13. PANGKALAN

1.3K 209 22
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Fiko menghampiri Ecan yang makan seorang diri di kantin kampus. Fiko duduk di hadapan sahabatnya itu sambil meraih kentang goreng pedas milik Ecan.

"Ada info tambahan nggak?" tanya Fiko.

"Ntar, mulut gue ada makanan," sahut Ecan sebelum menelan semua makanan yang ia kunyah. Ecan meraih jus lemon dan meneguknya seperempat.

"Masih pagi, minum jus lemon."

"Biar sispek, Fik."

"Yang ada perut lo rata."

"Udahlah nggak usah terlalu perhatian sama gue. Gue cuma milik Cintia."

"Bego."

Ecan mengambil ponselnya di dalam tas cokelat miliknya. Tampak mencari sesuatu untuk ditunjukkan pada Fiko.

"Nih, gue punya info menarik. Coba lo perhatikan orang yang ada di foto ini," ujar Ecan menyerahkan ponselnya pada Fiko.

Fiko memperhatikan tiga foto yang Ecan dapatkan. Kening Fiko mengerut mencoba menebak apa yang menjadi hal yang menarik dari ketiga foto itu.

"Ini ... siapa sih?"

"Yang laki itu ayahnya Vioner, Om Handika. Dari ketiga foto itu, beliau gandeng tiga perempuan yang berbeda. Coba lo perhatikan lagi."

Fiko makin memperjelas penglihatannya. Dan benar, satu pria yang sama dengan tiga wanita berbeda.

"Oh, iya betul. Jadi ini yang namanya Handika. Tapi apa hubungannya dia sama tiga perempuan itu?"

"Ketiga perempuan itu istrinya Om Handika. Gue rasa, mereka istri simpanan beliau. Soalnya ketiga wanita itu masih hidup menurut penyelidikan gue. Sedangkan ibunya Vioner 'kan dah meninggal. Iya, toh?"

Fiko mengangguk.

"Jadi gue bisa manfaatin ketiga orang ini buat cari informasi tentang Om Handika dong?"

"Iya, Fikofikofik. Eh, ajakin dong gue ke rumah Om Andro. Gue mau liat Vioner ih. Penasaran gue. Lo tetiba jadi detektif gini demi dia. Segitu misteriusnya kah."

"Boleh sih. Tapi gue mau minta bantuan lagi sama lo. Gimana?"

"Elu mah nggak usah sungkan sama gue, Fik. Gue sama teman-teman grup gue itu udah turun tangan bantuin orang-orang melarat rasa penasaran kayak elu. Pasti gue bantuin. Tenang aja," sahut Ecan sebelum kembali menyantap roti panggang ke mulutnya.

"Oke. Gue mau lo selidikin tentang kakaknya Vioner. Katanya kakaknya masuk penjara," ujar Fiko.

"Eumm ... kantor polisi dong. Okelah. Tapi gue butuh waktu paling sedikit satu minggu."

"Gapapa, santai aja. Ntar lo gue mintain nomor HP Cintia."

"HAH?! BENERAN, FIK? Masya Allah ... lo bener-bener kesayangan gue," heboh Ecan.

BROTHER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang