Tanpa sadar Jena pun melamun dan tersadar karena ada sentuhan seseorang dibahunya, ketika Jena menoleh mata mereka pun bertemu. Seiring dengan perkataan Pamungkas yang menggema, "Lagu ini mengisahkan tentang rasa penyesalan dan permintaan maaf seseorang atas sikap dan perilakunya kepada pasangan di masa lalu. "Yang kemudian dilanjutkan dengan alunan lagu yang berjudul Sorry tersebut.
▪️▪️▪️
"Jen." Suaranya masih sama, seperti satu tahun yang lalu. Hanya itu yang ada di dalam pikiran Jena.
"Oh, ehm--m. Hai Akram!" Jujur Jena masih bingung apalagi di tambah dengan background suara mas Pam yang sedang bernyanyi lagu Sorry. Beuh, sangat amat mendukung suasana permirsah.
"Lo, sendiri aja Jen?"
"Ah, ngga gua bareng temen, terus dia ngilang. Lo sendiri sama siapa?" Lawan bicaranya hanya menjawab dengan gerak mata, tepat di arah jam tiga berdiri juga tiga orang cowok yang sedang menggangguk dan tersenyum kearahku dan Akram. Aku hanya bisa membalas mengganggukan kepala dan tersenyum kikuk.
Sebenernya berdiri dengan jarak dekat di samping Akram dan diiringi lagu Pamungkas Sorry ini cukup tidak nyaman, bukan kerena Akram ini bau ketek atau kenapa. Ya, dia rumayan lah. Bukan rumayan sih tepatnya dia ini ganteng pake banget malahan dan Akram ini juga wangi! Hanya saja hubungan kami punya cerita yang kurang enak.
"Jen, kalo lo sendiri gua temenin ya."
"Hah?!" Belum sempat aku menjawab pernyataan Akram tubuhku terhuyung karena seseorang menyenggolku, untung saja aku tidak jatuh kan malu. Akram memegang bahuku dengan gampang mengingat dia yang kelewat tinggi dan aku yang terlalu pendek.
"Lo kenapa jadi suka ngelag gini sih Jen? Gemes banget." Ucapnya tersenyum sambil mengelus kepalaku. Matanya pun menyipit ikut tersenyum.
"For all the things I didn't do and all the love that I haven't got to you I'm sorry." Seiring dengan alunan lagu, aku hanya bisa berpikir bagaimana mungkin setelah sekian lama dan dia masih saja bisa seperti ini. Aku merasa seperti orang yang paling jahat disini.
Aku masih menatap matanya, "I wish I could turn back the time and let you know I never meant to hurt you I'm sorry." Saat Pamungkas menyanyikan part itu aku ikut mengalun "I'm sorry," suaraku terputus. "Akram."
Aku merasa bersalah, walau tidak bisa dipungkiri ini salah kami berdua yang kurang berkomunikasi. Maklum pada saat itu kami baru beranjak remaja tidak mengerti apa yang namanya cinta-cintaan dan cara menghadapinya. Sebenernya aku dan Akram tidak pernah jadian atau berpacaran, kami hanya sebatas orang yang gagal pdkt. Akram ini punya love languangenya sendiri yang tidak bisa dibaca dan tidak aku mengerti. Selain itu saat itu pun kami juga sama-sama gengsi.
"Kenapa sorry sih Jen, it's okay." Aku jadi malu menatapnya, kok ada orang kaya gini sih di dunia ini. Melihat Akram yang sekarang rasanya sudah banyak perubahan dalam dirinya, lebih talkative.
"BTW, you change a lot ya. I mean in a good way."
Canggung sekali rasanya, bagaimana tidak canggung menonton acara musik galau plus di temani mantan pdkt-an atau apalah itu. Kalian udah pernah? Belum? Lemah!
Akram tersenyum, " lo juga berubah, tambah cantik." DUARRRR!! Ternyata selain jadi talkative Akram juga jadi jago gombal. Gimana tidak canggung dan membuat saya ngang ngong ngang ngong, gua jadi bingung mau ngomong apa kalo setiap gua ngomong balesannya bikin linglung dan olahraga jantung.
"Jena!" Seseorang memegang tanganku, ternyata Tania. Thanks penyelamat hidupku. "Maaf banget batre gua sekarat, tadi gua minjem power bank orang dulu." Katanya sambil memasang tampang sok imut dan nyengir kuda.
"Kebiasaan, makanya handphone tuh charge dulu baru pergi." Balasku gemas.
"Iya-iya,"Balasnya malas, "Jen, pindah tribun yuk. Disana enak hemat energi sambil duduk." Tania memegang lenganku bersiap menyeretku mengikuti langkah kakinya tapi kusikut perutnya dan memberi isyarat memelototi matanya dan melirik kesampingku.
"Ah, halo temennya Jena! Gua Tania." Ucap Tania sambil mengulurkan tangannya pada Akram, "halo gua Akram." Balas Akram.
"Salam kenal Akram! Kalo gitu gua sama Jena kesana dulu ya." Tania dan aku pun mengangguk pada Akram dan menyeretku pergi ke tribun, tidak ada yang lebih gila dan tidak tahu malu dibandingkan Tania.
Belum lama Tania membawaku pergi dari tampat semula Akram berteriak. "Jen Line lo masih yang lama kan?" Aku hanya bisa mengangguk-anggukan kepala saja.
Tapi tunggu dia bilang apa? Line? Mau apa dia?
Selamat datang di dunia overthingking Jena!
▪️▪️▪️
Kiw dapet salam dari Akram.
Thank you for reading my story❣
Boleh kali bintangnya <3741 words.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You
Teen FictionSemua itu berawal dari awal tahun 20XX saat Jena menonton Festival Musik dan ketidaksengajaan mempertemukannya dengan Akram, sosok yang pernah Jena abaikan dulu. Tapi tahun ini sangat membuat Jena bingung karena Gibran yang sudah lama menggantungkan...