Aku jatuh cinta, sejatuh-jatuhnya dengan dia. Dia yang namanya tanpa rasa malu ku sebut dalam doa di lima waktuku. Dia yang memperlakukan orang-orang disekitarnya dengan penuh keramahan dan kebaikan, mampu menggetarkan hatiku. Namun sekali lagi ku tegaskan, dia yang menempati ruang paling besar dihatiku, mungkin bukanlah untukku. Sebatas rasa tak terbalas dalam ikatan pertemanan.
Entah sejak kapan perasaan ini mulai bersemayam. Ingatku, aku mengenalnya tepat disetahun lalu saat kegiatan kantor mempertemukan kami. Aku dan dia sama-sama menjadi pegawai baru disini. Anak magang yang masih banyak belajar. Dia dengan begitu cepat bisa akrab dan membaur, sedang aku masih penuh hati-hati dalam melangkah. Selain mengenalkan, keadaan juga membuat kami dekat. Intensitas pertemuan sangat sering seolah menambah keakraban kami.
Dan yah, aku mulai jatuh cinta pada segala perlakuan manisnya. Pada setiap moment kebersamaan yang tercipta, dan pada senyum saat dia menoleh kearahku.
Namun disatu titik aku tau, atas nama pertemanan perasaan ini menjadi salah sasaran. Saat rasa nya ternyata untuk wanita lain dan bukan aku. Ada takut yang perlahan mengintip tatkala temu, ada ragu yang juga menjelma. Dan haruskah atas nama pertemanan ku bunuh saja perasaan ini? Memaksa menghentikan getar? Menolak rindu yang selalu menjelma? Namun perlahan renyah senyumnya mengitari memoriku. Aku tersesat dalam rasa yang tak bisa ku maknai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Rasa Tak Terbalas
Short StoryNamun disatu titik aku tau, atas nama pertemanan perasaan ini menjadi salah sasaran. Dia yang menempati ruang paling besar di hatiku, mungkin bukan untukku. Sebatas rasa tak terbalas dalam ikatan pertemanan.