Matthew menyesap kopi maplenya sambil memandang bentang langit Toronto dari jendela. Sedikit mendung karena hujan mengguyur bumi semalam, meninggalkan aroma petrikor yang segar terbawa angin sepoi-sepoi. Burung-burung berkicauan di pohon seakan-akan ikut menemaninya dalam kedamaian pagi hari.
Tetes terakhir pun tiba. Matthew menaruh gelas bergambar daun maple kesayangannya di wastafel dan mencucinya. Kalau bukan dirinya sendiri ya siapa lagi? Awalnya ia tinggal berdua dengan kembarannya, Alfred. Terkadang ia berbaik hati untuk mencucikan gelasnya. Namun sejak ia menikah, Alfred pindah bersama istrinya ke tempat lain sementara Matthew masih tinggal di sini karena tidak jauh dari rumah sakit tempat ia bekerja.
Ia sendiri juga sudah biasa. Meskipun terkadang merasa kesepian, tapi semua itu bisa dihalau dengan menyibukan diri di pekerjaan. Hanya saja sekarang ia sedang cuti.
"Brits have got the monarchy. The U.S. has the money, But I know that you wanna be Canadian~"
Lagu ringtone berbunyi kencang membuat Matthew sontak mengambil ponsel di meja. Ia mengelap tangannya ke sweater sebelum mengangkat panggilan tersebut sambil sedikit menggerutu. Siapa yang menelponnya pagi-pagi begini?
"Halo, ini dengan siapa?" tanya Matthew. Ada sedikit kesal dalam suaranya.
"Oh hi, Matt! Errr—apa kabar? Kau ada di rumah kah?" balas si penelfon. Matthew kenal persis suaranya tidak lain dan tidak bukan adalah adik kembarnya, Alfred.
"Aku baik kok. Memangnya kenapa, eh?" ujarnya. Suaranya terdengar seperti panik, Matthew heran.
"Begini, sekarang aku ada di depan rumahmu. Aku kira kau tidak ada di rumah karena beberapa kali kuketuk pintu rumah tidak ada balasan. Pokoknya aku minta maaf, Matt. Cepat buka pintunya!"
.0.
Matthew membukakan pintu depan rumah dan hampir terperanjat ketika melihat Alfred rupanya tidak datang sendiri, melainkan bersama anak dan istrinya. Di belakang mereka berempat, ia bisa melihat ada dua koper berukuran sedang. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres.
"Maaf, Al. Tadi aku ada urusan." Matthew agak berbohong. Ia tidak mau aktivitas menikmati alamnya diketahui.
"Ah iya tidak apa-apa kok. Aku ingin minta tolong sesuatu padamu."
"Eh? Minta tolong apa?" Matthew berusaha berpikiran positif.
"Boleh minta tolong titip Natasha dan Aiden? Aku dan Natalya harus pergi ke Russia untuk mengurus orangtua Natalya yang sedang kritis. Aku benar-benar minta maaf, Matt," pinta Alfred dengan wajah memelas sambil memegang kedua tangan kakak kembarnya.
Bagai petir di siang bolong, firasat buruk Matthew benar. Alfred berniat untuk menitipkan kedua anaknya di sini. Matthew jadi bingung karena ia belum menyiapkan apa-apa untuk kedatangan Natasha dan Aiden.
"Ya Tuhan, mendadak sekali!" komentarnya.
Alfred mengangguk pasrah. "Aku tahu, Matt. Ini sangat mendesak dan hanya kau yang bisa!"
"T-tapi aku—"
"Jadi kamu tidak mau?"
"B-bukan begitu, Al! T-tapi—"
"Great! Sekarang aku serahkan mereka berdua padamu ya. Nanti ada imbalannya kok. Aku dan Natalya pergi dulu ya ke bandara. Natasha, Aiden, kalian baik-baik ya sama Matthew. Jangan merepotkannya ya? Mum dan Dad harus menjenguk nenek dulu. Oh iya, jangan lupa berdoa untuk nenekmu di sana ya!"
"Al, aku belum—"
"Kamu setuju 'kan?"
Tatapan datar Natalya membuat Matthew menelan kembali semua bantahan yang telah ia siapkan. Akhirnya ia memilih untuk pasrah karena dalam lubuk hatinya juga merasa tidak enak kepada mereka. Namun, setidaknya ia mendapat imbalan dan ada yang dapat mengusir rasa sepi selama cuti.
"I-iya. hahaha."
"Oke."
Kini Alfred mencium pipi kedua putra dan putrinya dengan penuh kasih sayang. Diikuti dengan Natalya yang memeluk mereka sementara Matthew hanya mematung melihat momen haru anak dan orang tua yang akan berpisah.
"Oh iya, Al. Berapa lama di sana?"
"Sekitar semingguan mungkin?"
Rasanya Matthew mau kabur ke hutan saja.
A/N: Ini fanfik jujur aku bikin pas lagi galau di malem tahun baru heuheu. Oh iya, mohon kritik dan saran yang membangun untuk meningkatkan kualitas fanfik. Sekian dari author galau, terima duit 10 M //plaaak.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Week with Uncle Matthew
Fanfiction"T-tapi aku-" "Jadi kamu tidak mau?" "B-bukan begitu, Al! T-tapi-" . . . Hetalia milik Hidekaz Himaruya. Saya tidak mengambil keuntungan materil sepeserpun dari fanfiksi yang saya buat. Salam sejahtera.