" ARGHHHHHHH... LEPASKAN AKU SIALAN... BRENGSEK "
Terlihat seorang pria yang tengah duduk dengan senyuman iblisnya sambil menyaksikan anak buahnya yang lain mencambuk seorang pria. Pria dengan senyuman iblis itu adalah Jeffrey Axel Mardinata. Seorang mafia yang berhati iblis dan memiliki senyuman yang mematikan. Dia adalah putra tunggal keluarga Mardinata. Ayahnya adalah seorang Direktur di J's Company. Ya, itu adalah nama perusahaan keluarga mereka. Tapi naas, akibat kejadian 5 tahun lalu, seseorang berhasil merenggut nyawa ayahnya. Dan membuat seorang Jeffrey kini harus menggantikan segala tanggung jawab ayahnya. Siapa sangka kejadian 5 tahun itu pula yang berhasil menumbuhkan sisi gelap seorang Jeffrey Axel.
" PUAS KALIAN? "
" LEPASKAN AKUUU....ARGHHH...SAKIT SIALAN"
Tetapi pria yang menyaksikannya hanya diam, tanpa memberi isyarat untuk berhenti. Bahkan sampai kulit tawanan mereka mulai sobek dan mengeluarkan darah.
" Lanjutkan, buat dia sampai mengerti bagaimana rasa sakit yang sebenarnya" titahnya seraya meninggalkan tempat itu.
" Baik Bos "
--
-JEFFREY POV-
Ku langkahkan kakiku memasuki mansion. Lelah, satu kata yang dapat menjelaskan kondisiku saat ini. Aku berjalan masuk, dan melihat ke arah meja makan. Penuh. Kenapa masih penuh, apakah dia tidak makan. Apa dia memang benar-benar kabur. Jika benar begitu, aku tak akan pernah mengampuninya sekalipun.
"Hei, berhenti dimana gadis itu?" tanyaku pada seorang pelayan.
"Nona, masih ada dikamarnya Tuan" jawabnya singkat.
"Dia tidak turun?"
"Nona tidak mau turun,Tuan"
Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban. Gadis ini menyusahkan saja. Aku pun melanjutkan langkahku untuk menemuinya di kamar. Kamarnya bersebelahan dengan kamarku. Bukannya apa-apa jika dia kabur, aku bisa segera tahu. Tapi percuma saja jika dia kabur, aku pasti selalu akan bisa menemukannya kembali.
Tokk..Tok..Tokk
Tak ada jawaban yang kudapat, saat mengetuk pintu kamarnya. Langsung saja kubuka dan ternyata tidak terkunci. Aku melangkahkan kakiku, seraya mengedarkan pandanganku mencari gadis itu. Dari kemarin aku terus memanggilnya gadis itu entah siapa namanya. Aku menemukannya sedang meringkuk diatas ranjangnya. Matanya terlihat sembab seperti habis menangis.
"Hei bangun"
"Bangun Nona"
Tak ada jawaban, yang kudapat hanyalah sebuah dengkuran yang semakin keras
Sehingga aku menyeretnya dari tempat tidur. Alhasil tubuhnya mendarat mulus di lantai.
"UHHHHHH...SAKIT" rengeknya seraya mengumpulkan nyawa.
"Kenapa kau tidak makan?" tanyaku to the point.
"Aku ingin pulang kau tahu, aku merindukan rumahku..ijinkan aku pergi dari sini hiksss" katanya.
"Kau tau, aku masih tidak bisa melepaskanmu. Karena aku tidak suka ada seorang pun yang tahu mengenai mansion ini"
"Aku janji, aku tak akan memberi tahu siapapun mengenai mansion ini. Aku bisa menjamin itu"
"Tak semudah yang kau bayangkan, Nona. Jadi tetaplah diam dan turuti semua perkataanku. Sekarang turunlah ke bawah dan makan" tekanku.
"Tidak akan" jawabnya.
"MAKAN" tekanku tajam.
"HIKKSSS...SEBEGITU SUSAHKAH KAU MEMBIARKANKU PERGI, AKU TAK TAHU HAL APA YANG MEMBUATMU BERSEMBUNYI DI HUTAN BELANTARA INI TUAN, TAPI SEMUA ITU TAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGANKU. JADI KU MOHON BIARKAN AKU PERGI" teriaknya.
"DIAM...Sudah berani melawanku...Heh?"
"Aku tidak akan pernah takut pada orang sepertimu, Tuan. CAMKAN ITU" jawabnya tegas.
