Saat masuk ke kamar, Jaehyun menemukan Chanhee yang merokok di kursi beranda luar dengan kondisi gelap gulita. Jaehyun menghampiri wanita itu setelah menyalakan lampu kamar serta beranda mereka.
"Aku kira kau sudah berhenti merokok sejak sebulan lalu." Ujar pria itu lalu berjongkok di depan Chanhee.
"Ingin saja."
"Benarkah? Kalau begitu, ingin cerita tentang kejadian hari ini padaku? Aku yakin kau pasti sangat kesal bukan?" Hati Chanhee kembali berdenyut ketika Jaehyun kembali membahas kejadian tadi siang. Ia pun mematikan rokoknya, lalu masuk ke dalam kamar tanpa mempedulikan Jaehyun.
"Sayang... kau baik-baik saja? Kenapa lututmu memar?" Chanhee menepis tangan Jaehyun, lalu masuk ke dalam selimut.
"Kau mengantuk? Kalau begitu aku akan matikan lampunya. Tidurlah. Selamat malam." Setelah lampu dimatikan dan Jaehyun masuk ke dalam kamar mandi, Chanhee pun mulai menangis.
Hatinya kesal karena mengingat perkataan Naeun, ibu mertuanya, dan juga orang-orang siang tadi. Tak ada yang mempercayainya. Semua orang memandangnya rendah karena dia berasal dari tempat yang berbeda dari mereka semua.
Chanhee membekap mulutnya untuk meredakan suara tangisnya setelah mendengar pintu kamar mandi yang kembali terbuka. Chanhee merasakan jika Jaehyun sudah menaiki ranjang. Pria itu memeluk tubuh Chanhee dari arah belakang.
"Kau bisa menangis sepuasnya sekarang. Aku akan menemanimu."
Chanhee melepaskan seluruh emosinya saat itu juga. Ia mungkin akan acuh jika orang lain menganggapnya buruk, namun tidak setelah ibu Jaehyun menatapnya penuh kecewa seperti siang tadi.
"Maaf karena sudah mengecewakanmu dan juga keluargamu. Aku tidak bisa menjaga nama baik keluarga kalian. Maaf."
"Kenapa kau harus minta maaf sayang? Aku tau kau punya alasan tersendiri." Chanhee membalikkan tubuhnya, lalu memeluk Jaehyun dengan erat. "Ibu sudah kecewa padaku. Dia kecewa padaku."
"Ibu mungkin kecewa padamu, tapi dia juga tidak tau apa alasanmu bukan? Aku tau jika Naeun pasti sudah melakukan hal buruk pada Chanheeku ini."
Chanhee mengangguk lemah lalu semakin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jaehyun. Jaehyun mengelus pelan punggung wanita itu hingga tangis Chanhee mereda.
"Apa yang Naeun lakukan padamu tadi siang?"
"Saat di kelas memasak, dia memaksa untuk membantuku dan juga ibu, jadi aku segera menolaknya. Namun dia malah semakin memaksa sehingga aku berakhir dengan membentaknya. Setelah itu ibu menyuruhku untuk minta maaf, dan saat aku ingin minta maaf dia malah menyuruhku berlutut di depannya. Aku pun menolaknya dan berniat pergi, tapi dia malah mengata-ngataiku. Dia bilang aku seharusnya berada di rumah bordil bukannya disini. Awalnya aku ingin membiarkannya, tapi wanita jelek itu mendorongku hingga aku terjatuh makanya aku langsung bangkit dan menamparnya. Dan dengan akting buruknya itu dia langsung pura-pura pingsan."
Jaehyun mengecup bibir mengerucut Chanhee dengan gemas. "Baguslah. Tindakanmu sudah tepat sayang."
"Tapi ibumu dan orang-orang yang lain hanya menyaksikan bagian dimana aku mengancam wanita itu untuk segera bangun dari pingsan pura-puranya, dan menyalahkanku. Ibu bahkan sampai menamparku." Jaehyun menangkup wajah Chanhee dengan sebelah tangannya. Bibirnya maju untuk memberikan kecupan di pipi kiri Chanhee.
"Masih sakit?"
"Iya. Kau harusnya menciumnya lebih lama lagi." Ucap Chanhee dengan nada pura-pura lemah.
"Kau ini."
"Hihi, tapi aku penasaran, mengapa ibu terlihat begitu menyukai wanita ular itu?" Bukannya menjawab pertanyaan tersebut, Jaehyun malah mencium Chanhee dengan cukup intens.