Constant

221 21 19
                                    











"Beruntung ga sih aku dapetin kamu?"

"Iyalah!"

Yosafat menghela nafasnya dan natap Saras kesel. Kok bisa ya dia punya pacar yang pede gila gini?

"Aku tuh mau gombalin kamu, tanya kek beruntungnya apa? Bikin muka kaget kek, apa kek gitu, kok iyalah!" Ucapnya sambil mengikuti mimik wajah Saras saat menjawabnya dengan sangat yakin tadi.

"Lah kamu nanya ya aku jawab. Brifieng dulu kalau mau gombal, gomen ya.."

Yosafat cuman bisa menghela nafasnya dalam-dalam, bisa ya dia pacaran sama cewek se-ngeselin Saras. Tapi mau gimana juga, dia sayang banget sama yang namanya Saras ini.

"Kamu kenapa sih?"

"Kenapa apanya coba?"

Yosafat tersenyum melihat Saras yang mendelik marah kearahnya dan melemparkannya dengan pasir pantai.

Ya, kini mereka berdua tengah duduk di bibir pantai. Sambil menikmati pemandangan matahari yang baru saja naik ditemani bunyi ombak di pagi hari. Awalnya mereka itu ga dateng berdua, namun Saras yang nyari-nyari pacarnya dan akhirnya menemukan keberadaan pacarnya itu lagi duduk santai di bibir pantai ini.

"Kenapa kamu sendirian lagi? Kan aku bilang, jangan suka pergi sendirian!"

"Aku butuh waktu sendiri Ras," Yosafat mengelus puncak kepala Saras, "Lagian kamu juga selalu tau aku butuh ruang buat nenangin diri aku kan?"

"Kamu bisa bilang aku, aku bakal nemenin kamu. Aku janji ga akan ngomong atau bawelin asal kamu ga pergi-pergi sendirian. Aku khawatir dodol! Bisa ga sih liat kalau pacarnya ini khawatir?!"

Melihat Saras saat ini membuat tingkat kegemasan Saras dimata Yosafat meningkat. Yosafat emang paling seneng bikin Saras ngamuk, apa lagi kalau ngamuknya karena peduliin dia.

"Iya, lain kali aku janji."

Saras yang berdecih setelah ucapnnya membuat Yosafat kembali tertawa.

Tangan Yosafat terulur kearah puncak kepala Saras dan mengusak gemas rambut pacarnya, setelah itu dia menarik kepala pacarnya dan di dekapnya tubuh mungil pacarnya itu.

"Aku sayang banget sama kamu, Saras." Ucapnya sembari mengecup puncak kepala Saras.

Saras mendongak dan bergidik ngeri, "Tumben, lo lagi kerasukan ya?"

Melihat itu Yosafat kembali tertawa puas, dia meraih tengkuk pacarnya dan memberikan banyak ciuman di sekitar wajah pacarnya. Si gadis yang wajahnya tengah di sabotase itu merengut dan berupaya keras melepaskan diri dari buaya buntung ini.

"Ih lo tuh kenapa sih!" Teriaknya sambil mendorong Yosafat yang tengah tertawa itu menjauh.

Jujur aja, Saras takut cowoknya ini ternyata ketempelan. Soalnya, ini bukan Yosafat banget! Biasanya anak itu lebih suka ngelawak atau ngerjain Saras sama yang lain dari pada romantis gini.

"Gue tuh lagi jadi boyfriend material, lo dukung dikit kek!"

"Dih! Biar apa lo begitu?"

"Biar bisa ikut bf rent, kan lumayan ngehasilin duit tambahannya kenal banyak temen baru, mempermudah sosialisasi."

Saras berdecih sambi melipat kedua tangan di depan dada, "Bilang aja mau punya selingkuhan kan lo?!"

"Ga gitu ayyy, tapi kalau kamu memberi izin, aku sih ga masalah!"

"Lo mau gue marah ya ternyata?" Tanya Saras sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dia hendak memukul kepala Yosafat jika tidak di tahan oleh pria itu.

Holyday's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang