· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
Welcome di keluarga absurd dunia oren yang mudah-mudahan membuatmu terhibur.
Sebuah keluarga kecil yang setiap harinya membuat orang darah tinggi. Dengan semboyan kaya monyet.
Kepala keluarga mereka, Arvind Elgara, seorang mantan sadboy sekaligus ketua geng yang tengil, dan sangat petakilan.
Allura Anastasia, seorang istri yang terlihat polos. Namun, justru menjadi ancaman paling berbahaya bagi suami dan putranya.
Lalu, tuan muda Ergino Elgara. Putra mereka yang benar-benar menuruni sifat tengil ayahnya namun juga cengeng jika dimarahi oleh ibunya. Belum lagi, Ergino yang nakal ini sering melakukan hal-hal yang diluar dugaan.
Arvind buru-buru mengambil semua susu kotak secara asal kedalam troli belanja yang ia bawa. Kedua matanya memencar hingga berhenti di deretan jajanan.
Arvind mendorong trolinya kemudian menyomot semua aneka macam. Seperti potato, taro, japota, pokky dan banyak lainnya.
“ Suami idaman banget gue. ” kata laki-laki itu dengan bangga. Lalu ia kembali mendorong trolinya menuju kasir.
Senyum manis Arvind tunjukan pada mbak kasir, membuat mbak kasir tersipu malu. Disenyumin cogan woy!
“ Mbak jawab pertanyaan saya, ya? ” Mbak kasir mengangguk. “ Putih kecil kalo gerak cepet banget, apa itu? ”
“ Emangnya apa? ”
“ Nasi nempel di kereta HAHAHA. ” jawab Arvind diakhiri dengan tawa yang membuat beberapa pengunjung menatapnya.
“ YA AMSYONG ANAK GUE KASIAN BINGITS! ” heboh Arvind setelah memasuki mobil.
“ Gue lama ya? ”
“ ... ” tidak ada jawaban dari Ergino.
“ Ergino? ” masih sama.
“ WOY BONYET!! ” bochil monyet.
Sontak Ergino menoleh dengan wajah garangnya. “ Eio bukan onyet! ”
“ Gausah ngegas juga kali nyet! ”
“ Eio bukan onyet ish! ”
“ Iya, bonyet. ”
“ EIO BUKAN ONYET!! ” teriak Ergino kesal tak terima dibilang bochil monyet.
Arvind menaruh jari telunjuknya di bibir. “ Sssttt.. suara lo kaya toa rombeng, nyet. ” cibir Arvind buru-buru ia fokus mengemudi.
“ Eio aduin Buna! ”
Arvind menoleh cepat, si bonyet alias Ergino sudah memasang ancang-ancang untuk melempar sepatunya ke arah Arvind. “ Ngapain lo? ”
“ Pukuy ayah yang kaya onyet! ”
Tuk!
Siall! Sepatu milik Ergino berhasil mengenai pelipisnya dan itu rasanya sangat--
“ Sakit nyet! ”
“ Mampyus, onyet! ” jawab Ergino tak kalah ngegas.
Seperti inilah jika kedua manusia itu bersama. Tidak akan ada kata damai didalamnya.
Arvind yang gemar sekali membuat Ergino kesal sudah menjadi hiburan tersendiri baginya.