Entah bagaimana emosiku mulai tak mampu ku kendalikan. Sejak awal, aku tidak bisa sakalipun ditantang. Bagiku orang yang menantangku sama saja mereka ingin cari mati denganku. Sejak hari itu, dimana aku tak mampu untuk melawan, sampai akhirnya aku kehilangan ayahku sendiri. Bahkan aku tak mampu menjaga ibuku sendiri, dia terlalu depresi setahun setelah ayahku pergi. Aku bodoh, karena tak mampu mempertahankan keluargaku sendiri, andai saat itu aku mampu melawan. Ayah dan Ibuku pasti masih bisa tertawa dan bangga atas semua pencapaianku. Mengingat hal ini, rasanya ingin ku habisi semua orang yang campur tangan atas kematian ayahku. Ya, aku akan mencari mereka sampai dapat dan menghabisi mereka satu persatu dengan tanganku sendiri. Seorang Jeffrey Axel Mardinata bukanlah orang yang lemah seperti dulu.
"Kau bilang tidak takut padaku kan? Kita buktikan apakah pernyataanmu masih sama setelah ini"
"Makk..maksudmu?" jawabnya.
"Ikut aku"
"Hey kemana kau akan membawaku"
Aku hanya diam, tak ada sedikit pun jawaban yang keluar dari mulutku. Aku mencengkram tangannya sampai dia mengeluh kesakitan. Tapi aku tak peduli, siapa yang berkuasa disini. AKU. Dan salahnya sendiri berani menantangku. Menantangku sama dengan mencari mati. Aku tak peduli dia mata-mata atau bukan yang pasti hukumku harus tetap berjalan. Bahkan sekarang aku tak peduli dia seorang Wanita sekalipun.
Kami terus berjalan menyusuri lorong, sampai akhirnya kami sampai di ruang bawah mansion, di depan sebuah pintu berwarna kecoklatan yang terlihat usang.
AUNGGGGG...AUNGGGG.....AUNGGG
"Suuuuuu....sua....suara apa ituuu?" tanyanya. Dia merintih kesakitan, seraya menarik tangannya.
"Suara anak-anakku yang kelaparan" jawabku dengan sinis.
"KAUU...KAUUU GILAA HAH"
"HAHHAHAHAHAHA...kau baru sadar, Nona?"
"LEEPASSSKANNNN AKUUU"
"Tidak akan, kau harus menerima hukuman karena sudah berani melawanku nona manis"
Aku pun membuka pintu dan memasukkan dia kesana, disana terdapat 3 serigalaku yang terlihat sangat kelaparan. Mereka terkurung di dalam kandang dan meraung karena kelaparan. Gadis ini mulai ketakutan dan bersembunyi di belakangku. Aku melepaskan cekalan tangannya di jaketku. Dan meninggalkannya disini. Berdiri seorang diri dengan ketakutan yang luar biasa saat mendengar aungan serigala-serigalaku.
--
Seorang gadis menangis ketakutan ditengah kegelapan. Suara serigala-serigala mulai berhenti perlahan. Tergantikan oleh isak tangisnya. Dia begitu merindukan rumahnya. Tetapi tak ada seorang pun yang dapat melepaskannya dari sini. Menyesal. Dia menyesal karena menginjakkan kaki di mansion ini. Tetapi dia juga tak mengingat apapun yang membuatnya terbangun di tengah hutan yang gelap. Dia meringkuk kedinginan karena udara malam yang masuk dari celah- celah ruangan. Tapi tak ada satu hal pun yang mampu ia lakukan. Selain menidurkan dirinya di lantai yang dingin.
" Hikss.. Ibu aku merindukanmu..Ibu aku mau pulang"
Dia terus menggumamkan kata-kata itu sampai akhirnya hembusan nafas halus keluar dari mulutnya.
Cklek
Terdengar suara pintu terbuka. Menandakan seseorang yang datang ke ruangan itu. Ia berjalan masuk dan mengangkat tubuh wanita itu keluar bersamanya.
--
Hai-hai semua thank you ya buat yang udah setia baca. Hayo siapa yang bisa tebak siapa sih yang ngeluarin Grace? Yang tahu tulis dikomen dong. Xixixixi. Semoga suka ya sama part 2, ditunggu kelanjutannya dan buat yang mau kasih saran atau masukan boleh banget yaa bestie aku juga masih baru soalnya. Oh iyaa...Boleh dong kasih bintangnyaa temen-temen. Udah?. THANK YOUU SO MUCH....MUACH.
NB:
Aku usahain bakal sering-sering update. Ditunggu ya kelanjutannya bestie.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ANNOYING MAN
Romance" Kebetulan yang secara tidak langsung membawa takdir kita terikat"- JEFFREY AXEL MARDINATA - " Kurunglah aku terus sehingga aku tidak hilang dari radarmu, Tuan menjengkelkan" - GRACE BRIENNE -