Suara bising memenuhi pendengaran seorang gadis yang sedang duduk manis didalam bus, sambil menatap diam kehidupan kota yang ramai.
Setelah sampai tujuan ia menatap gerbang didepannya, dengan pakaian lengkap putih abu-abu kebanggaannya, terpampang besar diatas sama nama sekolahnya, SMA Galaksi.
Entah helaan nafas yang keberapa, namun ia cukup risau.
Apakah ia akan diterima dilingkungan ini?
"Kak" sapa seorang lelaki dengan raut bingung yang pekat.
"Eh- maaf, iya kenapa ya bang?" Tanya gadis itu gelagapan, ketahuan melamun.
"Anak murid baru kan? Engga masuk? Bel masuk sebentar lagi bunyi" ujar lelaki itu, sejenak gadis itu melirik nama lelaki didepannya yang terletak di seragamnya sebelah kanan, Daniyal Alterio.
"Maaf bang Dani, iya ini mau masuk kok" ujarnya dengan seulas senyum, lalu mulai melangkah memasuki gerbang utama.
"Kania!" Teriak seorang perempuan, Kania yang merasa dipanggil pun menoleh pada sumber suara. Dan itu ternyata sahabatnya, Meisya Basagita, dia anak tunggal, ayahnya seorang mentri dan ibunya seorang dokter gigi. Namun walaupun begitu, Meisya tidak pernah sombong dengan profesi kedua orang tuanya maupun harta yang ia miliki.
"Gila! Kita satu sekolah lagi dong! Semoga juga kita satu kelas ya Nia"ujar Meisya begitu heboh.
"Iyain aja deh, barengan gak ni?" Tanya Kania, sambil tersenyum geli melihat tingkah konyol sahabatnya.
"Iya dong! Lu emang udah dapet teman baru?"
"Baru juga gue dateng Mei" jawab Kania
"Ga sabar sih gue, apalagi sekolah ini sekolah isinya cogan semua, bakalan cuci mata terus kayanya nih, gila!"
"Otak lu isinya cowok mulu tapi status masi aja jomblowati" sanggah Kania mengejek.
"Sialan lu" umpat Meisya sambil menampilkan wajah cemberut.
Kania merangkul bahu temannya itu, masi dengan ketawa yang kentara. Membuat Meisya kesal adalah bakat terpendam yang bisa Kania miliki, karna biasanya gadis itu yang selalu membuat orang jengkel. Terlebih mulut pedas Meisya yang tidak memandang bulu untuk membuat siapapun menjadi sasaranya akan mengumpat.
Kania juga sama seperti Meisya, namun ia lebih melihat kondisi terlebih dahulu, tidak akan menyambar jika tidak diberi api.
Menurut Kania tidak ada yang sebaik Meisya. Dahulu ia tergolong gadis pasif, setelah bertemu Meisya, hidupnya seratus delapan puluh derajat berubah.
Pagi ini apel pagi pun dilaksanakan sebagai bentuk awal pembukaan bagi siswa dan siswi baru. Semua berjalan lancar hingga pembagian kelas pun di umumkan.
Kania sedikit merasakan bingung, tidak adakah MOS atau semacamnya? Apa ini langsung mulai belajar? Tidak ada bedanya dengan Meisya, ia juga tampak lesu, ketika mendengar penuturan sang wakil kesiswaan bahwasanya hari ini proses belajar mengajar akan langsung dilaksanakan.
"Ga asik ya Kan" seru Meisya tidak semangat.
"Iya sih, atau mungkin besok Mosnya, hari ini mungkin ada kendala Mei, positif thinking aja dulu" saran Kania sambil melihat kelas-kelas sepanjang koridor sekolah, untuk mencari kelas mereka.
"Tapi gapapa sih, untung kita sekelas jugakan" ungkap Meisya, Kania hanya membalas menganggukkan kepala.
Kania mulai putus asa, karna sedari tadi ia tidak menemukan kelas mereka setelah berkeliling dilantai satu. Sejenak ia berhenti dan mengambil nafas panjang, cukup melelahkan.
"Mana sih kelas kita Mei" gumam Kania pelan, yang masi bisa didengar Meisya.
"Gatau, coba aja lu tanya sama kakel ganteng" Ujar Meisya mencoba memberi saran.
"Saran lu ngaco" Kania menatap Meisya jengah.
Tidak ada lagi percakapan setelahnya, karena kedatangan wanita dengan style khas seorang guru.
Kania menatap tak minat pada makanan didepannya, setelah melihat sekeliling mejanya yang dipenuhi para lelaki. Ulah siapa lagi kalau Meisya.
Ck
Untuk kesekian kalinya Kania berdecak, suasana disekitarnya begitu panas bahkan kepala juga seperti terbakar. Namun kekesalan semakin meningkat, ketika lelaki dengan perawakan bencong mencolek-coleknya, sungguh perlakuan yang sangat manis!
"Singkirin tangan lu dari lengan gue!" cukup sudah, tidak perlu lagi pencitraan, peduli apa jika mereka semua adalah kakak kelasnya.
"Uwaw mengerikan" saut Seon spontan setelah mendengar ucapan Kania yang begitu pedas.
"Kania, jaga sikap bego! Dia kakel kita" bisik Meisya walaupun ia tahu satu meja itu juga mendengarkan.
"Oh ya? Peduli apa gue Mei? Salah dia kok, tangannya gatel banget colek gue, lu juga apa-apaan ngajak para peliharaan lu ke meja gue-"
Brak
Kania menatap pada sumber suara, matanya menajam-keduanya saling menatap tajam.
"Lu bisa pergi kalau gasuka disini, gada juga yang nyuruh lu tetap disini" mendengar ucapan lelaki didepannya, Kania semakin meradang.
"Sialan!
Tau diri sedikit. Gue duluan yang duduk disini." Balas Kania penuh penekanan.
Sementara lelaki yang mencolek Kania tadi, terlihat matanya sudah berkaca-kaca, Kania menyadari itu dan memutar matanya malas
"Ayolah drama apa lagi ini" umpatnya dalam hati
Hingga akhirnya tangisan Lian alias Wirdan Lianoz pun meledak, seisi kantin pun menatap Lian penuh keingin tahuan mengapa lelaki itu menangis,
Damn
Datang sudahlah masalah besar selanjutnya.
Kania meringis ngilu pada tangannya yang dicengkram kuat oleh lelaki disampingnya-Rayan Firefox"R-rayan lu nyakitin sahabat gue"
Rayan pun melepaskan cekalan tangannya, setelah mendengar ucapan Meisya, dan ia menatap penyesalan pada Kania.
"Sory" setelah mengucapkan hal tersebut, lelaki itu bangkit dan meninggalkan kantin.
Sementara Lian sedang dipeluk oleh Meisya, lagi-lagi Kania menatap penuh benci pada lelaki satu itu.
"MEI JAUHI COWO BANCI ITU ATAU PERTEMANAN KITA SAMPE SINI" Teriak Kania dramatis.
Hendri selaku pacar Meisya menatap dengan binar bahagia kejadian didepannya,"asik drama" rilihnya dalam hati.
"HUA DAV, IAN DIBILANG BANCI"Lian semakin menangis lalu dengan tiba-tiba ia berdiri dan menyerang Kania. Dengan tidak siap Kania pun merasakan sakit di kepalanya, karna sebuah cengkraman yg kuat, belum lagi badannya yang dipukul-pukul, reflek ia melindungi kepalanya menggunakan lengan. Percecokkan tersebut cukup berlangsung lama sebelum Rayan kembali datang dan menarik Lian menjauh dari gadis yang sudah acak-acakan persis seperti gembel tersebut.
"Demen banget lu cari perhatian ya"
"Oh ayolah Rayan, ini seru" protes Hendri yang sedang asik menonton film pendek didepannya.
"Cabut" perintah Hendri pada teman-temannya, tidak lupa pamit pada pacarnya, semuanya pun meninggalkan meja tersebut, sementara Kania hanya diam membisu, sambil memejamkan mata.
Dan ketika matanya terbuka, kobaran api dendam lah yang tampak disana, "sialan, akan gue balas lu semua" gumamnya pelan
"Udahlah, salah lu juga Nia" Kania melirik Meisya sebentar, dia berdiri, dan meninggalkan Meisya seorang diri, ayolah kali ini dia tidak akan memafkan siapa-siapa, upaya mempermalukan dirinya ini akan dia balas, pasti.
**
Hai ini adalah karya pertamaku semiga suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembeli Yang Terluka
RomanceSama halnya seperti barang antik yang harus dijaga, perasaan itu semestinya harus dijaga, namun kamu terlalu egois dengan begitu bahagia mempermainkan ketulusan. Bukan trauma yang salah, namun dendammu lah yang malapetaka