1

41 3 2
                                    

Hari ini gua nggak sabar banget, coba tebak kenapa?

Iya, sesuatu yang udah gua rencanain berminggu-minggu akhirnya datang juga. Setelah melewati prosess yang cukup belibet, yaitu dapet restu Mama-Papa buat nonton Festival Musik. Gua tau ini lebay tapi orang tua gua tuh termasuk yang bisa dibilang strict tapi masih sayang anak? Ngerti ngga sih? Pokoknya gitulah.

Tuttt Tuttt

"Heh Tan! Lo dimana? Mau jalan jam berapa?"

"Santuy Jen, sepuluh menit lagi gua sampe."

"Ooo—k..."

Tit

Belum sempat menyelesaikan omongannya Tania sudah mematikan sambungan teleponnya.

"Bener-bener akhlakless banget, kasian nanti jodohnya dapet modelan gitu."

Selang sepuluh menit setalah merutuki Tania, akhirnya yang ditunggu pun datang menjemput Jena sampai akhirnya tiba di tempat tujuan mereka, Festival Musik itu diadakan di sebuah GOR atau Gedung Olahraga di kota mereka setelah memarkirkan mobil Tania dan Jena langsung antri untuk masuk ke dalam tempat acara.

"Aduh, kok banyak orang banget sih Tan? Sumpek nggak sih liatnya?" Ya, begitulah Jena bisa dibilang anak ekstrovert tapi semi introvert lebih tepatnya bisa disebut, bocah prik.

"Ini acara gede dodol, bintang tamunya aja terkenal. Kecuali dangdutan sunatan anaknya Haji Naim, bapak lo doang yang nonton."

"Ih, galak banget. TBL....TBL....TBL...."

"Udah pokoknya diem dulu ya, capek gua ngantri terus denger suara lo."

Setelah lima menit mereka sibuk dengan pikiran masing-masing dan tak bersuara tiba-tiba, "Tan, gua ketoilet ya." Tania yang merasa dipanggil menoleh dan menganggukan kepalanya.

"Eh, bentar-bentar...ini takut gua keburu masuk mending tiket lo pegang sendiri dulu deh," Jena yang tidak tahan ingin ketoilet pun langsung menyambar tiket yang berada di tangan Tania.

Selesai dari toilet, Jena bingung. Tania sudah tidak ada diantrian, setelah berkabar lewat chat ternyata dia sudah terlebih dahulu masuk, akhirnya Jena memutuskan untuk masuk ke dalam gedung dan mencari Tania. Saat memasuki ruangan gedung tersebut hawanya langsung berbeda, gelap, bising, dan banyak orang. Jena sangat benci sekali sebenarya karena jika dia terlalu banyak melihat manusia lalu lalang di depannya entah kenapa kepalanya suka sekali berdenyut.

"Aduh sialan, dari sekian ratus manusia yang ada disini gimana gua nyari si Tania."

Tuttt Tutt

Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi

"Nggak lucu banget sumpah ini manusia."

Setelah mencoba menghubungi Tania berulang kali dan ternyata tidak bisa Jena berinisiatif untuk mencari Tania di dalam kerumunan orang yang berada di depan panggung, dia berpikir Tanua itu heboh dan gatau malu. Mungkin dia akan berada di kerumunan itu sambil bernyanyi dengan suaranya yang bikin sakit kuping itu.

Pada saat Jena sudah berada di tengah kerumunan itu, tiba-tiba suasana berubah menjadi riuh karena kemunculan Pamungkas diatas panggung, lagi pula ayolah generasi galau masa kini siapa yang tidak kenal Pamungkas?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada saat Jena sudah berada di tengah kerumunan itu, tiba-tiba suasana berubah menjadi riuh karena kemunculan Pamungkas diatas panggung, lagi pula ayolah generasi galau masa kini siapa yang tidak kenal Pamungkas?

Tanpa sadar Jena pun melamun dan sentuhan dibahunya menyadarkannya, ketika Jena menoleh matanya dan si pelaku pun bertemu. Jena terpaku. Seiring dengan perkataan Pamungkas yang menggema, "Lagu ini mengisahkan tentang rasa penyesalan dan permintaan maaf seseorang atas sikap dan perilakunya kepada pasangannya di masa lalu." Yang kemudian dilanjutkan dengan alunan lagu yang berjudul Sorry tersebut.

▪️▪️▪️

Thank you for reading my story❣
By the way this is my first story, please support me <3

519 words.

Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang