Catatan harian ini berawal dari sebuah kenang yang harus dibuang, satu persatu keadaan hadir berasal dari yang dulunya sama-sama berjuang menjadi saling serang. Keadaan yang memembuat kita saling menjahati, yang dulunya paling terkasih menjadi tak mengenal satu sama lain. Sejujurnya, aku pun tak ingin berhenti, aku juga tak pernah ingin kita saling menyakiti. Kenapa tidak kita putar waktu, sembari berdendang dengan lagu favorit di atas sepeda, dulu sesering itu kita melakukannya. Andai saja perihal asmara tidak sesungkar ini, sudah pasti kita tak akan pernah tengkar. Setahuku kita saling menyuka dalam beberapa hal yang sama, bahkan setiap pertemuan yang ada di antara kita yang kita bicarakan tentang masa depan untuk hidup bersama. Kita tak pernah merasa sulit untuk bersatu dalam visi masa depan hidup bersama.
Namun beranjak ditahun ke-4 kita menjalin hubungan, tiba-tiba dirimu berubah, awan yang mulanya cerah menjadi gelap gulita seperti akan ada hujan petir dan keadaan sangat menakutkan. Harap yang telah kau citakan kini menghilang bersamaan dengan hujan yang turun dan mengalir dengan kata “aku sudah tidak mencintaimu lagi, dan aku bosan dengan hubungan yang kita jalani.” Kenangan tentang cerita yang pernah ada, tentang tangga pejuangan kita, tak akan pernah bisa menarikmu kembali lagi padaku. Kamu telah hilang bersamaan dengan air hujan yang mengalir, entah pergi kemana aku tak tahu. Sudah ku coba mencarimu di semua tempat yang mungkin akan kau kunjungi, tetapi tetap hadir mu telah hilang. Disaat aku telah menyerah mencari tentang keberadaanmu, tiba-tiba kamu hadir dihadapanku dengan perasaanmu yang telah menghilang. Sungguh betapa sangat malangnya aku yang kau tinggal pergi begitu saja. Apakah ini hasil dari semua perjuangan yang ku dapat? Apakah seperti ini cara yang ingin kau gunakan untuk mengakhiri cita-cita hidup bersama? Apa kau lupa tentang cerita yang pernah kita lalui?
Sudah tepat kah kau berikan luka padaku yang selalu memperjuangkanmu? Tanpa adanya perjanjian yang jelas kau meninggalkanku bersama dengan luka dan kenang. Kau telah menjauhkan kita dengan cinta dan cita-cita yang akan kita bangun bersama. Apa semudah itu bagi dirimu untuk mengakhiri sebuah angan dan harapan yang pernah kita bangun bersama. Diriku menjadi sosok yang tak punya akan tujuan, menjadi sosok yang kehilangan arah, berasa menjadi sisa sampah di pojokan kota. Sedangkan diriku yang dulu masih sangat tahu akan arah tujuan dan tak menjadi sampah pojokan kota. Terbuang, teracuhkan dan tak terpedulikan, itulah kondisiku saat ini selepas kepergian mu. Percuma dan sia-sia apa yang pernah kita bicarakan tentang masa depan hidup bersama, tentang kenang dan tentang cerita, semua yang kita citakan sudah tak berguna. Aku telah mengutuk diriku sendiri dalam kamar, isak dalam tangis berhari-hari yang ku alami tak akan pernah membuatmu kunjung kembali. Cerita ku yang memelas tentang keadaan ku pun tak akan membuatmu puas.
Beberapa minggu setelah dirimu menghilang tanpa kabar, kini kau sudah hidup berpasang dengan lelaki baru yang mampu membuatmu jatuh hati. Aku kembali dihujam rindu sendiri, dibenamkan rasa sakit hati yang mendalam. Semudah dan secepat itu kamu membuang cinta dan rasa. Kita yang sudah berusaha melibas jarak selama 4 tahun, hubungan long distance relationship yang kita alami tak seharusnya berakhi seperti ini. dulu kita kuat dan saling mendukung, saling memperjuangkan dan menguatkan. Bukan kah kau telah mempercayai ku untuk terus menjaga cinta yang kau beri, bukan kah kamu juga sudah mempercayai ku untuk menjadi orang yang mengisi rumah yang akan kita bangun bersama. Dimana rasa optimis dan cita-cita yang pernah kita bicarakan? Dimana rasa kasihanmu akan diriku?
Aku dan kamu, kita merencanakan 2 tahun lagi untuk menuju pernikahan yang istimewa. Dengan konsep sederhana, mengundang kerabat dan teman terdekat. Semua hal indah itu masih belum dimulai, kau pergi begitu saja dengan alasan yang tak rasional. Kau pergi dan lebih memilih lelaki yang raganya selalu hadir menemani mu. Kau telah memilih orang baru yang hanya beberapa saat mengenal sosokmu. Andai jarak ini tak membuat gaduh, kita akan baik-baik saja dalam segala keadaan, bahkan kita akan menjadi dongeng terindah dalam cerita kasmaran.
Keadaanku memburuk setelah kamu tinggal. Aku menjadi pribadi yang sangat lemah, menjadi pribadi yang sangat payah, gagal fokus dan terus menyerah. Apakah bunuh diri terlintas dibenak ku? Ya, aku sangat ingin melakukannya, dipikiranku kala itu bunuh diri adalah hal terbaik untuk mengakhiri sebuah masalah. Aku ingin mengakhiri hidup dengan terjun dari lantai 5 mall di Surabaya. Beruntungnya, di sekelilingku ada teman yang selalu mendukung ku dalam keadaan terendah. Memberi arahan dan masukan mengenai kepergianmu. Hingga akhirnya aku tersadar bunuh diri bukan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah kita.
Lalu menurutmu aku sudah baik-baik saja? Tentu tidak. Pintu kamar ku kunci, aku menangisimu setiap hari, air mata ku pun menjadi sangat murah. Bahkan pojokan kamar tempat biasa aku meratap menjadi basah. Aku sangat sakit ketika kamu pergi, dan yang selalu terlintas dibenak ku "semudah itu kamu pergi." Dan “semudah itu kamu jatuh hati” Kenapa tak kita bahas sejenak dan berdiskusi mengenai langkah selanjutnya, padahal kita bisa untuk bertemu aku siap untuk datang ke bogor menemui mu seperti biasa yang ku lakukan padamu. Tanpa harus memutuskan tali yang sudah kita genggam selama ini, tali yang telah lama ku perjuangkan hingga mampu untuk ku genggam. Setahuku, sejauh kita bersama hubungan jarak jauh yang kita bina tak mudah goyah. Kamu kuat aku pun juga, kamu menolak beberapa lelaki yang mendekati mu aku pun juga menolak perempuan yang mencoba singgah. Kita sekuat itu dulu.
Aku sangat kecewa perihal keadaan, semua yang kau janjikan menjadi kiasan. Berakhir sudah yang menjadi harapan, cinta yang di citakan telah usai. Kepergian mu, menjadi pelajaran hidup yang sangat sulit ku pahami. Aku dan keadaanku yang memburuk hadir bersama dengan nestapa yang kau beri. Luka dari orang yang sangat dipercaya, sangat menyulitkan untuk di pahami. Ketika cinta berakhir hanya ada kenang yang harus dibuang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Harian Untuk Melupakan Mu
Storie d'amoreCatatan harian untuk melupakan kekasih yang paling diperjuangkan. Pengingat masa untuk tetap berjuang dan sembuh dari luka. Satu-satunya jalan adalah tetap melangkah meski tidak tahu ujungnya. Kepada siapapun yang membaca, semoga patah mu segera sem...