VI. Mi Novia, Kim Minjeong

2.5K 139 10
                                    

Berlangsung di tengah malam ketika pertempuran itu terjadi. Ganda manusia serentak berlayar mengandalkan naluri kehewanan demi melegakan desakan pribadiㅡmelepas hawa nafsu yang terpendam.

Suatu rahasia terbuka.

Kehendak yang bersatu menciptakan arus kompleks tanpa media rambat, merilis oksitosin dan vokabuler lain yang melukiskan interaksi mereka malam itu. Hujatan, kikik riang, dan serapah nikmat. Semuanya jatuh, lenyap diterpa waktu. Ibarat manusia yang disatukan dalam kubus pandora, berkompetisi menilik interpretasi dari deru piringan hitam 'Cigarettes After Sex' sembari menguras Château Gruaud Larose, berseling cengkerama sekitar hubungan politik dan urusan industri malam ketimbang perkara rumah tangga yang tak kunjung rampung.

Diaㅡsi kupu-kupu malam yang girang, dan si perempuan keras kepalaㅡterkulai pasrah dengan amatan penuh hampa. Perbuatannya tak lagi terbilang naluri. Merekaㅡatau lebih tepatnya si kupu-kupu malam telah mencapai frekuensi Theta, terkonfirmasi jatuh cinta habis-habisan pada perempuan yang mencerup cair Merlot dan mengoper dengan ganas kepadanya, membiarkan kupu-kupu malam menikmati dua hal yang memabukkan sekaligus: fermentasi air anggur dan bibir lembut gadis muda. Entah yang mana yang perlu ia utamakan jika keduanya sama-sama memabukkan. Kasur itu menandak-nandak menciptakan derit gesek antara kaki-kaki usang dan batu granit, sementara tetes keringat berjatuhan di atasnyaㅡmelembabkan.

Hingga tak ada lagi yang bergerak, semuanya serta-merta berhenti membiarkan mengatur napas yang terengah-engah. Sekarang mau melakukan apa, keduanya tak lagi saling memuji keahlian. Hanya erangan manja yang keluar dari mulut kupu-kupu malam yang bertujuan menarik kembali perhatian cinta perempuan keras kepala yang telah habis jangka waktunya. Air muka yang misterius menunjukkan betapa khawatirnya ia akan hari ini dan esok. Semua kebiasaan ketika ia ragu keluar satu demi satu.

"Minjeong-ah," bisiknya tepat di telinga, disambut raut tawar perempuan keras kepala, "rahasia apa yang kau pikirkan sekarang?" tanyanya.

"Sesuatu yang kompleks," gumam perempuan keras kepala, lalu melanjutkan, "entah apa yang harus kukatakan kepadamu, ketika bersamamu aku selalu linglung."

Dalam hening mereka bersemuka. Yang satu bersila di ceruk kasurㅡsedang sisanya bertopang pada ujung meja, jarak yang cukup untuk memagari diri jika sekonyong-konyong hal mesum terjadi di luar kendali lagi. Perlu diluruskan dan diperjelas semua prasangka yang terpikir sejak kemarin malam, sejak mereka bertukar peluh untuk pertama kalinya.

"Kau menyukaiku?" tanya gadis muda tepat sasaran. Karina, dengan senyum tipis di bibirnya mengangguk iya. "Kau mencintaiku?"

"Bukankah itu pertanyaan yang sama?" tanyanya balik dengan wajah sok polos, sungguh menjijikkan, batin Minjeong.

Perempuan iniㅡtidakkah ia sedang mempermainkan perasaanku?

Biar Minjeong berkata jujur bahwa mengeluarkan kesempatan kedua pada seseorang bukan main jarangnya ia lakukan kecuali karena belas kasihan atau sesuatu yang tidak jelas. Untuk perkara ini, ia lakukan berdasarkan sesuatu yang tidak jelas.

"Menyukai hanya sebatas suka. Jika kau mencintai seseorang, artinya kau sayang."

"Aku menyukaimu sebatas agen dan klien. Di sisi lain, aku mencintaimu sebagai pacar. Jadi, haruskah kuiyakan dua-duanya?"

"Maksudkㅡ"

"Aku takkan menjadikanmu pacar kalau aku tidak mencintaimu, paboya."

Karina terkekeh senang. Sementara Minjeong berdecak jengkel, karena kali ini kedua pipinya terasa menghangat. Sungguh keparat pendingin ruangan sentral, yakinnya dalam hati. Melihat itu, Karina ikut tersenyum dan bergantian buka suara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Night When We Do TribadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang