00.

16 0 0
                                    

"Gue muak sama ini semua! Segala apapun yang berhubungan dengan grup, terutama lo," tangan Joshua menunjuk muka Troi yang sama merahnya karna masing-masing mereka diliputi amarah.

Troi menepis tangan Josh. "Lo pikir gue gak muak? Selama ini gue yang ngurusin semua, lo pikir itu gak lelah? Lo jangan bacot doang bisanya, Josh. Mulut lo gak menyelesaikan masalah."

BUG!

"FUCK!" Troi menyeka ujung bibirnya. Ia bangkit, kemudian... BUG!

Troi membalas pukulan Joshua.

Joshua kembali membalas memukul Troi. "Lo bilang mulut gue gak menyelesaikan masalah? Berarti sekarang kita bicara lewat tinju masing-masing, Troi?"

BUG!

Bibir Troi berdarah. Ujung hidungnya berbunyi akibat pukulan Joshua yang keras.

"LO BERDUA SINTING?" Muncul Darius yang baru masuk ke dorm lantai 2 tersebut. Ia baru kembali dari supermarket sehabis membeli bahan-bahan pasta--rencananya untuk makan malam mereka, sekalian menghangatkan suasana yang memang sudah mencekam sejak 2 minggu belakangan ini.

Darius berlari setelah menaruh belanjaannya sembarangan. Tangannya berusaha melepaskan cengkraman Joshua di kemeja Troi.

"Udah! Bang, lepas!"

Mata Joshua berkilat tajam. "Dia harus dikasih pelajaran, Dar."

Troi membalas. "Siapa yang lo maksut 'dia', heh?"

"Oh, tentu saja lo, sang ketua yang katanya bisa bertanggung jawab," ucap Joshua, memiringkan kepalanya sinis

Kepalan tangan Troi kembali mengeras.

"Astaga, udah!" Terpaksa Darius memeluk Troi dari belakang, kemudian menariknya menjauh.

"Udah berkali-kali gue peringatin, Josh. Jaga mulut lo, kalo lo gak tau yang sebenarnya."

"Gue tau atau gak, Juno udah jadi bukti nyata kalo lo itu lalai."

Troi bergerak kembali mendekati Joshua--memberontak dalam cengkraman Darius. "Tapi lo gak ada di sana!" ia berbisik tajam. "Lo gak liat keadaan dan situasinya langsung, jadi mulut lo gak usah bacot--"

Joshua langsung mendorong dada Troi. "Apa yang gak gue liat? APA?" tanyanya marah.

Darius kembali harus menarik Troi menjauh--karena ia tidak kuat jika harus menyeret Josh.

Joshua dengan amarah yang masih penuh, bergerak mencari kunci mobil sambil menenteng boomber jaket hitamnya. Ia berjalan menuju pintu dorm dengan wajah merah, kemudian membuka pintu tersebut.

Sebelum ia benar-benar pergi, ia mengumpat sekali lagi.

"Fuck you, Troi!" kemudian membanting pintu itu dengan kasar.

***

The Mercy.

Siapa yang tidak kenal mereka? Grup band dalam negeri yang memiliki segudang prestasi. Kepopulerannya terdengar di seluruh kota. Hampir seluruh wanita muda di sini, menyimpan sedikit-dikitnya satu foto personilnya di ponsel mereka.

The Mercy sangatlah solid. Setidaknya, seperti itulah yang tergambarkan dalam kamera.

Tidak. Bukan berarti mereka menampilkan image palsu.

Semua yang tampil di dalam kamera, hampir semuanya murni, natural perilaku mereka. Hingga, 2 bulan yang lalu, sebuah peristiwa terjadi.

Kejadian yang sangat disayangkan bisa menimpa mereka. Mengusik kedamaian empat manusia yang seharusnya saling menjaga, berubah menjadi saling sindir dan hilang kepercayaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Strange Guy (who suddenly was in my room)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang