I. Taste Like Cherry

5.3K 184 3
                                    

Maksiat ia lengahkan sesaat sebelum fajar. Kabut samar menjauh, tak ingin terlibat bersama gadis muda yang tengah bergumul atas figur perempuan pikatan di depannya. Satu sapaan lalu tersambung, tetapi tak mampu ia lantaskan. Minjeong tidak pernah berani menyapa gadis yang ia kagumi di kelab malam.

"Selamat datang di Night Heaven," ujar gadisnya dari atas panggung. Sapaan umum tak punya tujuan khusus, namun Minjeong tetap menjawab dalam hati, melanjutkan potongan yang hilang, "kita bertemu lagi."

Gadis muda bersamaan gadis kelab malam menenteng cairan bening standar kelab-Screaming Eagle Cabernet Sauvignon 1992 hingga pengunjung tak lagi padat. Hati gadis muda mulai berdegup tak tentu, duduk menyendiri di sudut ruang dengan harap seseorang boleh menemani, tak menutup kemungkinan gadis penambat hati yang sudah ia tatap selama tiga jam. Tanpa persiapan, salah satu perempuan kelab malam menghampiri. Perannya sebagai penyanyi kelab, enam tahun melayani pria hidung belang dan baru perdana melakukan percobaan memepet gadis atraktif yang duduk sendirian di korner kelab bernama Kim Minjeong.

"Sendirian," sapanya setengah lembut setengah menggoda. Gadis muda melempar senyum sopan, tak mengabaikan pun tak berpaling dari gadis pujaan. Penyanyi itu, berdasarkan pengalamannya merayu pria yang mudah terpancing berahi, terus berusaha memepet gadis muda, "you're hot."

Klasik. Gadis muda dengan luaran jaket leather hitam, denim jeans hadiah dari Aeri yang baru ia pakai, serta rambut yang terikat half bun membuat pesonanya mengalahkan Brat Pitt. Ia berhasil membakar mata kupu-kupu malam yang berkelana mencari siapa saja yang membutuhkan pelepasan, dan Yuna menjadi salah satu kupu-kupu malam yang matanya sudah gosong terbakar.

Gadis muda tersenyum, membalas, "maaf, saya sedang night chill."

Luar biasa, ungkap penyanyi itu. Penolakan ini diluar dugaan. Tidak ada istilah penolakan di dunia kupu-kupu malam, terlebih pada penyanyi senior 'papan atas', tidak mungkin seseorang menarik diri atas parasnya yang menyerupai Bae Suzy.

"Sangat jarang untuk saya mendatangi orang duluan. Satu-satunya hal yang memaksa saya mau mendatangi seseorang hanya karena pesona," jelasnya sembari meraih tengkuk gadis muda, "kamu hari ini terlihat fenomenal, dan saya suka."

Gadis muda buru-buru meneguk habis cairan di gelasnya, entah karena malu atau usapan jemari di sekitar pipinya seolah-olah membangkitkan keinginan untuk melakukan pelepasan. Ia tidak berniat untuk melakukan itu, perjuangannya terjun dalam kesenangan malam hanya untuk melihat perempuan yang ia sukai.

"Yuna, sebentar lagi giliranmu."

Masih terlalu pagi untuk mabuk, pikir Minjeong. Detak jantung yang ia pikir akan normal-normal saja ternyata tidak sesuai ekspektasi. Bagaimana tidak, gadis kelab yang biasa ia pantau dari jarak minimal sepuluh meter itu kini berdiri tepat di depan wajahnya!

"Beberapa menit durasi panggungmu sudah kuambil. Lain kali berhati-hati melihat jadwal. Dan kau," gadis itu mengalihkan pandangnya pada Minjeong, "silahkan pulang. Anak kecil tidak boleh bermain di kelab malam."

Butuh beberapa saat bagi Minjeong untuk mengolah kalimat gadis di depannya. Sama sekali tidak sulit, tetapi keadaan itulah yang membuatnya ragu apabila ia sedang bermimpi atau tidak.

"A-aku bukan..."

Gadis itu melangkah menjauh, meninggalkan gadis muda yang masih berjuang menetralkan pacuan jantung. Benar kata gadis itu, kelab ini sudah mau tutup sebab malam telah berganti fajar. Lebih dari perkiraan, tak punya rencana mengobrol, lalu mendapat. Inilah cara mengawali hari ala Kim Minjeong.

