"Menggenggam tanganmu bukan hal sulit bagiku, namun menggenggam hatimu adalah hal tersulit yang tak bisa aku lakukan."
_Belva Fienna Agalia_
Happy reading🍑
Jantung gadis itu berdetak dua kali lebih cepat, dalam hatinya berkali-kali dia merapalkan do'a. Dia harap nilai matematikanya hari ini bisa lebih baik. Hey! Dia sudah berusaha mati-matian bahkan semalaman dia harus merelakan waktu tidurnya untuk belajar hanya untuk sebuah angka yang tercetak sempurna di ujung kiri kertas ulangannya.
Jangan sampai dia menyesal!
"Na.. kok gue deg-deg'an yah?" tanya Belva pada gadis yang duduk di sampingnya. Riana. Satu-satunya teman yang paling dekat dengannya.
"Apa jangan-jangan gue jatuh cinta?" tanya Belva horor seraya menatap guru yang ada di depan sana, tengah meneliti satu per satu kertas yang ada digenggamannya.
Riana menoleh, menghela nafasnya lelah. Tangan gadis itu terulur menyentuh kening Belva membuat gadis itu menatap temannya heran. "Gak panas. Lo waras. Fiks lo lagi jatuh cinta," ucap Riana polos.
Belva mengerjapkan matanya, menelan ludahnya. Kenapa Riana jadi ikutan aneh seperti dirinya? Sepertinya virus gilanya sudah menular ke Riana. "Lo gila Na?"
"Gue?" Riana menunjuk dirinya tak santai. Sembarangan sekali gadis itu bertanya seperti itu. Dia, 'kan tak gila, hanya kurang waras saja. Hanya sedikit. Sedikit!
"Iyalah masa pak Tono?"
"Lo nanya apa ngatain?" tanya Riana tak selaw.
"Gue nanya kok."
"Lo gila."
Belva menatap aneh Riana. Sebenarnya kenapa sih? Entahlah diapun tak mengerti. Yang jelas... Dia deg-deg'an, sebentar lagi hasil ulangan akan dibagi dan dia tak boleh remidial! Tak boleh! Dia malas mendengar ocehan Agam.
"Belva."
"Anjir kertas gue paling atas," ucap Belva pelan. Mungkin saja.. nilai dia paling tinggi, iya, 'kan?
"Sini.." panggil pak Tono. "Sekalian kamu bagiin punya temen-temen kamu." Lanjutnya. Belva menurut, gadis itu menerima tumpukan kertas itu dengan ragu.
"Saya nih pak?" tanya Belva diangguki oleh Tono.
Bola mata Belva membulat menatap angka yang tertera di kertas ulangannya. Nafas lega terdengar ditelinganya. Setidaknya.. dia tak remidial yah meski lagi dan lagi.. yah seperti itu.
Setelah selesai membagi kertas milik teman-temannya, gadis itu kembali menuju tempat duduknya. "Ciee pasti mau ditunjukkin ke Agam," goda Riana, meskipun Belva menyembunyikan kertas darinya, dari raut wajahnya sudah cukup menjelaskan kelegaan Belva.
"Apaan sih gak!"
"Beruntung ya lo punya sahabat kaya Agam," ucap Riana tiba-tiba.
"Gue? Beruntung? Yang ada dia kali beruntung punya sahabat kaya gue."
"Kalian beneran cuma sahabat?" tanya Riana mampu membuat Belva terdiam.
![](https://img.wattpad.com/cover/294384023-288-k271633.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belva
Teen Fiction"Gam, lo tetep sahabat gue, 'kan?" tanya Belva nada suaranya terdengar khawatir. "iyaa. Lo tenang aja," jawab Agam tersenyum kearah Belva. Gadis itu ikut tersenyum. **** Belva POV. Agam Delvin Adinata. Dia sahabat gue. Orang-orang bilang kalau seora...