BABY ZE-1

43 5 3
                                    

"Baby Ze," panggil Anara, matanya menatap lurus laki-laki berseragam SMP di hadapannya. Bibirnya melengkung, tersenyum.

"Baby Ze, ngapain sendirian di sini?" tanya Anara sambil celingukan menatap sekitar, sepi. Itu lah yang terlihat oleh Anara.

Anara mengerutkan keningnya. Ia bingung, kenapa Zeo diam saja. Anara menepis jarak diantara ia dan Zeo, tangannya mengambil tangan Zeo dan menggenggamnya.

"Zeo ...." genggamannya ditepis oleh Zeo, membuat Anara tersentak.

"Aku gak bisa kaya gini, Kak. Kita putus, ya?" Tatapan Anara menajam. Apa maksud laki-laki remaja di hadapannya. Anara mendesis, ia mencengkram pergelangan tangan Zeo, membuat Zeo meringis.

"Putus?" Zeo mengangguk takut. Cengkraman Anara semakin kuat di pergelangan tangan Zeo, yang berstatus pacarnya.

"Kenapa harus putus? Kakak sangat sedih, Baby Ze," ucap Anara dengan tatapan sendu, tetapi detik kemudian berubah menjadi tatapan sinis. Tangannya bergerak mencengkram dagu Zeo, Zeo meringis.

"Le--lepasin, Kak," mohon Zeo. Jujur, cengkraman Anara sangat sakit, apalagi tangannya masih belum dilepaskan, masih dicengkram oleh Anara.

"Sakit?" Zeo menganggukan kepalanya sambil mencoba melepaskan tangan Anara dari tangannya.

"Coba ulangi omongan yang tadi," pinta Anara dengan nada sinis, cengkramannya semakin menguat.

"Le--lepasin, Kak," mohon Zeo menatap Anara dengan tatapan berkaca-kaca.

"Ulangi omongan yang tadi!" Zeo tersentak, ia menelan ludahnya kasar. Jujur, Anara sangat menyeramkan sekarang.

"Kita putus aja," ucap Zeo dengan hati-hati.

Anara mendesis, melepaskan cengkramannya. Tatapannya datar menatap Zeo di hadapannya.

"Kenapa? Kenapa harus putus?" tanya Anara dengan nada datar.

Zeo terdiam, entah apa yang harus ia jawab.

"Jawab!" Zeo tersentak.

"Ka--karena Zeo gak pantes buat Kak Anara. Kak Anara udah bisa kerja, sedangkan Zeo? SMP aja belum tamat." Setelah mengumpulkan keberanian Zeo mengatakan itu.

"Cuma itu?" Zeo mengangguk sembari mengigit bibirnya. Ia meringis, saat melihat senyum smrik di bibir Anara.

"Ya, udah, kerja! Biar pantes buat Kakak!" Anara menaikan satu alisnya, ingin tau apa jawaban anak remaja laki-laki di hadapannya.

Zeo terdiam cukup lama. "Se-sebenernya, Zeo juga gak cinta sama Kak Anara. Menurut Zeo, Kak Anara terlalu dewasa, buat Zeo yang kekanak-kanakan."

Anara tertawa hambar setelah mendengar ucapan Zeo. "Merasa gak pantes? Gak cinta? Terlalu dewasa? Apalagi alasannya? Coba bilang?"

Zeo menggeleng, mengartikan. Jika tidak ada alasan lagi.

"Zeo ... kamu tidak lupa bukan? Kalo kamu adalah anak panti asuhan yang saya beli?" tanya Anara membuat Zeo terdiam.

Anara menghela napas. Menatap mata Zeo dengan tatapan tak bisa diartikan. Tangannya mengelus rambut hitam pekat milik Zeo, lengkungan terlihat di bibir cantik Anara.

"Apa kamu mau dikembalikan ke panti asuhan itu lagi?" Zeo menggeleng cepat.

"Zeo gak mau putus sama Kak Anara! Zeo gak mau kembali lagi ke panti asuhan itu! Zeo takut!" ucap Zeo langsung memeluk Anara. Jelas sekali ketakutannya, bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

Anara membalas pelukan Zeo. "Ya, udah. Sekarang gak boleh ngomong macem-macem lagi, okeh?" Zeo mengangguk.

***

Zeo Aditya, anak yang d jual oleh orang tuanya ke panti asuhan ilegal. Dan berakhir dibeli oleh Anara Tanaya Adamsyah, seorang pengusaha muda. Zeo kini tinggal bersama Anara, semenjak Anara membelinya dari panti asuhan itu.

