1. Tentang Senja Pradipta

42 4 4
                                    

Terlihat seorang laki-laki berjalan santai di koridor sekolah yang menuju kelasnya sambil menenteng tas dipundaknya. Hari masih terlalu pagi. Bahkan jam masih menunjukkan pukul 06.30. Tetapi berangkat pagi-pagi sudah menjadi kebiasaannya sejak duduk di bangku sekolah dasar.

"Senja" panggil seseorang dari arah belakang.

Merasa dipanggil, sang empunya nama pun berhenti dan menengok kearah belakang. Terlihat seseorang berlari tergesa-gesa menuju arahnya.

"Hah.. gila baru kali ini gue berangkat pagi" ucap Maheesa sambil mengatur nafasnya.

Benar, seseorang yang berlari dan memanggil Senja tadi adalah Maheesa teman sekaligus sahabat dekatnya.
Senja hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Maheesa.

"Tumben berangkat pagi biasanya kalo belum bel belum berangkat" ucap Senja.
Maheesa hanya menunjukkan cengiran polosnya membuat Senja bergidik ngeri.

"Perasaan gue gak enak nih" ucap Senja menatap horor Maheesa.

"Gue berangkat pagi ya karna mau nyontek tugas lu lah ya kali gue tiba tiba jadi anak rajin" ucap Maheesa menggebu-gebu.

PLETAKK!!

Satu jitakan sayang mendarat mulus di kepala Maheesa. Siapa lagi pelakunya jika bukan Senja Pradipta si murid berprestasi kebanggaan sekolah sekaligus idola para buaya wanita.
"Heh anjir!! Kok gue di jitak sih??!!" Protes Maheesa.

Senja memutar bola matanya malas. "Masih mending gue jitak dari pada gue pukul kepala Lo sampe muter 180°" Ucap Senja datar.

Seketika Maheesa langsung memegang kepalanya dan menatap horor kearah Senja.
"Anjir Lo psikopat ya Sen? Ngaku Lo??!!!" Teriak Maheesa heboh.

Belum sempat Senja membungkam mulut Maheesa, tiba tiba satu pukulan sayang mendarat bebas di kepala Maheesa. Pelakunya tentu saja bukan Senja melainkan Nanda Pratama si kalem dari geng mereka.
"Bener bener udah gak ada harga dirinya kepala gue hari ini" ucap Maheesa mengusap kepalanya.

"Ya Lo masih pagi udah teriak-teriak. Lo pikir kita lagi di hutan?" Tanya Nanda ketus.

"Buset Nan santuy dong masih pagi nih jangan sewot Mulu kaya si Rian" ucap Maheesa.

"Apa nih bawa bawa gue?" Tanya Rian muncul dari belakang Nanda.

"Gak papa Rian, gue tadi bilang Lo cakep tapi sayang Lo jomblo" Jawab Maheesa tertawa.

"Lo ngaca ya anjir! Lo juga jomblo" sewot Rian.

Senja hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan absurd dari sahabat-sahabatnya. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa merekalah alasan Senja tetap tersenyum sampai sekarang.

"Gue mau ke kelas kalo kalian masih mau tetap disini ya terserah" ucap Senja melenggang pergi.
"Woe Sen tunggu gue kan mau nyontek" ucap Maheesa mengejar Senja.

Sedikit menjelaskan bahwa Senja merupakan siswa berprestasi di sekolahnya dan selalu menjadi kebanggaan teman serta guru gurunya. Senja juga termasuk siswa yang sangat rajin dan disiplin. Dikalangan teman temannya, ia termasuk sosok orang yang rendah hati, baik, memiliki kepedulian yang tinggi. Meskipun di cap sebagai seseorang yang hampir mendekati kata "Sempurna" tetapi tak sedikit orang yang tidak suka padanya.

Senja tetaplah Senja, meskipun banyak yg tidak menyukainya ia tetap memperlakukan mereka dengan baik. Karena ia selalu memegang teguh prinsip "tetaplah berbuat baik meskipun kamu tidak pernah diperlakukan dengan baik".


Saat ini Senja berada di tahun terakhir sekolah nya. Dan beberapa bulan lagi ia akan menyandang gelar alumni. Tentu saja bagi beberapa orang inilah yang dinanti nantikan karena setelah ini mereka bisa masuk ke universitas impian mereka. Tapi bagi Senja semua ini adalah awal dari proses pendewasaan. Siapa pun akan mengalami proses pendewasaan tetapi tidak semua sanggup menghadapi nya.


Senja sendiri berasal dari keluarga sederhana. Ayah dan ibunya hanya seorang petani. Di sekolahkan sampai lulus SMA saja Senja sudah sangat bersyukur. Jadi untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan Senja harus berpikir dua kali karena ia juga memiliki seorang adik yang masih duduk di bangku SMP kelas 2. Dan tentu saja perlu biaya yang banyak. Apalagi jika melanjutkan ke jenjang SMA tentu akan lebih banyak lagi biaya yang dibutuhkan.


Senja tahu diri. Ia tidak bisa menuntut banyak hal kepada kedua orang tuanya. Ia lebih memilih jenjang SMA sebagai titik akhir pendidikan nya. Ia tidak kecewa, ia hanya tidak ingin membebani orang tuanya terlalu jauh.


Lalu bagaimana cara Senja mengatasi masalah selanjutnya?
Entahlah Senja sendiri lebih memilih mengikuti alur yang dibuat oleh Tuhan. Karena Senja yakin bahwa skenario yang ditulis oleh Tuhan lebih baik akhirnya dari pada apa yang direncanakan oleh manusia.




"Manusia mungkin bisa merencanakan banyak hal. Tapi ingat bahwa masih ada Tuhan sang penulis takdir yang tetap"
-Senja Pradipta-



To be continued



Halo maaf kalo ceritanya gak sesuai ekspektasi kalian karena sebenarnya ini first time aku nulis cerita hehe:)

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen karena satu vote dari kalian sangat berharga biar aku semangat nulisnya🤗

Senja Dan RumahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang