Tentang prasangka 🌻

468 47 4
                                    


Kata orang kenangan bersama cinta pertama selalu sulit untuk dilupakan, dan aku setuju dengan itu. Namaku zhong chenle dan ini adalah kisahku.

♡♡

masih segar di benakku, aku yang masih kelas 8 SMP itu hanya bisa bersimpuh pasrah ditengah kerumunan manusia yg sibuk menuangkan saos kesergamku.

aku yang notabenenya hanya tikus jelek cuma bisa diam dan menerima caci maki dan perlakuan mereka. Menangis adalah satu satunya hal yang bisa kulakukan.

Disaat yang sama, seperti seorang malaikat Park Jisung datang mengulurkan tangannya dan memberi baju olahraganya secara percuma untuk kupakai. Awalnya kupikir dia hanya ingin mengerjaiku tapi ternyata tidak, dia bahkan menunggu didepan toilet saat aku berganti pakaian.

lalu entah bagaimana, sejak hari itu kami menjadi dekat dan akhirnya memutuskan untuk bersahabat.

Tak pernah kubayangkan aku yang cupu dan terkucilkan ini bisa berdampingan dengan Jisung yang notabenenya salah satu siswa populer di sekolahku.

Bukan satu atau dua celaan yang kuterima dari siswa lain saat dia dengan kerendahan hatinya mengikat tali sepatuku yang terlepas lalu tersenyum manis.

Bohong jika kukatakan aku tak menyimpan sedikit rasa untuk nya.
Jantungku selalu berdetak lebih cepat kala dia mengambil tanganku dan meletakan di pinggangnya saat kami berboncengan sepulang sekolah.

Bohong jika aku tak tersipu saat setiap pagi kulihat dia duduk di atas motornya di depan pagar rumahku. Ya, aku cukup sadar untuk tau bahwa rasaku sudah jatuh pada jisung.

Waktu berjalan dengan cepat, dan persahabatan kami berlanjut sampai SMA. Kuputuskan untuk merubah sedikit penampilanku yang cupu.

tak ada lagi kacamata tebal, kupakai softlens untuk membantuku melihat dengan benar, itu semua kulakukan demi jisung. Agar jisung tidak malu saat jalan denganku.

Memang, dia tak pernah sekalipun protes tentang penampilanku.

"malu buat apa coba? lo itu cantik, imut, lucu udah ga boleh insecure"

ucapnya setiap kali kutanya apakah dia malu jalan bersamaku. Tapi tetap saja opini orang lain membuatku tak enak hati apalagi dia semakin populer ketika resmi menjabat sebagai ketua tim basket sekolah.

aku begitu bahagia ketika suatu hari jisung menelfon dan mengatakan bahwa dia mencintai seseorang. Aku cukup percaya diri, mengingat perlakuannya yang terlampau manis padaku, kurasa dia juga mencintaiku.

Dengan rona merah muda di pipi kubalas tiap untaian kata yang dia kirimkan lewat chat.

Hingga suatu ketika, team basket sekolah kami bertanding dengan team basket sekolah sebelah. Aku datang datang menonton sambil memegang handbanner bertuliskan "fighting jisung".

dengan lantang kuserukan kata- kata semangat, dan dapat kulihat ia tersenyum bahagia lalu melambaikan tangannya ketika melihatku di antara kerumunan orang di kursi penonton.

Dewi fortuna sepertinya sedang berpihak kepada sekolah kami. Team uisung menang telak. Aku bahagia melihat pria yang kucintai itu tersenyum bangga pada dirinya sendiri.

kebahagiaanku semakin memuncak kala kulihat dia berdiri di tengah lapangan dengan sebuah buket bunga di tangannya.

"apa jisung mau nembak gue?" pikirku saat itu.

"Cek cek, ekhmm oke sorry ganggu waktu kalian sebentar temen-temen, ada suatu hal yang pengen gue ungkapin di depan kalian semua" ucap jisung dengan lantang.

sungguh, ketika dia menatap tepat ke arahku rasanya kakiku seperti tak bertulang.

Ia mengambil napas sejenak dan

"Yerim gue suka sama lo! eh engga gue cinta sama lo mungkin ini terlalu cepat buat kita yang baru kenalan 2 bulan tapi gue ga bisa lagi bohongin perasaan ini, lo mau gak jadi pacar gue?"

bagai di sambar petir di siang hari, dadaku sesak tapi tubuhku tetap tak mau bergerak sama sekali. Mataku terus menatap ke arah jisung yang berjalan perlahan ke arah seorang gadis cantik berambut pendek, bulu matanya yang panjang dengan senyum menawan, ah sangat cantik.

Tepat di kursi depan tempatku duduk jisung berlutut sembari memberi bunga. Rasa sakit itu semakin memuncak kala pria manis itu menganggukkan kepalanya. Dan semua orang bersorak bahagia.

lalu bagaimana denganku? tentu saja aku ikut bertepuk tangan.

"Selamat yah jisung wah lo keren banget " ucapku dengan senyum.

dia beranjak ke arahku dan memelukku erat "makasih lele lo emang sahabat gue".

yah sahabat ternyata selama ini aku terjebak dalam prasangka ku sendiri. Perhatian yang jisung tunjukan kepadaku ternyata tak memiliki arti yang sama seperti yang kuduga.

memory saat dia tersenyum depanku, memegang tanganku, menanyakan kabar dan khawatir tentang sehatku terus berputar di kepala bagai kaset rusak.

dan yah begitulah akhir kisah cinta pertamaku. Kisahku dan jisung yang ternyata tak pernah memiliki rasa yang sama.









~ Fin

Jichen short story/short AuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang