Bab 2

23 8 0
                                    

Beomgyu berjalan dengan tas tergantung di belakang tubuhnya. Jam pembelajaran sudah habis kini saatnya untuk pulang dan menikmati lembutnya kasur di kamar.

Untuk hari ini saja Beomgyu harus pulang sendiri. Biasanya ia akan pulang bersama dengan Yeonjun dan Soobin sebab mereka tinggal di komplek yang sama.

Langit yang mulanya cerah tiba-tiba menjadi mendung, menutup sinar matahari yang cerah. Beomgyu tidak mempercepat gerakannya, ia malah melambatkan langkahnya dan menatap kearah langit mendung itu.

"Sekali-kali hujanan gapapa deh. Kangen dulu"

"Kalo mau nostalgia bisa di pinggir? Ngehalangin jalan tau"

Menolehkan kepalanya dan mendapati siswa berambut abu yang tadi sempat bersama dengannya di ruang guru.

"Lo yang tadikan?"

"Lo punya penyakit amnesia?"

Kata-kata kotor sudah hampir membludak dari mulutnya jika saja ia tidak melihat seorang guru yang ia kenal jalan di belakang orang itu.

"Bisa minggir?"

Pertanyaan tersebut langsung direspon oleh tubuhnya dengan cepat. Hingga orang itu kembali melanjutkan jalannya yang sempat tertunda.

"Ee tunggu tunggu!"

Beomgyu menyamakan langkahnya dengan siswa berambut abu.

"Nama lo taehyungkan?"

Siswa itu tidak menoleh, tidak juga merespon perkataannya yang sebenarnya salah.

"Taehyungkan?" Tanya Beomgyu lagi.

"Bukan"

"Trus? Taehyum? Tae-- bangsatlah tae siapa si kok lupa"

Beomgyu memejamkan matanya dengan beberapa urat sedikit timbul, menandakan ia berpikir dengan keras.

Taehyun merasa ada sesuatu yang mengapit pakaiannya. Menoleh, ternyata itu tangan Beomgyu yang mengambil pakaiannya -lebih kearah mencubit- sedikit untuk pegangan selama ia berpikir keras sambil jalan.

Tiba-tiba mata pemuda berambut lebih panjang melirik kecil kearah dada kiri pakaian pemuda abu itu, terdapat sebuah name tag  disana.

"NAH! Nama lo taehyunkan? Taehyun! Taehyun! Taehyun!" Beomgyu mengatakannya dengan nada yang heboh berpura-pura bahwa ia mendapatkan nama itu dari kepalanya.

"Iya" jawab Taehyun seadanya. Terlalu berisik menurutnya dan lagi ia harus bergegas agar tidak kehujanan.

Rintik hujan terjatuh dari langit. Awalnya Taehyun ingin lari sekencang mungkin agar tidak terlambat dari bus yang akan ia naiki tapi masalahnya ada pada seseorang yang masih memegang seragamnya ini. Ia tidak melepas pegangannya malah pemuda ini makin menggenggam erat hampir terlihat seperti menarik.

Dan begitulah nasib Taehyun yang tertinggal oleh bus padahal hanya telat 30 detik saja.

"Lo! berhenti megang seragam gue. Lo gamau pulang apa? Ngapain masih disini?"

Pemuda surai abu menepis tangan Beomgyu. Saat ini mereka sedang berteduh di bawah atap halte bus. Walaupun baju mereka terlihat sedikit basah tapi mereka, terutama pemuda surai abu, mengutamakan tasnya. 

"Buta lo? Sekarang hujan gimana mau pulang guenya"

"Ya udah jangan deket-deket gue bisa?"

Beomgyu menggeleng, "No. Kita harus nyelesaiin omongan kita tadi"

Taehyung menghembuskan nafas gusar, entah apa lagi yang akan direncanakan orang disampingnya ini.

"Nih"

"Apa?"

Beomgyu mendecak, "Sumpah ya baru pertama kali gue nemu orang ga pekaan kayak lo. Ini hp. Artinya gue minta akun sosmed lo, bebas mau line kek, twitter kek, ig kek, serah lo dah. Yang penting gue bisa ngehubungin lo kalo ada apa-apa sama lombanya"

Sehabis berucap Beomgyu dengan gemasnya memegang kedua bahu Taehyun, "Sumpah gemes sendiri gue. Pengen nampol lo anjir. Muka lo ga nyantai"

Taehyun yang diberikan respon seperti itu acuh. Malah dia menepis tangan Beomgyu dan memainkan hpnya seolah tidak ada yang perlu di katakan lagi.

Beomgyu? Ia sudah dengan tidak warasnya berteriak keras di tengah hujan yang cukup deras akibat rasa jengkel yang disebabkan oleh pemuda berwajah poker face di sampingnya ini.

"taehyun02.com, 180cmtae"

Beomgyu berhenti berteriak. Ia memasang wajah bodohnya dan berkata 'hah?' tidak mengerti.

"taehyun02.com, huruf 't'nya kecil buat line. 180cmtae buat ig" ulang taehyun dengan kecepatan berbicara diatas rata-rata. Jika saja beomgyu tidak cermat mendengarkan ia pasti sudah tertinggal.

Beomgyu mengotak-atik aplikasi line dan instagram dengan cepat. Lalu menatap aneh layar handphonenya. Tentu saja, orang yang tidak suka berpikir keras jenis beomgyu ini tidak akan menyukai status-status yang ada pada line taehyun. Dimana semua status taehyun mengenai QnA bertemakan pengetahuan umum.

Dan apa-apaan ini? Sebegitu terkenalnyakah pemuda di depannya ini sampai-sampai status-status itu selalu ada yang mengomentari. "Sakit" komentar Beomgyu.

"Apanya yang sakit?"

Beomgyu menggeleng dengan senyum tipe-tipe orang terciduk, "Hehe gapapa kok. Ini ada semut yang  gigit tadi" tiba-tiba ia menepuk lehernya sendiri.

Pemandangan yang canggung sekali menurut Beomgyu, menurutnya ini pertama kalinya ia merasa secanggung ini dengan seseorang. Ia adalah tipe orang yang mudah berteman dengan orang lain, namun dengan Taehyun sepertinya ada tembok yang membatasi.

Hal itulah yang membuatnya tidak nyaman. Apa-apa yang ia ingin lakukan atau katakan sekedar untuk berbasa basi selalu saja tidak bisa ia realisasikan, membuatnya nampak seperti orang terkena wasir. Pemuda berambut hitam berlagak aneh. Hendak mengatakan sesuatu tapi lagi-lagi Beomgyu merasakan tembok penghalang yang dibuat Taehyun untuk tidak mengganggunya. Dan kembali untuk pertama kalinya lagi, ia harus berpikir dua kali untuk bertanya dengan seseorang.

"Apaan?" Taehyun yang memang merasa risih dengan gelagat Beomgyu akhirnya membuka suara.

"Maaf banget Tae maaaaaaf banget. Tapi lo punya WA ga? Kalo punya boleh gue minta? Gue jarang buka line soalnya hehe"



Dan begitulah awal mula bagaimana kedekatan beomgyu dan taehyun, partner lomba yang membuat orang lain merasa iri. 



to be continued...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

closer | taegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang