"Ma, mama gabisa dirumah sehari aja temenin Kaina? Kaina selalu sendiri ma, Kaina juga mau mama temenin Kaina kaya temen-temen Kaina yang selalu ditemenin mama nya" ucap Kaina dengan mata berkaca kaca nya, orang tuanya akan pergi dinas ke luar kota lagi. Kaina benar benar kesepian."Kaina, mama Minta maaf ya? mama Minta maaf karna selalu ninggalin Kaina. Kaina baik-baik dirumah ya? ajakin temen Kaina nginep, nanti mama cariin bibi juga buat dirumah nemenin Kaina" ucap Kaylie, mama Kaina.
"gamau ma, Kaina cuma mau mama sama Kaina aja itu gabisa?" buliran-buliran air itu sudah tak mampu ditahan oleh mata Kaina, Kaina sudah menangis sekarang.
"Kaina.. jangan begitu ya nak? papa sama mama cuma seminggu" kata Kavian—papa Kaina.
Kaina diam, ia memilih mengalah. Lagian sudah sangat sering ia dan kedua orang tuanya berdebat soal orang tuanya yang selalu saja pergi keluar kota dan ia pun akan kalah dalam debat itu. entahlah, ia selalu meragukan kasih sayang kedua orang tuanya itu. katakan lah dia egois, nyatanya dia tak ingin untuk hanya sendirian dirumah besar ini.
"terserah papa sama mama, Kaina minta maaf kalau Kaina egois. mama sama papa nanti hati-hati. Kaina mau ke kamar, mau tidur" Kaina berbohong, Kaina tak ingin tidur.
"Kaina sayang, mama sama papa minta maaf ya sayang. mama papa berangkat dulu" ujar ibu Kaina. Kaina tidak memperdulikan nya lagi, ia cukup lelah hanya untuk menahan orang tuanya tetapi sama seperti dahulu, tidak ada hasilnya. orang tuanya akan tetap pergi keluar kota.
"Kaina kesepian lagi, Kaina capek. Kaina kemarin aja baru seneng karna papa mama udah dirumah lagi tapi apa? nyatanya papa mama ninggalin Kaina lagi. Dunia jahat banget sama Kaina, kenapa pas Kaina udah seneng dikit aja langsung dibikin jatuh lagi? Kaina juga capek, Tuhan sayang sama Kaina kan? kenapa Tuhan kasih Kaina cobaan terus?" ujar gadis itu, dengan tangisan yang terdengar semakin kencang. Percuma ia mau berteriak sekencang apapun, tak ada orang dirumah ini yang akan menanyakan nya mengapa ia menangis.
"nangis mulu, cape gua dengernya" Kaina terperanjat, ia hanya sendirian dirumah tetapi darimana suara itu datang?
Laki-laki dengan perawakan tinggi, wajahnya yang terlihat cukup tampan sedang duduk disana. menunggu Kaina untuk berhenti menangis tapi sayangnya ia sudah menunggu selama 30 menit tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan berhenti menangis.
"LO JANGAN MACEM MACEMIN GUE DONG, GUE LAGI SEDIH BANGET. LO MAU NYURI APA NYURI AJA GAPAPA. GUE GA PEDULI SUMPAH" Gadis itu berucap kemudian lanjut dengan tangisannya, menundukkan wajahnya agar lelaki ini tak melihat wajahnya yang sudah sangat..... tak bisa dijelaskan lagi.
"gamau, gua males. mending rebahan enak kayanya. gua bukan maling" mendengar penuturan lelaki itu, Kaina kembali menatap kearah lelaki itu. masa bodoh dengan hidupnya sekarang yang akan dibunuh ataupun apa, ia hanya tak ingin kesepian dalam kehidupannya.
"lo sini dong, gue sedih nih. serius peluk gue kek, capek banget gue" ucap Kaina yang sudah pasrah.
"gamau, lu ingusan. tar nempel ke gua gimana?" Kaina mendengus kesal.
"berhenti dulu nangisnya" kata lelaki itu lagi dan Kaina patuh, berhenti menangis.
"nah bagus. gua mau kenalin diri dulu, gua Jeano Alaska Fredrick"
KAMU SEDANG MEMBACA
KAINA
Fanfiction"Dunia jahat banget sama Kaina, kenapa pas Kaina udah seneng dikit aja langsung dibikin jatuh lagi? Kaina juga capek, Tuhan sayang sama Kaina kan? kenapa Tuhan kasih Kaina cobaan terus?" tangis gadis ini tak berhenti sedikit pun, ia merasakan beban...