Anara menyuapi Zeo makan, laki-laki remaha ini sangat susah untuk makan jika tidak disuapi. "Makan yang banyak, biar tambah gede. Dan bisa nikahin Kakak." Zeo yang sedang bermain game itu mengangguk ragu.

Anara tersenyum manis. Namun, di pengelihatan Zeo, senyum yang mengerikan.

Sejujurnya, Zeo sangat tertekan tinggal bersama Anara. Akan tetapi, ia juga sangat bersyukur karena, jika bukan Anara yang membelinya. Mungkin, ia tidak akan hidup semewah ini.

"Emm ... Kak, Zeo udah kenyang." Setelah mengucapkan itu, Zeo menutup mulutnya dengan satu tangannya, dan satu tangannya lagi memegang handponenya.

"Baru aja beberapa suap!" Zeo tersentak, Anara membentaknya.

Zeo segara menghempaskan tangan dari mulutnya, dan membuka mulutnya kembali. Anara menyeringai, dan menyuapi Zeo kembali.

"Jangan jadi pembangkang! Paham!" Zeo mengangguk cepat sambil mengunyah makanannya.

***

Anara menatap jam dinding, di sana menunjukan pukul 06:00 pagi. Ia segera bangkit dari temlat tidurnya dan menuju kamar Zeo.

Ceklek!

Anara membuka pintu kamar Zeo, Zeo terlihat masih tertidur, lantas ia masuk. Anata memandangi Zeo yang tengah tertidur pulas dengan tersenyum. Mengelus rambut hitam milik Zeo.

"Baby Ze ... bangun," bisik Anara tepat di samping telinga Zeo, membuat Zeo menggeliat.

Zeo mengucek-ngucek matanya, menetralkan pandangannya. Anara yang tengah tersenyum padanya, dibalas senyum tipis olehnya.

"Pa-pagi, Kak," ucap Zeo.

"Pagi Zeo," balas Anara sambil mendudukan bokongnya di sisi tempat tidur Zeo.

"Sana mandi. Kakak gak bisa nganterin kamu ke sekolah, ada miting," ucap Anara sambil mengelus pipi Zeo.

Zeo mengangguk, dan segera beranjak dari tempat tidurnya untuk ke kamar mandi, dan membersihkan badannya.

Anara menatap punggung Zeo, ia terkekeh kecil.

Ting!

Arland.
[Keluar Aqeela! Saya sudah berada di depan apartemenmu.]

Anara tersenyum sinis, segara beranjak dari kamar Zeo. Tak lupa berteriak.

"Baby Ze! Kakak sudah siapin bekel untuk kamu di meja makan. Jangan lupa dibawa dan makan! Untuk sarapannya juga ada di meja makan!" teriak Anara sebelum keluat dari kamar Zeo.

Zeo yang mendengarnya hanya mengangguk, dan melanjutkan ritual mandinya yang sempat tertunda.

***

Di depan apartemen Anara, Arland terus saja menggerutu. Tepatnya Arland Danendra, teman SMA Anara. Emm, entahlah.

"Cepatlah! Tidak ada waktu lagi!" Arland menatap Anara jengah. Perempuan itu tengah mengikat rambutnya, dan terlihat kesusahan. Maklum, jika tidak ada kaca, Anara tidak tahu bentuk rambutnya sekarang bagaimana? Ia harus dadan secantik mungkin, tidak ada yang boleh mengalahkannya.

"Lama sekali!" Arland mengambil ikat rambut yang ada di tangan Anara, dan mengikatkan rambut Anara.

Anara tertegun, ia menelan ludahnya. "Sudah, kau sudah cantik," ucap Arland menatap Anara dari atas hingga bawah.

Anara memalingkan wajahnya, dan berdehem untuk menghilangkan kecanggungan. "Cepat! Kau bilang tidak ada waktu lagi." Arland mengangguk, mereka segera pergi dari apartemen Anara.

Zeo yang tadi ingin keluar apartement, menghentikan langkahnya, saat melihat Arland mengikatkan rambut Anara. Harusnya ia senang, karena mungkin saja Arland dan Anara ada sebuah hubungan, tetapi? Kenapa Zeo tidak suka? Zeo tidak suka saat Anara di sentuh oleh seorang pria, terlebih lagi itu adalah Arland, teman Anara.

Zeo benci itu. Diam-diam, Zeo menggepalkan tangannya.

TBC ...

Gimana, nih? Lanjut gak? Komen okehh.

984 kata.

BABY ZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang