Suatu hari, dimana aku menghabiskan waktu bermainku. Aku tak percaya dengan apa yang terjadi denganku saat ini.
Dengan ketakutan akan ketinggian dan penyesalan hebat yang kurasakan secara bersamaan ketika aku jatuh dari pohon yang telah kunaiki. Bersama arit yang berputar-putar di atasku. Aku terjatuh menyentuh tanah... dan melihat alam yang penuh dengan kegelapan.
Aku langsung terbangun dari tidurku. Ternyata hanya mimpi burukku saja. Hanya saja, sepertinya aku masih di dalam mimpi yang lain. Aku terbaring di atas kasur di sebuah ruangan yang sederhana, tapi aku tak tahu dimana aku berada. Lalu aku melihat seseorang berdiri menghadap ke arah jendela.
Tak lama kemudian, dia berkata "Kau sudah sadar ya, beruntung kau bisa melewati jurang kematian itu." Kemudian dia tutup jendela itu lau berbalik dan memandangiku.
Aku memojokkan diri ke dinding di belakangku karena merasa terancam.
Lagi-lagi dia berbicara sambil mendekatiku, "Tak sia-sia aku membawamu kesini."
Karena ketakutan, aku berteriak "Jangan dekati aku, siapa kau?"
Dia tak menjawabku.
Aku bertanya lagi, "Kau menginginkan apa dariku? Aku tak punya apa-apa untuk di beri."
Dia pun berhenti mendekat. Lalu melihat jam tangannya dan berbicara, "Dia seharusnya sudah datang sekarang."
Aku pun heran dengan apa yang dia katakan.
Tak lama kemudian seseorang dengan bandana di kepalanya pun masuk ke dalam ruangan. Wajahnya sangat tak asing, aku seperti pernah mengenalinya. Ya, di dalam mimpi buruk itu. Dia menjadi tokoh yang memainkan mimpi itu.
Dengan pelan aku mengucapkan namanya, "Ashura Gimurat."
***
Beberapa hari, setelah kejadian itu. Aku terbangun dari tempat tidurku. Jam sudah menunjukkan jam setengah delapan. Hari pertama aku masuk ke sekolah Akademi Spiritual Lordognia.
"Gila, aku belum makan mandi anjim. Mana tongkatku?"
Aku bersiap-siap dengan cepat. Tak ada makanan yang bisa kumakan disini, hanya segelas susu yang kubuat untuk bekalku. Lalu mandi dan menyiapkan buku... walaupun di sekolah ini gak ada pelajaran lisan. Adanya tes in-field training atau latih tanding, kurasa sparring test. Aku pun membawa tongkatku dan satu buku tulis.
Untungnya tepat waktu, jam delapan pas aku masuk melewati gerbang utama. Masuknya memang jam segitu dan masalah yang selanjutnya adalah... dimana kelasku berada? Aku mengamati denah sekolahan yang sangat menyia-nyiakan waktu. Gambaran arsitekturnya sangat sulit untuk dipahami. Jadi, akupun berjalan sambil mengamati kelas-kelas yang kulewati.
Tak lama kemudian, aku menabrak seseorang di persimpangan lorong. Ternyata seseorang siswa sepertiku.
"Ch... Watch your way little head, are you blind huh?" amarah siswa tersebut.
Aku menunduk sambil meminta maaf. Lalu wajahnya terlihat seperti tak mempermasalahkannya lagi, "All right then, i forgive you. Well, do you need help or something?"
Aku pun mengatakan jika denah yang kubawa ini tak dapat dimengerti "This map is pointless for me"
Dia pun tertawa sambil memukul punggungku, "Same too... you want me to help you or what?"
"Yes, please" ucapku.
Dia pun bilang jika dia akan memanduku. Jadi pergilah kami berdua ke kelas yang di tujukan untukku.
Di tengah perjalanan kami saling tanya menanya. Dia bertanya jika aku itu anak baru atau bukan? Aku menjawab iya. Dia menanyakan lagi tentang apa yang membuatmu berada disini? Jujur, akademi spiritual ini tak cocok untuk fisikku yang lemah ini. Tapi menuruti kata Ashura. "Masih banyak seseorang yang fisiknya lemah sepertimu, hanya saja mereka tak punya kandidat yang langka sepertimu. Seseorang harus mencoba dulu, lalu menyatakannya".
KAMU SEDANG MEMBACA
-_ The Azury Guardian _- Act I. Lordognia Spiritual Academy
FanfictionBangun di suatu ruangan dengan ditunggu oleh seseorang yang tak dikenal. Lalu datanglah seseorang yang menawariku. Mula-mula dia membuat diriku terpaksa menjadi seperti ini lalu menawariku untuk menjadi lebih tinggi atau kembali merendah. Aku memil...