"Anak kecil."

***

"Pecundang, pencuri, peramal. Pilih salah satu," sahut gadis berdarah Jepang penuh semangat.

"Aku ingin menjadi pohon yang tidak perlu banyak kerja."

Aeri memukul meja kesal, "yah! Kau ini tahu cara mainnya tidak, sih?!"

Gadis muda menghela napas pasrah. Lebih dari empat jam ia terjebak dalam sesi board games pada perkumpulan bulanan sahabat bersama Aeri Uchinaga, rekan setia yang merangkap menjadi gudang rahasia dan Ningning, maknae yang bertanggungjawab atas keseruan perkumpulan bulan ini.

"Saranku pilih pencuri," bisik Ningning yang masih menahan kikiknya.

"Kau mau menjerumuskanku ke penjara?"

"Eonni bisa mengambil uang semua pemain. Itu salah satu jalan pintas untuk menjadi pemenang!"

Akibat banyak pikiran, sebenarnya gadis muda tidak ingin menyalahkan perempuan malam. Tidak sepenuhnya salah kelab, meskipun sesuatu mengganjal hatinya hingga hari yang ia prediksi mungkin cemerlang berubah menjadi ugal-ugalan.

"Baiklah, pencuri. Aku ingin menjadi pencuri."

Minjeong terlalu sedih, mengingat first impression kupu-kupu malam yang membuat hatinya enggan untuk datang lagi ke Night Heaven, kelab pertama dan terakhirnya selama hidup menjadi manusia. Kedua sohibnya tahu, siapa yang ada di kepalanya sekarang. Seorang asing cantik yang ia puja melebihi Tuhannya sendiri. Terkadang Minjeong merasa bahwa ia sedang mengulang fase labil, tetapi tidak! Ini murni perasaan cinta yang sebenarnya. Terlalu sibuk bergumul hingga ia tak menghiraukan omongan Aeri.

"Kita tidak bisa melanjutkan permainan ini kalau kau hanya duduk membatu seperti itu."

"Bukankah ini sudah biasa terjadi?" Ningning beranjak, menepuk-nepuk kedua pundak gadis muda, "beberapa pekan terakhir aku mulai mempelajari gerak-gerik manusia ketika seseorang menunjukkan bahwa tengah jatuh dalam dunia asmara, dan hampir!"

Ningning memukul balok kayu itu, menimbulkan gelombang kaget bagi seisi ruang yang tercengang mengetahui adanya profesor tersembunyi yang sedang membongkar jati dirinya.

"Hampir semua pergerakanmu mirip seperti orang yang jatuh cinta."

Ruangan itu diam seribu bahasa, hanya diisi oleh nada tawa Aeri yang naik-turun, tak percaya bahwa sahabat yang ia kenal tidak pernah mencintai orang asing kini menjatuhkan rasa sukanya pada kupu-kupu malam di kelab dewasa.

"Kau benar, aku memangㅡ"

"Tetapi bukan jatuh cinta biasa," sanggah Ningning atas pernyataannya sendiri.

"Ada jatuh cinta luar biasa?"

"Jatuh cinta melankolis," jawab Ningning bisik-bisik, ingin memberi efek misterius.

"A-aku tidak..."

"Yah, bagaimanapun caranya kau sudah melakukan perkembangan yang baik," sahut Aeri, "meskipun orang yang kau cintai adalah kupu-kupu malam. Aku tetap mendukungmu."

Aeri mengambil pion pencuri milik Minjeong, segera menjerumuskannya ke dalam penjara. Sementara Ningning tak menunjukkan raut wajah senang, ada sesuatu yang ia sembunyikan namun tak mampu ia sampaikan. Tidak sekarang. Tatapan Minjeong melesu, tidak bersemangat, entah meratapi posisinya yang terbawah atau ingin menjatuhkan gugatan atas pembohongan publik terhadap tebakan Ningning. Nyatanya semua terasa benar, ia jatuh cinta namun tidak sepenuhnya mencintai. Labil, pikirnya. Seorang kupu-kupu malam yang dulunya ia sembunyikan sosoknya kini sudah diketahui dua manusia di dunia.

"Aku tidak mencintai seorang kupu-kupu malam," ujar Minjeong sebelum meninggalkan meja permainan.




TBC

The Night When We Do TribadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang