One🥝🍇

707 47 24
                                    

Happy Reading





Kawaki POV

Hm, Setelah menikah yah. Ku pikir tak ada yang spesial setelah aku menikah dengannya. Aku terpaksa menikah, dengan gadis itu. Alasannya, aku hanya menuruti kemauan mami dan papi ku. Aku sangat menyayangi mereka. Itulah sebabnya aku memenuhi apapun yang mereka inginkan, walau terkadang tak sesuai dengan kehendak ku.

Ngomong-ngomong tentang gadis yang aku nikahi, dia cantik. Senyumanya yang begitu manis, ditambah suaranya yang lembut, menjadi nilai plus baginya. Tapi sayang... Aku tak mencintai nya. Aku... masih mencintai mantan kekasih dulu. Hingga sekarang rasa cintaku padanya tak pernah pudar, meski aku dan dirinya tak pernah bertemu beberapa tahun ini. Aku selalu berharap, bisa bertemu dengannya lagi.

"Kawaki kun," suara lembut itu menyentak lamunanku. Segera ku arahkan pandanganku pada asal suara yang memanggil namaku, irisku bisa melihat kepala istriku yang menyembul di balik pintu kamar, yang sedikit terbuka.

Aku memutuskan untuk menghampiri dirinya, ku buka pintu kamar dengan lebar, berniat mempersilahkan gadis manis ini masuk ke kamar pribadiku. "Ada apa? Tumben kamu datang sepagi ini ke kamarku. Kamu Rindu dengan ku yah?" aku bertanya sembari menggoda nya, lihat pipinya memerah sekarang. Manis sekali.

Dia memukul lenganku, sembari merengek agar tak menggodanya lagi. bukan hal tabu bagiku jika gadis ini memukul ku setelah aku menggodanya.

"Jadi ada apa kamu kesini, cantik? Kamu belum menjawab nya loh sejak tadi." ucapku gemes akan tingkahnya.

Dia mendongak, dengan mata indahnya yang kini memancarkan kesedihan. "Ano, kata supir dia tak bisa mengantar ku ke sekolah, mobil sedang di perbaiki di bengkel sekarang." lirih gadis itu pelan.

Hm jadi dia butuh tumpangan sekarang. Sekedar info aku dan dia tinggal satu rumah, tapi beda kamar. Kamarku dan kamarnya bersebelahan. Dan istri ku ini, masih berstatus pelajar, kelas akhir di sekolah menengah atas. Dan aku, aku sudah bekerja di perusahaan papi dan menjadi CEO di sana.

"Jadi?" aku bertanya seolah tak mengerti maksud dari gadis itu.

Dapat kulihat dia mendengus dengan bibir yang merenggut lucu, ah mungkin dia menginginkan morning kiss dariku. Haha, aku tertawa dalam batin saat pikiran kotor itu melintas di benakku. Ada-ada saja.

"Bisakah aku berangkat bersamamu, t-tidak apa jika kamu tak bisa."

"Kata siapa, aku belum menjawabnya tuh,"

"S-sudahlah tidak jadi. Aku berangkat naik taxi saja." ucapnya. Kemudian ingin berlalu meninggalkan kamarku, tapi sebelum hal itu terjadi, buru-buru aku menahan lengannya.

Grep.

"Tunggu aku di garasi mobil, aku akan datang lima menit lagi." kataku menghentikan langkahnya.

Dia berbalik dengan senyum manis yang mengembang di wajah cantiknya. "Baiklah," sahutnya dengan menunjukkan kedua jempol nya ke arahku. Setelah itu dia berlari kecil, meninggal kan diriku di dalam kamar. Mataku terus mengawasi nya takut-takut sesuatu yang buruk menimpanya.

Setelah Sumire tak terlihat lagi, ku putuskan untuk mengambil tas kantor serta kunci mobilku, dan beberapa dokumen kantor. Sumire, yah itu nama istri ku. Nama yang cocok untuk gadis cantik dan juga manis, seperti dirinya.

After Married [KawaSumi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang