"Yaudah sekian rapat koordinasi buat hari ini, semua bisa pulang ya. Makasih semua!"
"Makasih semua!" Seisi ruangan membalas ucapan Nayeon si ketua acara.
Detik berikutnya ruangan ramai dengan suara anak-anak OSIS yang merapikan kursi ke tengah ruangan. Baru setelah ruangan sebersih dan serapi seperti saat rapat dimulai, mereka mengambil tas dan berpamitan satu sama lain, termasuk kepada Nayeon di bagian depan ruangan.
Jisoo menghampiri Nayeon, menepuk bahu gadis itu. "Tenang Nay, satu kali rapat lagi trus stres lo berganti."
"Ganti jadi depresi maksud lo?" Sinis Nayeon.
Tawa meluncur dari mulut Jisoo. "Beneran inimah, tinggal eksekusinya gimana aja kan nanti. Lagian anak-anak tuh dilantik OSIS udah dari lama Nay. They won't mess up with your event. Apalagi banyak yang nungguin acaranya."
Nayeon menghembuskan napas panjang. "Iyaaa iyaaaa motivator kita semua yang terhormat Kim Jisoooo!"
Lagi-lagi Jisoo tertawa. "Ayo makan aja deh di Pak Kian. Gue bayarin," ajaknya sambil menarik tangan Nayeon untuk keluar dari ruang pertemuan.
"Bentar," cegat Nayeon. Ia melepaskan pegangan tangan Jisoo lalu mematikan lampu ruangan, menutup pintu, dan tak lupa menguncinya.
"Anak kos gak usah banyak gaya. Daripada nraktir gue, anak rumahan yang stok makanan di lemarinya berlimpah ruah mending itu uang lo pake buat beli buah kek atau apa!"
"Lo gak usah GR, gue cuma mau nraktir indomi aja di sana," sahut Jisoo.
Nayeon mencibir. "Mending pulang aja deh lo. Gue masih harus ngembaliin ini kunci sama konsul lagi ke Pak Suho."
"Gue tinggal gak papa nih?" Tanya Jisoo memastikan.
"Iyaaaa bawel. Sana!"
Akhirnya Jisoo berjalan berlawanan arah dengan Nayeon. Nayeon belok kanan untuk ke ruang guru sementara Jisoo belok kiri untuk ke gerbang sekolah.
"Gue beli jus dulu enak kali ya," gumam Jisoo. Keningnya berkerut karena sinar matahari yang sangat terik siang itu.
Sebenarnya jarak antara sekolah dengan kos-kosan Jisoo terbilang dekat, jika ditempuh lewat gerbang belakang. Masalahnya adalah sekarang jam menunjukkan pukul 16.40, dan gerbang belakang sekolahnya ditutup mulai pukul 16.30. Alhasil ia harus pulang lewat gerbang depan, memutar, memakan waktu sedikit lebih lama.
Dan sinar matahari ini.
Astaga, demi apapun Jisoo sangat membencinya.
Akhirnya ia memutuskan berhenti sebentar untuk membeli jus di Pak Kian, warung langganannya dengan Nayeon. Segelas jus mangga akan sangat menghiburnya saat ini.
"Pak jus mangga satu ya dibungkus," pesan Jisoo.
"Itu di keresek neng ambil aja. Tadi ada anak pesen tapi pergi lagi katanya ada urusan. Udah dibayar juga," kata Pak Kian. Tangannya menunjuk keresek di etalase yang berisi segelas jus mangga.
"Beneran? Dia nggak balik lagi?"
Pak Kian menggeleng. "Nggak, orang dia bilang kalo ada yang mau ambil aja. Gak usah dibayar."
Senyum Jisoo merekah. "Okee makasih pak!"
Mungkin hari ini tidak seburuk yang ia bayangkan.
Atau mungkin jauh lebih buruk.
🖇
"Gitu deh intinya. Nanti sampe rumah lo cari lagi tambahan materi biar pas gue udah balik juga gue bisa kerjain PPTnya."
Taeyong berdecak puas. "Gue gak perlu ikut bikin PPT berarti kan? Tinggal ngirim materinya ke lo?" Tanyanya memastikan.
