Munafik

12 1 0
                                    

" Mendung mulu ya semarang" gumam sania memandang jendela kamarnya. Sambil menyandarkan kepalnya ke dinding, sania memutar lagu memory-Ben🎶

Dret..dret...dret..
Mengetahui ponselnya bergetar sania melihat nama si pengganggu."Si sibuk "
Dengan segera sania mengangkat ponselnya.

" hallo..." ucap lelaki diseberang
" hallo...gimana?" Jawab sania sekedarnya.
" ganggu ya aku san? Maaf nih.."
" kenapa minta maaf mulu sih., udah kayak lebaran tau mas.." jawab sania sebal
" hahaha.. gak kok san.."

Percakapan sania dengan kakak kelasnya itu selalu terjadwal setiap malamnya. Entah ada rasa atau tidak, sania selalu menjawab telfon kakak kelasnya itu. Berawal dari ketidak sengajaan sania me replay status kakak kelas sewaktu sma, hingga berakhir bertukar nomer wa . Cukup lucu memang, dan hal lebih lucunya mereka sama sekali tidak mengenal semasa sma. Meskipun beberapa kali status sania di replay duluan oleh kakak kelasnya itu. Tapi sania tidak pernah meresponnya. Dengan alasan, belum siap memulai kisah.

Untuk ukuran tidak punya rasa, sania terlalu munafik dalam menanggapi kakak kelasnya. Bagaimana tidak, sania selalu menjawab tiap panggilan telfon dari kakak kelasnya itu. Bahkan sekarang mereka melakukan Video Call.

" San.., kayaknya aku bakal ke semarang deh minggu ini.." ucap laki² itu lagi
" kapan mas? " tanya sania
" sabtu minggu ini san.., kamu masih di semarang apa pulang? " tanya lelaki itu lagi
" belum deh mas kayaknya, soalnya mau nunggu mela dulu. Emang mas fikri ke semarang ada urusan apa?" Jawab sania
" gak ada sih, pengen aja gitu ke sana.. lagian kerjaan di jogja juga udah kelar hahaha.." jawab mas fikri dengan senyum mengembang di akhirannya.

Sania ikut tersenyum mendengarnya. Ada harap di mata sania, mungkin ini bisa menjadi awal lembaran baru pikirnya.

Percakapan antara sania dan kakak kelasnya itu berlangsung cukup lama. Sebenarnya tidak banyak topik yang sania, maupun mas fikri bahas. Malah terkadang mereka berdua hanya saling bersitatap saja. Saling memandang satu sama lain sambil tersenyum, atau hanya sania yang melihat kelakuan abstrak mas fikri. Seperti saat ini, mas fikri tengah melakukan konser. Padahal suara mas fikri pas pasan, namun ekspresi yang terpancar sangat menggabarkan bawa ia menikmati lagu tersebut. Sania yang melihat kelakuan mas fikri hanya bisa tertawa terbahak saja. Bahkan sesekali sania mengejek mimik mas fikri ketika bernyanyi.

" hahahahaha... mas fikri sok banget ih wajahnya.." tawa sania meledak.
Bukannya membalas, mas fikri malah melanjutkan nyanyiannya dan memperparah raut wajahnya.
Begitulah cara sania menutup harinya, dengan tawa memang. Tapi rasa sania tetap mati. Entah apa yang dipikirkan sania tentang mas fikri, tidak ada yang tahu. Bahkan mela sekalipun, sania enggan membahas perihal lelaki dengan sahabatnya. Kalaupun kelepasan, sania tidak akan memperinci perkataanya.

Tapi bagi mela, keadaan sania yang sekarang lebih melegakan. Bahkan mela sempat mengutarakan pendapatnya ketika melihat sania tengah bercakap dengan mas fikri.
" san, gua seneng liat lu kayak gini.." ucap mela selasa kemarin kepada sania. Singkat memang, tapi dapat membuat sania overthinking. Bukan karena apa, karena ia masih yakin dengan matinya rasa di hatinya.

~○○●~

Mingyu as Mas Fikri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mingyu as Mas Fikri

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just Sania (Ryujin Itzy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang