Eps 01 - Badass Doctor

73 2 0
                                    

⚠️ P E R I N G A T A N ⚠️

Cerita yang ditulis pada episode ini mengandung unsur seksual dan kekerasan. Silahkan membaca cerita sesuai dengan kebutuhan usia, usia minimal 18 tahun ke atas. Sebagian cerita ditulis berdasarkan kisah nyata yang di alami oleh penulis.

Waktu akan terus berputar meski fakta terkini seseorang sudah mati sekalipun, waktu tidak akan pernah berhenti berputar. Meskipun terasa menyedihkan dan menyakitkan mengetahui bahwa waktu begitu kejam, begitulah faktanya.

Burung gereja pagi itu beramai-ramai mengadakan konser lagu kedukaan, terlihat jelas api dengan cepat melahap tubuh seorang wanita cantik yang saat itu dibalut dengan indahnya motif polos kebaya berwarna putih, wanita itu hanya diam. Ia seolah terlelap dalam mimpi indahnya. Gadis berambut cokelat panjang sebahu yang kedua tangannya sedang menggendong bayi laki-laki berusia 2 bulan itu tengah menatap sinis, sesekali mengedipkan matanya untuk menahan hawa panas disekitar upacara kremasi. Ia adalah Lilac. Wanita yang ia pandangi tubuhnya semakin lama semakin habis dilahap api kremasi adalah sepupu kesayangannya, Alveina. Usia yang sangat muda tidak menghentikan malaikat maut menjalani tugasnya.

Oeek... oeek... ooeekk...
Suara tangis bayi yang ia gendong baru saja pecah ketika jasad ibunya sudah rata menjadi abu, seolah mengetahui bahwa ibunya telah benar-benar pergi meninggalkannya. Meskipun Bisma kecil menangisi kepergian ibunya, ia tetap berusaha tersenyum dihadapan orang-orang yang memandangi bayi itu dengan pandangan iba.

Ditengah kedukaan yang sedang menyelimuti hari upacara kremasi, suaminya yang adalah seorang Dokter Ahli Gizi bernama dr. Giderby hanya terduduk diam. Ia menundukkan kepalanya seolah meratapi nasib bahwa ia menjadi single parent untuk beberapa waktu kedepan.
"Apa kau baik-baik saja kak?" tanya Lilac sembari duduk disebelah kanannya.
"Apa aku terlihat baik?" sahut Giderby, dengan tatapan penuh kekesalan.
"Tentu saja tidak baik, aku bertanya hanya karena aku berpikir topik pembicaraan apa yang harus ku mulai dengan mu, maaf"
"Tidak apa, terima kasih telah berada disamping ku di waktu sulit ku" jawab Giderby tersenyum, jawabannya ditelaah aneh oleh Lilac, ia merasa ada sesuatu yang janggal namun ia tidak begitu memikirkannya.
​Setelah percakapan itu dimulai, Giderby jadi terus-menerus menatapnya dengan senyuman yang mana senyuman tersebut seperti menyimpan banyak rahasia. Namun lagi-lagi Lilac tidak mempedulikan hal tersebut.
--
1 Tahun setelah Upacara Kremasi.
"Dengan siapa kau berkonsultasi tentang diet mu itu, dik?" tanya wanita yang tengah mengepang rambut panjangnya yang sepertinya baru saja di cat dengan warna merah ke unguan. Namanya Rial.
"Dengan siapa lagi? Tentu saja dengan dr. Giderby. Apakah aku sudah mulai terlihat berbeda?" jawab Lilac, sembari bercermin didepan cermin full body yang baru saja dibeli oleh ibunya.
"Giderby?!" tanya Rial, ia terkejut.
"Iya... hmm kenapa?"
"Tidak... tidak apa, aku hanya akan mengingatkan mu bahwa... orang itu sedikit aneh dan... mencurigakan jadi, ya berhati-hatilah" sahut Rial, tegas.
​Mendengar hal tersebut, Lilac menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia mengerti maksud dari perkataan Rial, namun ia masih tidak mempedulikasi maksud dibalik kata-kata tersebut. Kemudian anjing mini pomeranian berbulu putih berlari dari teras rumah wanita berambut merah keunguan tersebut, sesekali menunjukkan beberapa aksi dan kedua kaki belakangnya menopang tubuh mungilnya itu seolah memohon dan mengatakan, "aku lucu bukan? Ayo berikan aku cemilan" Lilac yang melihatnya tampak seakan meleleh dengan aksi lucunya itu, ia kemudian memberikan beberapa sobekan roti untuk diberikan pada anjing mungil itu.
"Hei Salju! Jangan mengemis!" tegas Rial pada anjing mungilnya itu. "Sudah kukatakan sebelumnya kan dik? Jangan berikan cemilan pada Salju, oh iya bagaimana keadaan Bisma kecil? Ku dengar ia sedang rewel sekarang?" tanyanya.
"Begitulah" jawab Lilac singkat, matanya seperti sedang memikirkan sesuatu yang berkaitan dengan Bisma kecil.
"Pasti sangat sulit bagi Giderby merawat dan membesarkan anak tanpa seorang istri" sahut Rial, wajahnya seolah menunjukkan ekspresi yang sedikit mengolok-olok Giderby.
"Aku tidak begitu terpikir bagaimana sulitnya bagi Giderby membesarkan anak sendirian, tapi aku justru terpikirkan betapa sulitnya Bisma harus hidup tanpa ibunya sejak ia berusia 2 bulan" jawab Lilac, ia tampak memikirkan kesulitan yang dihadapi oleh keponakan kecilnya.
​Meski Lilac memikirkan Bisma kecil, ia tetap harus fokus belajar untuk Sidang Skripsinya yang perlahan dari hari ke hari menjadi semakin dekat. Ia siap namun hatinya masih belum bisa merelakan kepergian Alveina yang begitu cepat walaupun waktu sudah lama terlewati 1 tahun. Ia adalah Lilac, seorang gadis yang sulit melupakan kenangan menyakitkan.

Sepulangnya Lilac dari kediaman Rial, ia segera membuka laptopnya untuk membaca-baca hasil jerih payahnya yang kini telah menjadi Skripsi, kemudian ia teringat akan janji konsultasinya dengan Giderby yang baru saja ia lewatkan. Lilac segera menepuk keningnya dan berkata pada dirinya sendiri, "astaga konsultasi diet telah ku lewatkan begitu saja, sepertinya handphone ku akan banyak sekali notif panggilan" Lilac segera mengambil handphonenya yang ia letakkan diatas meja dan menggerakkan kedua kakinya untuk berlari kearah garasi mobil juga kemudian ia segera berangkat ke rumah sakit tempat di mana Giderby bekerja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lilac's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang