Prolog

1 3 1
                                    

Happy reading!

🍡🍡🍡

Cuaca malam ini cerah, bulan purnama menampakkan diri sepenuhnya, ditemani ribuan bintang yang berkedip-kedip tanpa malu. Angin malam yang berhembus juga terasa lebih sejuk dari biasanya. Seakan-akan memberi semangat kepada para manusia yang sedang mengeluh karena besok adalah hari Senin, hari yang tidak begitu disukai karena merupakan hari kesibukan dunia akan dimulai kembali.

Tapi tidak dengan Ran, justru Senin esok adalah hari yang paling dinanti-nantinya sejak lama. Hari dimana ia akan menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di kampus impian, impiannya dan sang kawan yang sudah lama pergi.

Setelah melipat mukena dan menaruhnya di tempat semula, Ran berjalan menuju laci nakas disamping tempat tidurnya. Sebuah bingkai kecil Ran keluarkan. Tersenyum kecil, Ran mengusap bingkai tersebut.

"Kak, besok Ran bakalan ospek di kampus impian kita. Semoga lancar ya." Monolognya pada foto bunga 'Ran' yang ia bingkai sedemikian rupa hingga nampak cantik meski hanya sebuah sketsa.

Ran meletakkan foto tersebut diatas nakas. Beberapa perabotan nampak masih terkemas rapi dalam kotak-kotak kardus. Memang baru kemarin lusa dirinya pindah ke Bandung dari Madiun. Dirinya terbiasa mandiri, jadi orang tuanya ia suruh pulang dan ia menginap sendiri di kos-kosan yang lumayan besar ini.

Semua lampu telah Ran matikan, jadi dirinya menarik selimut untuk segera terlelap. Tak sabar untuk memulai Senin yang istimewa besok.

🍡🍡🍡

Ran baru saja memarkirkan motor scoopy warna biru pastel miliknya. Penampilannya sedikit berantakan karena angin di jalan. Dengan telaten ia merapikan kemeja putihnya yang sedikit kusut.

Cuaca pagi ini berawan, matahari tidak menampakkan diri, membuat udara pagi terasa dingin. Berbeda dengan semalam yang justru cerah tanpa awan. Bahkan, cuaca pagi ini kalah dengan senyum cerah milik Ran.

Rambut lurus bergelombang alami yang ia kuncir kuda dengan poninya yang tipis, serta make up natural yang pas, membuat gadis 17 tahun yang menenteng tas ransel biru pastel berbandul kunci bunga daisy itu terlihat ramah dan manis di mata orang yang melihatnya.

"Ya ampun, kenapa jadi nerveous gini sih? Ayo Ran, semangat. Gak usah gugup, orang cakep gak boleh gugup." Penyakit narsis milik Ran kumat.

Ran melangkahkan kakinya menuju lapangan kampus seperti yang sudah diinstruksikan sebelumnya. Saat baru memasuki area lapangan, Ran membaca tulisan nama kampus yang terpampang sangat jelas sebagai background ospek. Dan itu membuat detak jantung Ran semakin cepat, tapi dengan senyum yang tambah lebar.

"Selamat datang di Universitas Permata Ibu, calon mahasiswa baru."

🍡🍡 to be continued 🍡🍡

Cerita ini adalah cerita bersejarah milik seseorang. Semoga kalian suka:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

18 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang