0
                                    

Tw//die ⚠️ angst
Cerita ini mengandung bund1r,
Buat yg ga kuat/gabisa baca/trauma/apapun, mohon jangan mampir!!!!!!
Kalo terjadi apa-apa, bukan salah aku yaww ^^ karena sudah diwarning~
⚠️⚠️⚠️⚠️
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Siang hari sekitar pukul 11 siang, Ayrin mengirim pesan seolah-olah meminta pertolongan. Namun, Moonbin menjawab sekitar pukul 12 siang. Karena shift malam, yang membuat Moonbin masih terlelap hingga siang bolong.

Moonbin pikir, Ayrin hanya sedang tidur siang, karena itu kebiasaannya sejak SMA. Tapi tiba-tiba handphone Moonbin bergetar. Menandakan ada telpon masuk. Dilihat dari layar telpon.

Rocky calling.

Setelah mendapat telepon dari Rocky, Bin langsung menyambar kunci motor dan jaketnya. Ia membelah jalanan dengan kecepatan penuh. Pikirannya kalut, ia menyalahkan dirinya sendiri. Ayrin meninggal karena akhir-akhir ini bin tidak ada waktu untuk Ayrin. Bin terlalu sibuk kerja part time.

Orang-orang berkerumun di sekitar rumah Ayrin hanya untuk melihat apa yang terjadi. Hal itu menyebalkan bagi Moonbin. Orang meninggal kok menjadi tontonan? Mereka pikir itu pertunjukan pororo? tidak masuk diakal.

Garis polisi sudah membentang mengelilingi lokasi kejadian. Bin memaksa menerobos kerumunan warga. Betapa sakitnya ia melihat sahabat baiknya tergeletak lemas tak bernyawa.

Sanha selaku sang adik sudah menangis kencang. Boomin -teman sanha- Ia ikut menyalahkan dirinya sendiri. Bagaimana tidak, sehari sebelum Ayrin meninggal, Sanha merasa terganggu dan memarahi Noonanya karena sedang menangis dan berteriak seperti orang kesurupan. Hingga Sanha meninggalkan Noonanya dan menginap di rumah Boomin.

✨✨✨

Sepulang dari rumah duka, Bin menyempatkan untuk mampir ke rumah Ayrin kembali. Hanya sebuah alasan simple. Ia merindukan Ayrin. Kamarnya sudah tersusun rapih, aroma persik -khas Ayrin- menyeruak mengisi ruangan. Menambah kerinduan yang mendalam.

Sanha masuk kamar Ayrin setelah Bin mengizinkan, kemudian ia memberikan satu box yang ia temukan ketika membereskan kamar Ayrin.

"Untuk Bin hyung. Sesuatu yang selama ini pasti disembunyikan noona. Dan ada surat untukmu. Kalo gitu aku permisi."

Sanha meninggalkan Bin sendiri. Bin duduk dipinggir tempat tidur Ayrin. perlahan ia membuka box yang lumayan besar. Bin sangat terkejut melihat apa yang ada dihadapannya.

"Banyak sekali obat-obatan ini? Apakah ini obat penenang? Ku pikir ia hanya stress akibat kerja biasa. Tapi hikss itu bisa bikin mentalnya terganggu" Bin menangis kembali. Betapa bodohnya dia tidak menyadari itu.

Ia mengambil surat yang Sanha maksud tadi, kemudian ia membacanya.

"Hi bin, kalo kamu udah liat surat ini, tandanya aku udah nggak ada. Kamu jangan sedih ya. Maaf selama ini aku banyak merepotkan. Mungkin kamu udah muak sama semua cerita aku. Cerita yang pada intinya ya sama. Bagai kaset rusak, yang akan selalu memutar music yang sama. Tapi kamu selalu dengerin itu semua. Aku bener-bener bersyukur karena bisa kenal kamu. Hati kecil aku sebenernya menginginkan untuk hidup lebih lama bin, tapi otak gila ku memintaku mengakhiri hidup. Hahaha."

Bin mendengus dalam sedihnya. Bagaimana dia masih bisa tertawa disaat membicarakan kematian? Bin melanjutkan membaca surat tersebut.

"Akhirnya aku bisa ketemu ayah, bunda. Lalu kalo aku ketemu bibi dan paman, akan aku sampaikan bahwa anaknya tumbuh dengan sangat baik. Hidup dengan baik, dan tumbuh menjadi lelaki sedikit yang tampan. Sedikit ya, kamu jangan geer."

Kalimat itu berhasil membuat sudut bibir tertarik ke atas. Hatinya berdegup kencang ketika Ayrin menyebutnya lelaki tampan.

"Aku titip adikku ya. Ia selalu bandel. Jewer saja telinganya jika dia bandel. Ingatkan untuk tidak bermain game sepanjang hari.

Semoga kita bisa bertemu kembali dikehidupan selanjutnya. Akupun akan meminta pada Tuhan, untuk mempertemukan kita lagi. Sebagai sahabat dekat.

Dan ada satu hal yang ingin aku sampaikan lagi, maaf jika terkesan lancang, aku mencintaimu bin. Aku menyukaimu pada saat pertama kali kita bertemu di sekolah menengah pertama. Ketika kamu memberikanku susu pisang sebagai tanda perkenalan. Ingat tidak? Apa hanya aku yang mengingatnya? Ah sepertinya kamu tidak ingat.

Aku memberanikan diri hari ini, karena aku tidak akan bertemu denganmu lagi. Jadi aku tidak malu jika kau menolakku. Hahaha. Semoga kau mendapatkan wanita yang bisa mencintaimu dengan tulus bin. Selamat tinggal~"

"akupun mencintaimu Ayrin. maafkan aku tidak mengucapkannya lebih awal. Sampai jumpa dikehidupan selanjutnya. Aku berjanji, kita tidak akan menjadi sahabat. Melainkan sebagai sepasang kekasih, lalu menikah, dan menua bersama. Jadi ku mohon tunggu aku di kehidupan selanjutnya." Ucapnya lirih.

End.














안녕 여러분~~~~
Haihai Hai, udah lama ga nulis wkwk
Sebenernya ini buat AU. Cuman baru bikin narasinya. Yaudah up sini aja wkwkwk

Angst bgt:" Padahal hidup w udah angst wkwkwkwk

Jangan lupa voment~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Shoot Stories || ASTROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang