Prolog

4 1 2
                                    


Happy reading
••••••••••


Jakarta, 17 November 2017

Aeris Glamca. Nama yang indah, seindah pemiliknya. Dia cantik, baik, hampir mendekati sempurna. Memiliki semua hal yang diidamkan banyak orang. Keluarga yang harmonis, teman yang saling support, kebutuhan yang selalu tercukupi, dan sahabat yang selalu ada untuknya.

"Aeris.."

"Aksa.."

Ucap keduanya bersamaan.

Midi dress berwarna baby blue yang dikenakannya malam ini, semakin menambah kesan anggun dan manis. Makan malam berlatar musik romantis, membuat Aeris dan Aksa terlihat seperti pasangan serasi. Namun, pada nyatanya tidak. Banyak pasang mata yang memandang salah paham pada keduanya.

"Kamu dulu," sahut cepat Aeris.

Mengusap tengkuk, tersenyum salah tingkah. Aksa berkata, "Kamu inget gak, 10 tahun yang lalu merupakan waktu pertama kali kita ketemu kan? Makan malam bisnis. Kamu yang nangis karena gak dapat es krim, dan aku yang agak berat hati ngasih bagianku buat kamu supaya ga nangis lagi. Jujur sih, tangisan kamu waktu itu berisik banget hahaha."

Tertawa kecil. Aksa melanjutkan perkataannya.

"Dan malam itu jadi awal buat kita bisa sampai di titik ini. Bersahabat selama kurang lebih 11 tahun bikin kita jadi lebih tau satu sama lain. Kamu yang selalu ngerecokin aku tiap pagi pas masa-masa SMA buat nebeng, hal kecil yang jadi momen favoritku ketika pagi hari."

"Dan 11 tahun bukan waktu yang singkat kan? Begitu juga dengan perasaanku sebagai sahabat kamu. Aku sayang kamu Ai, banget. Bahkan kamu punya posisi tersendiri di hidup aku, di hati aku yang gak akan bisa digantikan dengan orang lain. Maka dari itu, karena kamu salah satu orang yang berarti buat aku, I want to tell you something that you are the first to know about this."

Membasahi bibirnya yang mulai mengering, Aksara menatap dalam wajah sahabat tersayangnya itu.

"Aku pernah bilang ke kamu kan, kalo suatu hari nanti aku bakal ketemu dengan ratu yang akan bersanding sebagai salah satu takdir hidup aku sampai kembali kepada Tuhan."

"Dan, pardon me dua hari lalu saat kamu ngadain pesta kecil-kecilan karena diterima di universitas impian kamu, aku gak datang. Because, yeah there is. Aku waktu itu lagi ada urusan penting. Aku bawa mami sama papi ke rumah Ela."

Tanpa dijelaskan lebih lanjut pun, Aeris tahu apa yang sedang terjadi pada saat itu. Hari dimana ia sangat mengharapkan kehadiran sang sahabat yang nyatanya malah melamar seorang gadis. Berusaha tersenyum, Aeris menampilkan reaksi terbaiknya.

"Happy to hear that. Aku gak nyangka loh, perempuan yang satu tahun lalu kamu suka diem-diem sekarang udah jadi tunangan aja nih," balasnya dengan sedikit kekehan kecil di ujung kalimat.

"Yeah, aku juga gak nyangka bakal sejauh ini. I think cukup suka dalam diam, dan biarin ngalir gitu aja. Tapi takdir emang gak sesederhana itu ya. Aku bahagia banget saat itu ketika Ela say yes for the engagement." Tanpa bisa menyembunyikan raut bahagianya, Aksara dengan ringan menceritakan hal yang akan menjadi boomerang untuknya beberapa tahun kedepan.

"Oh iya, aku cuma mau berbagi hal bahagia itu aja. Dan makan malam kali ini sebagai permintaan maaf dari aku karena gak datang ke pesta kamu," lanjutnya.

Tersenyum kecil, berusaha menahan sesak di hatinya kala mendengar hal itu. Aeris mengusap pelan permukaan perutnya di bawah meja, meredam kuat ledakan dari arah matanya yang kapan saja bisa jatuh membasahi pipi halusnya.

"Semoga kamu bahagia selalu. Sekarang udah malam nih, udah jam 10. Can you take me home? Please? Aku udah terlanjur bilang ke Pak Asep buat gak jemput," ucap Aeris mengakhiri acara malam ini. For the last time Sa.

"Of course, anything for you. Tapi tunggu sebentar, tadi kamu mau ngomong apa? Ada hal penting yang pengen dibicarakan?" tanya Aksara sembari meletakkan uang di atas bill yang telah diberikan pelayan sebelumnya.

"Nothing, bukan hal yang penting kok. Forget It," jawab Aeris.

Mengangguk singkat, Aksara bangun dari duduknya dan mengandeng tangan Aeris ketika berjalan menuju parkiran restoran. Menggenggam erat tangan mungil itu yang sedikit memberikan kehangatan untuk Aeris.

Tidak ada pembicaraan apapun di dalam mobil, hanya gumaman kecil Aeris ketika ia menoleh singkat untuk melihat guratan wajah Aksara Adhitama yang terakhir kalinya.

"Love you and thank you for these years. Hopefully we will meet again in a state of not knowing each other. And I will try to be happy with the reinforcement that is in our midst," gumam Aeris dengan setitik air mata yang jatuh tanpa seizinnya.

___________________

See you next chapt!!
by mrsast.

Z A V I Y A R Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang