1. Little Not Too Much

2.2K 68 2
                                    

Well, hi everybody!! I tried to write down my imagination. Just feel free to read my fiction if you do not mind.
Oke sebenarnya niat awalnya mau bikin sesuatu yang serius, but then, entah kenapa jadi absurd di bagian akhirnya. Please anticipate!! Happy reading ^^

"Hae!!" Perempuan itu semakin menaikkan suaranya saat orang yang ia panggil masih tak merespon sama sekali.

"LEE DONGHAE," jeritnya frustrasi.
Sedangkan pria yang dipanggilnya hanya menghembuskan napasnya kasar kemudian menunduk. Entah mengantuk atau apapun itu ia tiba-tiba mengusap matanya.

"Maafkan aku," cicitnya lirih. Suaranya bahkan lebih kecil daripada suara gemericik air di belakang sana. Bahkan sepertinya suara angin yang bertiup pun lebih keras jika dibandingkan.

Hening tercipta beberapa menit setelah itu sampai kemudian perempuan itu ikut mencicit lirih, "Kau jahat." Entah kemana hilangnya suara tingginya beberapa saat yang lalu.

"Maaf." Lagi lagi pria bernama Lee Donghae itu mengucapkan kata-kata itu.

Semenjak datang ke tempat ini sekitar satu jam yang lalu pria itu hanya diam. Dan sekarang setelah membuka mulutnya, apa yang keluar dari bibir tipisnya hanyalah kata maaf. Perempuan berambut panjang itu sebenarnya jengah setiap kali mendengarkan permintaan maaf pria tampan di sampingnya. Terkadang sebuah situasi tidak hanya membutuhkan permintaan maaf, tetapi juga penjelasan agar semua kesalahpahaman atau kecemburuan atau pun kecurigaan yang perempuan itu rasakan bisa diluruskan kembali. Bukan seperti ini.

"Sudahlah." Perempuan itu tiba-tiba berdiri. Setelah merapikan jaket hitam dan penutup kepalanya yang berantakan karena tertiup angin malam, ia menoleh ke kanan, ke tempat di mana Lee Donghae seakan duduk membeku di tengah malam musim semi.

Di bawah topi hitam yang menaunginya, wajah pria itu terlihat lebih pucat. Bukan pucat karena efek lampu taman yang menyorotinya dari samping bangku. Perempuan itu juga merasa suhu tubuh pria itu lebih hangat dari biasanya saat ia membungkuk dan mencium pipi pria itu kilat. Hanya satu kecupan yang tak lebih dari satu detik, kemudian pulang. Pria itu pasti masuk angin lagi.

Jangan kira perempuan itu tak peduli. Sebenarnya tadi, bukannya mengucapkan selamat tinggal, ia hampir saja menanyakan keadaan pria yang dicintainya itu. Tapi untung ia masih bisa mengerem mulutnya. Ia kan sedang marah dengan pria itu, untuk apa bertanya segala? Toh pria itu bahkan tidak merespon apa yang ia ucapkan, bahkan tidak untuk sekadar mengucap hati-hati di jalan.

D-D

Agak terburu-buru, gadis berambut panjang itu berjalan menghampiri mobilnya yang terparkir di sisi lain taman. Ia beberapa kali mengutuk dirinya sendiri karena meminta bertemu dengan Donghae malam ini.

Sebenarnya semua itu bukan hanya karena ia ingin meminta penjelasan dari Donghae, buka semata-mata karena ia ingin marah-marah dengan pria itu. Tetapi karena ia bahkan sudah tidak bisa tidur seminggu terakhir ini karena terlalu merindukan pria bodoh itu.

Ia tidak tahu kalau ternyata Donghae sedang tidak begitu sehat menilik badannya yang sangat hangat. Ia takut pria bodoh itu bertambah sakit karena terkena angin malam gara-gara mememuinya di sini.

"Aaaaaaaaa," jerit perempuan itu sambil mengacak-acak rambutnya sendiri begitu masuk ke dalam mobilnya.

Ia tidak bisa menutupi kekhawatirannya terhadap pria yang kemungkinan sekarang masih duduk membatu di bangku taman tadi. Baiklah, perempuan itu memang marah, tapi kemarahannya tidak bisa menutupi kekhawatirannya. Hanya egonya lah yang berhasil mengurungkan niatnya untuk kembali ke bangku taman tempatnya tadi.

Perempuan itu mulai menghidupkan mobilnya, kemudian langsung melesat menembus jalanan malam tanpa menoleh dan tanpa ia tahu bahwa Donghae baru saja hendak menghampiri mobilnya.

Pieces Life of Lee DonghaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang