Entah sudah berapa kali aku mendengus pasrah, hampir seminggu tidak kembali ke apartemen lantaran menghindari pertengkaran dengan Naoya. Hotel adalah tempat pelarian selama ini, kembali menatap Nobara juga masih tak berani ku lakukan.
Kenapa jadi semakin rumit begini? Yang kuinginkan cuma kebahagiaan. Aku juga tidak tahu sebenarnya marah karena Naoya berselingkuh atau Nobara yang menjalin hubungan. Semua semakin mengacaukan isi kepalaku.
Satu pesan masuk ke ponselku, dan kulihat si pengirim pesan adalah Naoya, awalnya berniat ku abaikan begitu saja, tapi karena ia ingin meluruskan permasalahan ini tak ada salahnya bertemu dulu.
Tanpa menunggu lama aku langsung bergegas menuju tempat yang Naoya sebutkan, melajukan mobil sembari berpikir keputusan mana yang kami ambil. Membayangkannya saja membuatku takut, tapi ini memang harus diselesaikan.
Setelah memarkirkan mobil aku langsung memasuki kafe, belum ada lima detik berada di sana, namun keterkejutan ku tak dapat di sembunyikan lagi. Nobara sedang menangis dalam pelukan Naoya.
Ah, rasanya sakit sekali. Apakah kau sebegitu mencintai Naoya? Bagaimana denganku? Apa aku pernah hadir dalam mimpimu?
Kali ini aku memutuskan untuk keluar dari kafe sebentar, lebih baik membiarkan mereka dulu. Kalau dipikir lagi, memang aku yang menghancurkan hubungan mereka kan? Soal hak sebagai istri, aku tak pernah berpikir jadi istri Naoya, kami menikah karena kontrak, memiliki perasaan pun kurasa tidak ada sama sekali.
"Apa yang kau tunggu?" suara berat itu menginterupsi ku agar menoleh.
"Sedang malas lihat drama menyedihkan" Naoya tertawa karena aku menjawab begitu. Dari pada suami istri, kami lebih mirip dua teman dekat.
"Ayo masuk dan bicarakan ini"
"Dia pasti memilihmu. Kalau soal mate ... itu juga bisa ditolak kan?" ujarku.
"Kau bercanda? Mau mati?"
"Tidak" Naoya menatapku kesal, jangan tunjukkan wajah itu, aku semakin sulit merelakan nanti.
"Maki, kau tau apa konsekuensi ditolak mate mu kan?"
"Aku bukan alpha bodoh" jawabku.
Aku tahu, sangat tahu. Kau juga pasti sadar karena berkata seperti itu, mana bisa aku menolak kehadiran Nobara, sama saja aku menyakitinya, yang kuinginkan cuma kebahagiaan nya. Naif memang, tapi keinginan ku sangat sederhana.
"Kak?"
Dia menyusul kami, iris oranye itu kupandangi lamat. Wajah gugup dan suara serak habis menangis nya sangat menggangguku. Ku mohon, jangan menangis lagi.
"Maaf, tadi dompetku ketinggalan di mobil" kataku bohong. Naoya melirikku, aku mengerti dia sedang memberi tanda untuk masuk ke kafe.
Kami kembali masuk dan duduk berhadapan. Nobara duduk disamping Naoya, wajahnya tak berani menatapku. Apa ini juga begitu berat bagimu?
"Jadi, apa yang akan kita bahas di sini?" tanyaku memecah keheningan.
"Maaf kak Maki ... Aku-"
"Jangan minta maaf, ini bukan sepenuhnya salahmu" sela ku cepat.
"Kau yang punya hak bertanya, jadi tanyakan saja apa yang mau kau ketahui tentang kami" aku tertawa remeh saat Naoya berkata seperti itu. Aku lupa posisiku di sini sebagai istrinya, bukan alpha dari gadis itu.
"Sudah berapa lama?"
"Dua bulan setelah kita menikah" manik tajam Naoya bahkan tak berani menatap mataku.
"Hebat" jawabku.
Takdir sangat mempermalukan ku kali ini. Bahkan belum lama kami menikah dia sudah bertemu dengan Nobara, bagaimana denganku? Kenapa membutuhkan waktu lama dan masalah serumit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sin [MakiNoba]✔
Fanfiction[Tamat] Hanya seorang alpha wanita yang berhasil menemukan lunanya, namun mereka bertemu di waktu yang salah. Suamiku selingkuh, dan lunaku mengusirku. Maaf terlambat datang. "Bisakah aku memperbaiki semuanya?" Genre : Shoujo ai, ABO AU, Girl's Lo...