"Iya."
"Nama gue tetep ditulis jadi anggota kelompok kan? Jangan sampe lo gak tulis!"
"Iya gue tulis bawel! Sana balik!"
"Okeee gue duluan ya."
Taeyong mengambil tasnya, ia sampirkan asal di bahu lalu berjalan keluar. Bertepatan dengan tangannya yang hendak membuka gerbang tinggi berwarna hitam itu, seseorang membukanya dari luar.
"Eeeh jus mangga. Mau dikit dong gue haus sama capek banget," kata Taeyong, tanpa babibu merebut jus mangga dari tangan gadis itu lalu meminumnya dari sedotan yang sama.
Di depannya, Jisoo menganga tak percaya. "Itu jus mangga gue!"
"Bukan, ini jus mangga Pak Kian. Gue apal rasanya soalnya mangganya selalu manis. Kalo beli di tempat lain mangganya gak pernah semanis ini sampe gue curiga Pak Kian gak pake mangga asli tapi mangga palsu biar rasanya lebih enak."
"Tapi gue beli itu jadi itu punya gue!"
"Lo beli? Keluarin uang?"
Jisoo terdiam.
"Mau lo keluarin uang atau enggak ini tetep jus mangga Pak Kian sih orang Pak Kian yang buat, bukan lo."
"Ini kos-kosan cewek. Cowok dilarang masuk," kata Jisoo akhirnya, mengalihkan topik pembicaraan karena tak terima jika harus kalah begitu saja.
"Yang punya kos sekeluarga lagi keluar. Nggak bakal ada yang tau selama lo tutup mulut," sahut Taeyong sambil menyodorkan gelas jus mangga yang isinya tinggal seperempat—yang tentu saja Jisoo tolak.
"Ogah, bekas mulut lo."
"Relax, I'm not a smoker. Tanya temen-temen gue kalo lo gak percaya."
"Smoker kek, alcoholic kek, I don't want to drink from the same straw with man."
Taeyong manggut-manggut lalu menyeruput sisa seperempat itu sampai habis. Ia menggeser tubuhnya, bermaksud membiarkan gadis itu masuk ke dalam namun Jisoo bergeming.
"Mau gak gue bilang pun ibu kos tetep bakal tau lo ke sini," ujar Jisoo sambil menunjuk CCTV di teras yang mengarah ke pintu masuk.
"It's fake, darling. Why don't you notice it?"
Jisoo menganga. Bukan karena ia barusan dipanggil darling tapi karena ia tak percaya bahwa ia membayar cukup mahal untuk kos-kosan yang ternyata tak seaman yang ia bayangkan.
"Gih masuk. Temen lo di dalem," kata Taeyong.
"Lo ngapain sama dia sampe pagernya ikut ditutup?" Tanya Jisoo curiga.
"Ya kalo nggak ditutup maling masuk dong sayang."
"Ini kosan cewek dan lo cowok. Kalo lo berkunjung tanpa sepengetahuan siapapun orang bisa berprasangka buruk."
"Gak tanpa-sepengetahuan-siapapun juga kan ini lo tau kalo gue di sini???"
"Tapi gue gak tau lo ngapain tadi!" Sanggah Jisoo.
Taeyong nyengir. "Gue kerja kelompok ekonomi, puas? Emang lo pikir gue mau ngapain lagi di kosan cewek? Ngeseks?"
Mata Jisoo melebar. Tangannya refleks memukul lengan Taeyong keras-keras.
"Mulut lo sekolahin!" Kecamnya lalu berjalan masuk ke dalam kos, meninggalkan Taeyong yang mengusap-usap lengannya yang terasa panas setelah dipukul.
Ia terkekeh.
"Masih Jisoo yang sama, ternyata."
—
haaaaiiii hehehhee i'm back with another taesoo' fanfiction!!jangan lupa like, comment & check my other works juga yaa!!
seeee youuuu!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
lie to me; taeyong jisoo
Historia Corta5 seconds of summer once said, "I know that you don't but if I ask you love me I hope you lie to me."