2 Days

3.9K 46 5
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.


Di sebuah kamar, seseorang sedang melamun di atas tempat tidurnya sambil memegangi ponselnya.

Suara orang itu terdengar “Aku belum tahu persis perasaanku, 7 bulan ini kau memberikan perhatian yang sungguh tulus padaku. Tapi, saat berada di sampingmu aku akan merasa senang, aku tidak tahu ini rasa senang dalam bentuk apa tapi aku benar-benar merasa senang.”

Prilia yang semula berbaring di atas tempat tidurnya kemudian merubah posisinya menjadi duduk. “Kemarin.. kau bertanya padaku, seberapa besar aku mencintaimu, tapi.. aku belum bisa menjawab, dan berkata dengan ceria itu rahasia.” Prilia tersenyum. “Aku kekanak-kanakan.”

Prilia berjalan menuju jendela kamarnya dan melihat keluar jendela. “7 Bulan yang lalu.. saat kau menyatakan cinta padaku, aku sempat bingung untuk menjawab jadi aku putuskan untuk menjawab pada hari besok. Dan besoknya aku menjawab 'Ya' untuk tawarannya itu. Tapi, aku menerimanya bukan karena cinta, melainkan ada maksud yang lain. Kau si cerdas, rangking satu umum dan menyatakan cinta pada siswi yang tidak ada pintarnya sama sekali? Itu benar-benar menggemparkan masyarakat sekolah.”

Prilia membuka raportnya yang terdapat pada meja belajarnya. “Yang lebih menggemparkannya lagi, aku mendapatkan rangking 2 umum bulan lalu. Tentu saja itu karena si cerdas pacarku yang mengajariku. Sebenarnya.. alasanku menerimanya waktu itu karena aku berfikir, bila aku berpacaran dengan si cerdas ini mungkin aku bisa menjadi baik dan kemudian menjadi lebih baik, dan benar itu terjadi.”

*

Di sekolah.

“Harry, kenapa rangkingmu susah sekali terkalahkan?” Tanya Prilia saat berada di kantin bersama Harry.

“Bukan susah, kalian yang ingin mengalahkanku hanya perlu berusaha yang lebih giat lagi.” Jawab Harry sambil tersenyum memandangi pacarnya.

“Mereka semua sudah berusaha, tapi ini benar-benar rumit, dan kau tahu? Karena kau mengajariku dengan baik posisi mereka yang ingin mengalahkanmu harus tertahan dulu karena aku yang mendapatkan rangking 2 umum itu.”

“Karena kau sudah berusaha dengan keras.”

“Benarkah?” Prilia tersenyum senang mendengar itu. Lalu ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah.

Harry menyadari itu. “Ada apa denganmu?”

Prilia memandang Harry. “Harry, aku ingin meminta sesuatu darimu.”

Harry tersenyum. “Apa?”

Dengan ragu, Prilia mengutarakan yang selama ini ia ingin lakukan. “Harry, bisakah kita selama 2 hari ini tidak bertemu? Kalaupun bertemu di sekolah, bisakah kau pura-pura tidak mengenalku?”

Harry terkejut lalu meletakkan sendoknya. “Kenapa?”

“Kau kemarin bertanya kan? Kalau seberapa besar aku mencintaimu? Aku ingin memastikan.”

“Memastikan? Apa selama ini kau masih ragu dengan perasaanmu?” Tanya Harry terlihat kecewa. “Aku mau kembali ke kelas.” Kata Harry lalu berlalu pergi meninggalkan Prilia. Prilia mengejar.

“Kalau kau tidak mau, juga tidak apa-apa. Aku senang berada di dekatmu.” Kata Prilia tersenyum sambil mengejar Harry yang jalannya cepat sekali. Tiba-tiba Harry menghentikan langkahnya yang membuat Prilia harus menabrak punggung Pacarnya sendiri.

“Auu..” Prilia memegangi kepalanya. Harry terlihat khawatir. “Apa kau mengejarku dengan menundukkan kepalamu?”

“Tidak.” Prilia menunjukkan sebuah batu. “Aku hampir terjatuh karena itu tapi untungnya kau berhenti di waktu yang sangat tepat, Terimakasih. Kau selalu melindungiku.”

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang